Skip to main content

Surat untuk Si Tampan dan si Cantik

Halo, si Tampan dan si Cantiknya mama. Ini mama, menulis dari masa lalu. Hari ini mama menerima kiriman buku ABC for Baby Linguists. Mama mau mengenalkan linguistik pada kalian sedini mungkin karena mama mau berbagi dunia kecintaan mama. Jadi, siap-siap dengan alofon, bilabial, nasal, dan kawan-kawannya itu, ya! Mama, sih, berharap banget salah satu dari kalian mengikuti jejak mama menjadi seorang linguis kelak. Nanti kita bisa meneliti bareng-bareng seperti David Crystal dan anaknya, Ben Crystal. Aduh, pasti seru sekali bila di meja makan kita membahas gejala-gejala bahasa terbaru atau mendiskusikan kebingungan bahasa yang kalian temukan. Bisa juga tiap pekan kita belajar bahasa asing. Makanya sekarang mama lagi mendalami beberapa bahasa supaya nanti bisa mengajari kalian. Belajar bahasa itu bisa meningkatkan kemampuan otak kalian, lho! Bisa mencegah kepikunan juga! Ajaib, kan? ^^♡

Omong-omong belajar bahasa, mama berencana mengajarkan bahasa daerah sebagai bahasa pertama kalian. Duh, padahal mama nggak mengerti bahasa Jawa dan Minang, tetapi mama janji mau belajar. Bisa dimulai dengan mencari pasangan dari suku yang sama juga! Haha, doakan-doakan. Eh, dari suku yang sama sekali berbeda juga nggak masalah, tetapi mama pengin dia menguasai bahasa daerahnya. Nanti mama belajar bahasanya dari dia. Pokoknya mama mau bahasa pertama kalian bahasa daerah agar timbul kecintaan terhadap tanah yang membesarkan kalian dan agar kalian tumbuh menjadi manusia yang berbudaya. Selanjutnya, mama akan mengajarkan bahasa Indonesia dengan sebaik-baiknya. Mama kan lulusan sastra Indonesia, mesti kudu wajib membesarkan anak dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahasa ketiga dan seterusnya itu terserah kalian. Silakan menjadi multibahasawan atau dwibahasawan. Keluarga kita mah liberal aja untuk masalah seperti ini. Hahaha. :)

Eh, mama kebanyakan cerita, ya? Betapa banyaknya rencana dan angan-angan mama di masa depan. Tentang pembelajaran kalian, tentang karier mama, tentang asupan gizi kalian, tentang cara memahami kalian, dan lain sebagainya. Mama masih harus banyak belajar. Huu, banyaaaaak banget! Doakan mama punya kekuatan dan kesungguhan untuk mempelajari semua ini. ^^♡
Sepertinya lebih seru menyambut kedatangan kalian nanti daripada menyambut kedatangan dia, calon papa kalian. Kenapa begitu? Soalnya mama di-PHP meluluuuu, sama banyak orang pula. Jadinya sebal! Akan tetapi, kalau nggak ada dia, mana bisa ada kalian? Hahaha. Ya sudah, doakan mama agar berjumpa dengan pemuda yang saleh, berjiwa pemimpin, dan peduli dengan bahasa serta linguistik. Mama janji akan mencari pemuda itu sampai ke ujung dunia. Pokoknya mesti spesies terbaik dari yang terbaik. ^0^)/

InsyaaAllah. Perkenankanlah, ya Allah.

Peluk,
Nadia Almira Sagitta

Comments

Popular posts from this blog

Dialog Zainuddin Hayati

"Saya akan berterus terang kepadamu. Saya akan jujur kepadamu. Akan saya panggil kembali namamu, sebagaimana dahulu pernah saya panggilkan. Zainuddin. Saya sudi menanggung segenap cobaan yang menimpa diriku asalkan kau sudi memaafkan segenap kesalahanku." "Maaf? Kau regas segenap pucuk pengharapanku, kau patahkan, kau minta maaf?" "Mengapa kau jawab aku sekejam itu, Zainuddin? Sudah hilangkah tentang kita dari hatimu? Janganlah kau jatuhkan hukuman. Kasihanilah perempuan yang ditimpa musibah berganti-ganti ini." "Iya, demikianlah perempuan. Ia hanya ingat kekejaman orang kepada dirinya walaupun kecil dan ia lupa kekejamannya sendiri pada orang lain padahal begitu besarnya. Lupakah kau siapakah di antara kita yang kejam? Bukankah kau yang telah berjanji ketika saya diusir oleh ninik-mamakmu karena saya asalnya tidak tentu, orang hina-dina, tidak tulen Minangkabau! Ketika itu kau antarkan saya ke simpang jalan, kau berjanji akan menunggu kedatanga...

Surat Hayati

Pergantungan jiwaku, Zainuddin Sungguh besar sekali harapanku untuk bisa hidup di dekatmu. Supaya mimpi yang telah engkau rekatkan sekian lamanya bisa makbul. Supaya dapat segala kesalahan yang besar-besar yang telah kuperbuat terhadap dirimu saya tebusi. Tetapi cita-citaku itu tinggal selamanya menjadi cita-cita sebab engkau sendiri yang menutup pintu di depanku. Saya engkau larang masuk. Sebab engkau hendak mencurahkan segala dendam, kesakitan yang telah sekian lama bersarang di dalam hatimu. Lantaran membalas dendam itu, engkau ambil suatu keputusan yang maha kejam. Engkau renggutkan tali pengharapanku, padahal pada tali itu pula pengharapanmu sendiri bergantung. Sebab itu, percayalah Zainuddin bahwa hukuman ini bukan mengenai diriku seorang, bukan ia menimpa celaka kepadaku saja, tetapi kepada kita berdua. Karena saya tahu bahwa engkau masih tetap cinta kepadaku.  Zainuddin, kalau saya tak ada, hidupmu tidak juga akan beruntung. Percayalah, di dalam jiwaku ada suatu kek...

Review Salon Flaurent Jogja

Heyyyy, guys! Kali ini, saya mau review salon Flaurent Jogja yang baru saja saya kunjungi tadi. Dua tahun lalu, saya juga sempat ke sini bareng ibu, nah kali ini bareng tante. Bisa dibilang, ini salon perempuan pertama yang saya datangi dan memprakarsai hobi baru saya di Depok, yakni nyalon. Wakakaka. Tanteku memberi saran untuk mengambil paket mini yang terdiri dari body spa, hair spa, dan facial . Tiga perawatan ini bisa kalian ambil dengan merogoh kocek Rp125.000,00. Gila. Ini-murah-banget! Salon langgananku aja bisa kena biaya sekitar Rp300.000,00.

Autobiografi masuk di Universitas Indonesia

Di tengah asyiknya membicarakan jurusan saat kuliah nanti, “Nad, mau masuk apa pas kuliah?” “InsyaAllah, Sastra Indonesia UI.” “Kok sastra Indonesia, sih?” * * * Pertanyaan itu kerap kali terngiang di telinga tatkala aku menyebutkan jurusan idamanku. Mengapa? Apa ada yang salah? Tak pantaskah aku mengecap ilmu di jurusan yang bertitel sastra Indonesia? Pertanyaan yang begitu merasuk hati, mengganggu. Dalam hati, aku hanya bisa berharap semoga orang tuaku merestui jurusan ini. Namun alangkah sayangnya, ternyata keinginanku ditolak mentah-mentah, apalagi oleh ibuku. Beliau tidak meridai keinginanku berkuliah di jurusan sastra. “Kalau tetap bersikeras kuliah di situ, saya tidak mau membiayai,” MasyaAllah! Apa yang ada di pikiran beliau saat itu? Bagaimana pula aku bisa membiayai kuliah sendiri? Ayah mencoba memberi saran, “Coba Nadia cari jurusan lain. Kamu sudah berbalik arah ke IPS, kan? Jurusan banyak, kok, bukan cuma sastra Indonesia. Apa kamu takut tidak lulus ...