Skip to main content

Ulasan Twivortiare 2

Judul: Twivortiare 2 

Penulis: Ika Natassa 

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Jumlah halaman: 488


Ini adalah novel karya Ika Natassa yang pertama kali saya baca. Sebelumnya, jejeran novel dia saya lewatkan saja. Temanya pernikahan. Ah, terlalu...emak-emak. Barangkali gaya bahasanya pun mirip chicklit. Malaslah, pikir saya waktu itu. See, how I underestimate her in the first place.

Sampailah pada hari kemarin. Saya butuh hiburan di perjalanan Tangerang--Depok dan novel Twivortiare muncul di awal halaman pencarian iJakarta. Yah, tidak ada salahnya saya baca. Kesan pertama, kok ini tulisannya dikit-dikit di-enter, sih? Oh, gaya penulisannya seperti Twitter rupanya! Unik juga. Novel ini berkaitan dengan novel-novel sebelumnya. Masih mengisahkan percintaan Alexandra dan Beno. Kali ini, cerita tentang kehidupan pernikahan kedua mereka. Yang disorot penulis adalah bagaimana stresnya pasutri (terutama istri) yang belum juga dikaruniai anak setelah tujuh tahun bersama. Bagaimana menanggapi desakan dan cibiran dari luar, bagaimana sedihnya ketika datang bulan rutin menghampiri, bagaimana sepinya rumah tanpa canda tawa anak kecil. Olala, benar-benar novel yang memancing tangis, Saudara. Juga memancing keinginan menikah, kalau boleh saya tambahkan.

Ah ya, berhubung ini novel dewasa, banyak (sekali) candaan vulgar bin nakal yang dapat kalian temukan. Oke, mari kita maklumi saja, toh memang cerita pernikahan. Bisalah ini, bisa dipelajari. (ha!)

Membaca novel ini serasa membaca kolom sex and relationship di majalah. Begitu banyak pelajaran yang bisa ditarik, mulai soal pernikahan, mencari pasangan, atau sekadar pesan move on. Contohnya, ya, saya kutip berikut ini.
"The minute you decide to break up, you have to be ready to erase him or her completely. Don't expect they'll stay in your life as friends, itu egois namanya. They deserve to meet new people too."
"You kinda know it's the right guy when what and who he is makes you want to be a better person."
"As long as couple can still laugh at their differences, everything's gonna be okay."
"Jangan mengukur kasih sayang Tuhan dari apa yang belum Dia kasih ke kita, Alexandra, tapi dari apa yang udah Dia kasih."
dan masih banyak lagi, pemirsa! Serius, deh, membaca novel ini serasa membaca kultweet!

Anggaplah si Twivortiare 2 ini sebagai penglaris Ika Natassa untuk saya sebab saya kini mengincar novel-novel lainnya untuk mendapatkan gambaran utuh kehidupan Alexandra dan Beno. But wait, ada Critical Eleven yang baru saja kupinjam di iJakarta. I guess I should finish that one first. 'Kay, see you in my next review, people. Good morning!

Luv and hug,
Nadia Almira Sagitta
Tangerang

Comments

Popular posts from this blog

Dialog Zainuddin Hayati

"Saya akan berterus terang kepadamu. Saya akan jujur kepadamu. Akan saya panggil kembali namamu, sebagaimana dahulu pernah saya panggilkan. Zainuddin. Saya sudi menanggung segenap cobaan yang menimpa diriku asalkan kau sudi memaafkan segenap kesalahanku." "Maaf? Kau regas segenap pucuk pengharapanku, kau patahkan, kau minta maaf?" "Mengapa kau jawab aku sekejam itu, Zainuddin? Sudah hilangkah tentang kita dari hatimu? Janganlah kau jatuhkan hukuman. Kasihanilah perempuan yang ditimpa musibah berganti-ganti ini." "Iya, demikianlah perempuan. Ia hanya ingat kekejaman orang kepada dirinya walaupun kecil dan ia lupa kekejamannya sendiri pada orang lain padahal begitu besarnya. Lupakah kau siapakah di antara kita yang kejam? Bukankah kau yang telah berjanji ketika saya diusir oleh ninik-mamakmu karena saya asalnya tidak tentu, orang hina-dina, tidak tulen Minangkabau! Ketika itu kau antarkan saya ke simpang jalan, kau berjanji akan menunggu kedatanga...

Surat Hayati

Pergantungan jiwaku, Zainuddin Sungguh besar sekali harapanku untuk bisa hidup di dekatmu. Supaya mimpi yang telah engkau rekatkan sekian lamanya bisa makbul. Supaya dapat segala kesalahan yang besar-besar yang telah kuperbuat terhadap dirimu saya tebusi. Tetapi cita-citaku itu tinggal selamanya menjadi cita-cita sebab engkau sendiri yang menutup pintu di depanku. Saya engkau larang masuk. Sebab engkau hendak mencurahkan segala dendam, kesakitan yang telah sekian lama bersarang di dalam hatimu. Lantaran membalas dendam itu, engkau ambil suatu keputusan yang maha kejam. Engkau renggutkan tali pengharapanku, padahal pada tali itu pula pengharapanmu sendiri bergantung. Sebab itu, percayalah Zainuddin bahwa hukuman ini bukan mengenai diriku seorang, bukan ia menimpa celaka kepadaku saja, tetapi kepada kita berdua. Karena saya tahu bahwa engkau masih tetap cinta kepadaku.  Zainuddin, kalau saya tak ada, hidupmu tidak juga akan beruntung. Percayalah, di dalam jiwaku ada suatu kek...

Review Salon Flaurent Jogja

Heyyyy, guys! Kali ini, saya mau review salon Flaurent Jogja yang baru saja saya kunjungi tadi. Dua tahun lalu, saya juga sempat ke sini bareng ibu, nah kali ini bareng tante. Bisa dibilang, ini salon perempuan pertama yang saya datangi dan memprakarsai hobi baru saya di Depok, yakni nyalon. Wakakaka. Tanteku memberi saran untuk mengambil paket mini yang terdiri dari body spa, hair spa, dan facial . Tiga perawatan ini bisa kalian ambil dengan merogoh kocek Rp125.000,00. Gila. Ini-murah-banget! Salon langgananku aja bisa kena biaya sekitar Rp300.000,00.

Autobiografi masuk di Universitas Indonesia

Di tengah asyiknya membicarakan jurusan saat kuliah nanti, “Nad, mau masuk apa pas kuliah?” “InsyaAllah, Sastra Indonesia UI.” “Kok sastra Indonesia, sih?” * * * Pertanyaan itu kerap kali terngiang di telinga tatkala aku menyebutkan jurusan idamanku. Mengapa? Apa ada yang salah? Tak pantaskah aku mengecap ilmu di jurusan yang bertitel sastra Indonesia? Pertanyaan yang begitu merasuk hati, mengganggu. Dalam hati, aku hanya bisa berharap semoga orang tuaku merestui jurusan ini. Namun alangkah sayangnya, ternyata keinginanku ditolak mentah-mentah, apalagi oleh ibuku. Beliau tidak meridai keinginanku berkuliah di jurusan sastra. “Kalau tetap bersikeras kuliah di situ, saya tidak mau membiayai,” MasyaAllah! Apa yang ada di pikiran beliau saat itu? Bagaimana pula aku bisa membiayai kuliah sendiri? Ayah mencoba memberi saran, “Coba Nadia cari jurusan lain. Kamu sudah berbalik arah ke IPS, kan? Jurusan banyak, kok, bukan cuma sastra Indonesia. Apa kamu takut tidak lulus ...