Aku salah. Kukira aku tak akan menangis lagi karena cinta. Kenyataannya apa? Terus saja aku berharap, terus saja aku menangis. Barangkali, siklusnya baru berhenti ketika aku memutuskan menikah nanti. Tak pernah kukira kau akan membuatku menitikkan airmata. Memang tidak secara langsung, memang tidak kau torehkan luka apa-apa di hatiku. Lantas, mengapa aku menangis? Naifkah bila kukatakan aku terlalu cinta padamu? Wajarkah bila kukatakan aku rindu akan celotehan-celotehan lugasmu? Suatu ketika, aku mendengarmu mengatakan sesuatu. Sesuatu berbau keseriusan masa depan. Mungkin, kau tak ingin bermain-main lagi denganku. Mungkin, kau ingin fokus kepada impian masa depan. Menuntaskan apa yang seharusnya tuntas, meraih apa yang seharusnya diraih. Mungkin, semua itu menarikmu dari lingkaranku. Ya, itu. Aku sedih karena tak tahu harus berbuat apa. Rasa yang semakin membuncah ini bingung harus kusalurkan kepada siapa, kepada apa. Teman-temanku mendengarkan ceritaku dengan setengah hati. Bara...