Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2016

Love And The Other Drugs

"Kudengar kamu sakit, ya?" "Siapa yang ngasih tahu kamu?" "Temanmu tadi SMS." "Oh ya? Huh, ada-ada saja." "Kamu pulang gih." "Nggak mau. Ada pelajaran bahasa Indonesia." "Nanti sakit kamu tambah parah... pulang aja, yuk?" "Ng..." Entah kekuatan apa yang kamu miliki saat itu, namun aku langsung menurut. Padahal, saran teman-temanku tak kuacuhkan. Akhirnya, sesuai saranmu, aku pulang ke asrama. Aku segera mengabarimu yang saat itu juga sedang berada di sekolah. "Aku sudah di asrama." "Baguslah. Istirahat, ya. Aku kelas dulu." "Oke." -- Tatkala itu, aku merasa jauuuuuh lebih baik. Bukan karena obat, melainkan perhatian dari orang yang sangat berarti--saat itu. Aku nggak heran ada kutipan berikut di film Love And The Other Drugs, "Apparently you need to know that I'll get better in order to love me."   Yeeeees. Love is the best medicine. ♡ Rindunya aku

Sakit dan Anak Rantau

Ketika sakit, ada saat kau sangat ingin pulang dan istirahat di rumah. Dimasakkan bubur, ditemani, dikompres, dibelikan obat, disuapi, dikhawatirkan, dan lain-lain. Semandiri apa pun seseorang, kalau lagi sakit, ingin dirawat juga tentunya hanya gengsi saja mengungkapkannya. Gengsi itu merepotkan sekali rupanya, ya? Aneh aja ngomong, "Aku sakit, boleh temani aku, nggak? Boleh tolong belikan obat, nggak?" Duh, merepotkan orang lain. Pada akhirnya, rasa sakit itu dipinggirkan dahulu demi mencari obat dan makanan (anak rantau kuat, kok, haha). Tatkala di tengah jalan rasa-rasanya sudah mau jatuh, tinggal mengandalkan satu-satunya yang dapat diandalkan. Allah. Thanks God, you didn't let me pass out on my way home. Seumur-umur emang belum pernah pingsan, sih.

Period

When you just got your period, you immediately browse the internet about period just so you can have period sisters through the comment section. Sis, I feel you.......... (cramps) (cramps) (migraine) (pass out) Sigh, I feel like I can live in the bathroom during this period-hell-week .

Masih teman

Ada yang sebentar lagi ulang tahun. Beri ucapan ataukah tidak, masih entah. Dulu nyaris selalu kutunggu-tunggu. Sekarang sudahlah biasa saja. Ya ini pun masih ragu apakah perlu. Seharusnya tidak mengapa karena kita teman. Masih, kan?

Portal Tulisan

Semalam aku bermimpi engkau memiliki portal untuk kumpulan tulisanmu. Aku membaca satu per satu, mencoba mengenali dirimu sedikit lebih dalam. Aku terkesima oleh kedalaman wawasanmu dan keruwetan pikiranmu. Hal-hal kecil kau perdebatkan, "Kenapa begini, kenapa begitu?" Apa solusinya?" Haha, itulah kekhasanmu yang tanpa sengaja menarikku memasuki duniamu. Kalaulah kau betul-betul memiliki portal itu, kau akan memiliki pembaca setia. Pembaca yang selalu pertamax tanpa harus komen "Pertamax!" Pembaca bisu itu ialah aku, yang tak henti-hentinya penasaran padamu.

Suara-suara itu

Aku menangis lirih di masjid tadi. Sebelumnya, kudengar lantunan ayat suci dibacakan oleh seorang pemuda yang tak sempat kuamati wajahnya di pelataran masjid. Seketika, aku tahu yang aku butuhkan. Aku tahu aku membutuhkan sosok yang sabar mengayomiku dan membimbingku 'tuk menjalani hidup dengan sebaik-baiknya. Aku rasa semua ingin mendapati pendamping seperti itu, bukan sekadar mendapatkan kawan malam mingguan setiap pekannya. Juga bukan sekadar mendapatkan pasangan halal yang bisa kau apa-apakan sekehendak hatimu. Bukan. Lantas, aku teringat kau. Kudengar suara-suara membisikiku bahwa kau bukanlah sosok itu. Bukan kau yang 'kan membawa kedamaian di hatiku setiap harinya. Bukan kau yang 'kan mendampingiku di dunia dan di akhirat. Kau jatah orang lain. Lepaskan. Lepaskan saja. Selalu begini. Tatkalanya aku memutuskan hatiku pada satu orang, ada saja suara-suara yang menggelisahkan batinku. Bahwa bukan dia orangnya. Nanti akan ada, pasti akan ada. Sementara itu, pikiranku k

Sahabat: Pendengar Setia

"Jangan bohongi perasaanmu. Akuilah apa adanya." "Aku tidak pernah ingin membohongi perasaanku. Orang lainlah yang membuatku berpura-pura. Gara-gara ada aturan, ada tata krama, ada tatanan sosial, aku tidak bisa bebas menjadi diri sendiri. Ketika aku menunjukkan diriku yang sebenarnya, aku selalu saja tampak salah. Padahal, inilah aku apa adanya." "Nah. Saya juga tidak suka itu." "Ya. Hahaha kita, sih, yang salah karena mengutamakan rasa daripada akal." "Akan tetapi, saya akan selalu ada di sampingmu, mendukung apa pun keputusan yang kau buat." "Dan jadi kawan yang menghibur jikalau akhirnya aku menyesal dan nangis?" "Hahaha, ya." --

Kau padaku

Do you remember all the city lights on the water? You saw me start to believe for the first time You made a rebel of a careless man’s careful daughter You are the best thing that’s ever been mine (Taylor Swift) Kita. Tidakkah kau ingin menyelamatkan aku dari kebimbangan tanpa ujung? Tidakkah kau ingin terus bersamaku tanpa terikat jarak dan waktu? Tidakkah kau ingin membawaku pergi ke suatu dunia yang hanya kita berdua yang tahu? Lepas dari hakiman-hakiman

Mengenang Hari Kartini

Memandang hari Kartini, aku merefleksi sesuatu: tahun-tahun yang kulalui. Kartini pertama, kedua, ketiga, hingga kelima merupakan pergulatan hati untukku. Memikirkan cara agar tidak terngiang-ngiang akan percakapan kita yang terangkum dalam dua puluh tiga rangkaian pesan. Menjelang hari Kartini, kita berdua mengakui perasaan masing-masing dan memutuskan untuk tidak melakukan apa-apa mengenainya. Kita berjalan seperti biasa, hanya saja dengan insaf kita mengetahui perasaan yang tersimpan di lubuk hati masing-masing. Sampai tibalah waktu kita berjauhan, tak sempat menjejakkan langkah ke Kartini kedua. Maka tahun-tahun yang terlewati adalah perasaan bersalah. Ada potret aku yang begitu tega menorehkan luka. Semestinya 21 April adalah hari yang manis, semanis larik-larik yang kita kirimkan dahulu. Sayangnya tidak lagi. Maka pada momen Kartini ini, aku selalu bertanya dalam hati, "Apa kau sudah memaafkan aku? Masih ingatkah engkau pada hari Kartini lima tahun yang lalu?" Karena

Memori Manis

Semakin banyak kenangan, semakin sulit melupakan. Berhentilah menorehkan memori manis yang akhirnya akan menyulitkanku. Jika kau tak ada intensi untuk itu, tentangku, maka bangunlah pagar berduri di antara kita. Jangan sampai aku kelelahan menabur gula pada kopi pahit yang memang nyata-nyata kau suka begitu. Berhenti sebelum ada yang mengira-ngira. Sebelum ada hati yang terluka.

Kesehatan itu ekslusif, mahal

Pagi tadi bertemu teman-teman skolioser. Ada seseorang yang berceletuk, "Eh, tahu spinecor, nggak?" "Tahulaaaah, soft brace, kan?" "Iya. Ada tuh di Bandung dengan harga 2,5 jutaan." "Hah, masa? Setahuku hanya dijual di Jakarta. Harganya pun 30 jutaan. Kok bisa ini cuma segitu?" "Nggak tahu juga, sih, barangkali karena buatan Indonesia? Bahannya juga mungkin berbeda. Nah, tetapi mereka tetap mengukur lengkung kemiringan kita, kok." Brace? Kamu mau pakai, Nad? Sebenarnya, aku mulai was-was dengan jadwal operasi. Tahu-tahu ingin lekas bertemu dr. Luthfi Gatam, memastikan soal pemasangan brace, rontgen ulang--karena yang kemarin salah (bayangkan, satu juta dan salah!)--konsultasi, dan segera mendaftar operasi di Fatmawati atau RSCM. Yang kudengar saat kopdar tadi, untuk bertemu dr. Luthfi saja bisa sampai menunggu tiga bulan. Ngantri operasi bisa sampai setahun kalau BPJS. Like...oh, okay. Jika memang harus menunggu setahun,

Gelembung Yang Kita Ciptakan

1. Bahagia kali ini Tak ingin aku bagi Biarlah terkunci Dalam ruang paling sepi Biarkan rona merah pipi Juga lengkung bibir merah muda Kunikmati sendiri, diam-diam Tanpa suara 2. Dalam hening dan sepi Sepasang insan menikmati jeda bicara Memaknai detik-detik Tak membiarkan lainnya datang mengusik Apalah arti bahagia pabila kita bagi-bagi kepada yang tidak berhak? Bahagia ini milik kita, hanya kita. Aku takut masyarakat akan memandang kita dengan iri, kita yang menghadapi dunia tanpa takut asal tetap menggenggam jemari satu sama lain. Biarkan kita menjalani hidup dengan gelembung yang kita ciptakan berdua. Takkan ada yang paham maka tak perlulah sulit-sulit memberikan pengertian. -- Depok, pada suatu pagi hari

Kado

Pandanganku tertumbuk pada satu kotak kecil. Sebuah kado. Kado dariku yang mulanya akan kuberikan padamu. Kado yang telah kupersiapkan jauh-jauh hari. Kado yang membuatku berkata berulang kali di kaca hanya untuk memastikan kalimatku rapi sesuai struktur tanpa bentuk tegun. Kado itu sangat bermakna untukku, yang kuinginkan bermakna pula untukmu. Namun kini, itu hanyalah sebuah kado, yang pada akhirnya, teronggok di sudut lemari. Tak akan pernah sampai ke tangan pemiliknya. Barangkali, kado itu akan kupindah tangankan ke orang lain tanpa mengikutsertakan perasaan, yang dulu kusematkan baik-baik. Toh, tiada lagi yang tersisa. Kau, ataupun perasaan itu. -- Cause there we are again, when I loved you so Back before you lost the one real thing you've ever known (Taylor Swift)

Bebersih

Iseng nonton video home organizing dan cleaning hacks . Merasa konyol dengan kata kunci "How to clean..." , tetapi ya sudahlah memang banyak yang belum aku tahu. Untuk membuat rumah nyaman dan keluarga betah tidak hanya mengandalkan aroma masakan, tetapi juga keteraturan dan kebersihan. Oke, dari sekarang harus belajar bersih-bersih. Kebersihan itu sebagian dari iman, Nad, jangan cuma kebersihan diri aja yang diperhatikan. Wkwkwk. Lagian ada yang ngomong, "Nggak ada izin nikah kalau kamarmu saja berantakan." Heeeeeeh, iya juga, sih. Kamar yang ukurannya cuma berapa kali berapa saja kelimpungan ngurusnya, gimana rumah dengan banyak kamar? /plak/ Wish me luck!   Duh, partner hidup masa depan, maaf ya kalau aku berantakan. o.O Cheers, Nadia Almira Sagitta

Kau, topikku

Semalam, aku tertidur terkenang kau dan semua percakapan kita. -- Topik tulisan-tulisanku bercerita tentang kau. Bunga tidurku berisikan kau. Mendadak kau jadi fokus baru. Bukan fokus yang ingin digapai, tetapi fokus yang tak terencana, tiba-tiba ada. Tulisanku tentang kau terbilang banyak dan telah terpublikasi di sini, di medsos lain, di folder khususku, di kertas-kertas kerjaku, juga di pikiranku. Ketika penulis jatuh cinta, siap-siap saja menjadi tokoh utama ceritanya. Siap-siap saja abadi dalam karyanya. Bahkan jika kau menyakiti hatinya, kau masih saja akan dituliskan olehnya sampai beberapa tahun ke depan. Penulis memiliki hati yang peka, tak jarang rapuh. Mereka perasa, itulah mengapa kadang perihal rasa diagung-agungkan dalam tulisannya. Untuk saat ini, kau adalah topikku yang paling menarik.

Dapur

Pagi tadi, tak seperti biasanya, aku nongkrong di dapur. Kulihat tante sedang memanaskan minyak dan membuat adonan. "Mau masak apa, Tan?" "Eh, Nadia. Ini, nih, mendoan." "Wiiih, caranya gimana?" Mengalirlah percakapan soal bumbu-bumbu. Heh, tumben sekali aku penasaran pada bumbu masakan. Boro-boro, dulu mah aku ke dapur cuma mencicipi makanan lalu ngacir ke ruang televisi. Kemudian, datanglah ayah yang tampaknya baru selesai mandi. Lalu disusul omku. Ayah membuat kopi, om sarapan, tante masih menggoreng, dan aku masih setia memperhatikan penggorengan yang kini berisi tempe. Kami berkumpul di dapur membicarakan makanan dan hal-hal lain. Tiba-tiba satu imajinasi berkelebat dalam pikirku. Mungkin nanti kita bisa begini. Aku dan kau di dapur, kau membuat teh atau kopi kesukaanmu, sedangkan aku menyiapkan empat tangkup roti isi. Dua kita lahap untuk sarapan dan dua lagi kita bawa ke tempat kerja. Sembari melakukan itu, kita bertukar senyum seperti b

Trik Makeup: Lipstik sebagai Pemerah Pipi

Gooood mornin'!  Yuhu, apa yang lebih membahagiakan dari pagi di akhir pekan? Saatnya bersantai dan menyenangkan diri. ♡ Hari ini aku iseng mencoba satu trik makeup dari beauty vlogger di Youtube, yakni menggunakan lipstik sebagai pewarna pipi. Hah? Lipstik, kan, buat bibir, Nad?! Kok dipakai di pipi? Apa nggak membuat breakout?  Yah, kalau kamu punya kulit yang sensitif dan acne prone sepertiku, lebih baik pakai blush on daripada lipstik. Lipstik punya zat kimia yang barangkali berbahaya jika digunakan di kulit wajah. Toh, ia tidak diciptakan untuk itu, omong-omong. Namun, hari ini aku mencobanya untuk senang-senang. Just for fun , wkwk. ^^ If this trick works for you, you'll have a whole new colour for your blush. Why don't you give it a try? One attempt won't hurt. :p Nah, aku tes pakai lipstik warna velvety brown 14 Wardah. Sepertinya lipstik warna pink dan merah juga bakal cocok untuk eksperimen ini, tetapi aku tidak menyarankan warna merah darah karen

Melupakan Salwa

Dirundung duka karena rindu yang begitu menggebu Apakah suatu saat aku akan menjelma Amba yang seketika melupakan wajah kekasihnya, Salwa? Melupakan kau dan mengapus semua angan-angan tentang kau? -- Tak ingin berhenti membaca Amba. Seru sekali novelnya. Belum sampai setengah pembacaan.

Memilih Sereal

Selamat pagi! Sudah sarapan belum?  Breakfast is the important meal of the day , lho, jangan dilewatkan, ya! Bagi beberapa orang, bukanlah sarapan namanya bila tidak menyertakan nasi. Ada pula yang mencukupkan diri dengan susu/teh dan roti. Bagiku, roti atau sereal cukup untuk memulai hari, soalnya aku merasa nasi terlalu berat untuk dijadikan sarapan. Well, the problem is, how to pick the healthiest one?  Tidak banyak sereal yang bisa kamu temukan di rak-rak swalayan. Kondisinya jauh berbeda dengan rak swalayan luar negeri di mana sereal telah menjadi hal yang umum. Kalau di Indonesia, seperti yang kubilang tadi, sarapan ya nasi, lain daripada itu dianggap kebule-bulean. Wkwkwk. Kamu bisa menemukan Kellogg's, Koko Krunch, Corn Flakes, Milo, Honey Star, dan lainnya di toko-toko. Nah, pertanyaannya, manakah yang lebih unggul daripada yang lain? (macam bibit unggul aja, haha!)  Aku tidak mempermasalahkan rasa karena jelas kita semua punya favorit masing-masing. Hal yang

Aku mau

Aku mau Mengenalmu dari awal Lalu diam-diam menyukaimu Dalam hening Dalam kesederhanaan -- Karena cinta yang disimpan dalam hati jauh lebih aman daripada cinta yang diumbar dan dinikmati bersama. Juga lebih manis. Apalagi jika ternyata kalian berdua saling melempar harap dan doa ke Yang Maha Cinta kemudian diamini oleh-Nya. Kau, apakah sedang mengharapkanku sama seperti aku yang juga mengharapkanmu?