Skip to main content

Posts

Showing posts from 2017

Bermain Definisi

dok. pribadi jepretan Augita P. R. Di sebuah kafe sepulang kerja, Maharani memilih tempat duduk di dekat jendela. Kafe senja itu sepi. Barangkali menu yang ditawarkan memang tidak cocok untuk pundi-pundi masyarakat Yogya. Ia sendiri hanya memesan kopi, lain tidak. Baru beberapa kali seruput, ia meluapkan tangis di sana, tak peduli pada pelayan yang curi-curi pandang penasaran. Di tengah-tengah, ia menelepon sahabatnya. "Menurut kamu apa definisi cinta?" "Ng, bagiku cinta itu rasa nyaman nan penuh bunga yang mendorong penikmatnya untuk merajut masa depan bersama." "Definisi kamu manis sekali." "Ah, paling kau mencibirku di sana." "Hm, definisimu manis dan aku suka, tetapi terlalu banyak variabelnya. Sederhanakan. Buat definisi yang mencakup seluruh jenis cinta." "Ya ... definisiku memang khusus cinta kepada pasangan hidup." "Itulah. Ayo, susun lagi!" Setelah asyik dengan definisi cinta, nikmat, da

Terpenjara Kenangan

sumber gambar Apakah menyenangkan: sedang berjalan kaki lalu terlempar ke masa lalu? Ketika langkah kita seirama, tawa kita menggema di jalan raya, dan bahu kita bersinggungan tatkala berjalan bersampingan. Apakah menyenangkan: sedang makan di restoran lalu terlempar ke masa lalu? Ketika kau menegur ada makanan tertinggal di sudut bibir, ketika piring menanti kita usai berbincang, ketika kehadiran di warung makan lebih berharga daripada makanan yang terhidang di atas meja. Apakah menyenangkan: mendengar tetesan air hujan lalu terlempar ke masa lalu? Ketika jendela kamar bersaksi atas kekhawatiran akan pertemuan yang tak jadi, ketika payung dibiarkan basah dan sepasang anak manusia duduk di bawah atap yang menaungi, ketika air hujan mengaliri pipi dan menyamarkan kesedihan yang terilustrasi. Tidak, terpenjara kenangan tak pernah menyenangkan. Manusia punya pilihan untuk menerima dan merelakan. Kepingan-kepingan masa lalu ini telanjur terkumpul da

Kisah Cinta Penulis dan Pelukis

sumber gambar Aku tak dapat menarikan kuas sedang kau bisa. Kau tak lihai menguntai kata sedang aku bisa. Kelak kupersembahkan buku-buku tentang engkau, kita. Kelak kaugelar pameran lukisan bertemakan cinta, aku, kita. Rumah kita akan penuh buku dan kanvas. Dinding kita penuh cipratan cat dan juga goresan tangan anak-anak. Rumah jarang rapi karena kesibukan kita, tetapi toh tak ada yang berkeberatan kecuali ibu ayah yang hobi bertamu mendadak. Hahaha. Kalau sudah begitu, aku yang dimarahi karena tidak bisa mengurus rumah dengan baik. Uh, padahal kita bersepakat kerapian rumah adalah tanggung jawab kita berdua. Ya sudah, tidak apa-apa mengalah pada yang tua. Suatu malam di kamar, aku dan kau mengeluhkan karya kita yang tak laku di pasaran sedang perut merongrong minta makan. Belum lagi bayi yang menangis hendak disusui. Bagaimana bisa menyusui kalau ibunya saja kekurangan gizi? Keadaan yang mengimpit ini membuat kita meninggalkan hobi dan mulai beralih profesi. Mencari pekerja

Pesta dan Sebuah Janji

dok. pribadi Pesta usai satu per satu beranjak pergi, tetapi ada satu yang berdiri di pojok sepi terlambat memenuhi janji   Ia menyapu pandang ke penjuru ruang berusaha memetakan pojok-pojok yang tadi disinggahi oleh yang sedari tadi tak henti mengabari Maaf jika kau menanti dan tiada aku yang kau dapati maaf atas kesengajaan ini yang ujungnya tak jadi lagi dan mungkin membuat kau pulang dengan patah hati Yogyakarta, November 2017

Sebenarnya Kosong

sumber gambar S: Duh, kusangka kau hendak mengenalkanku pada seseorang. D: Pada siapa memangnya? S: Ya entah, pertanyaanmu tadi seakan-akan mencari tahu kekosonganku atau tidak. D: Hahahaha, sebenarnya kosong, tetapi hatimu belum. S: Hahaha, kau memang paling mengerti. Ibarat gelas kaca yang dipanaskan lalu pecah bila api dibesarkan. Ibarat balon yang penuh udara dan pecah bila makin dikembungkan. Ibarat mangkuk yang penuh air lalu luber bila diisi lagi. Itulah ilustrasi hati yang disesaki kenangan, belum siap menerima lagi. Terlepas dari luar biasa indahnya kenangan atau pedih peri yang timbulkan ketakutan tak mudah mengosongkan hati yang telah dipenuhi hal-hal itu. Cheers, Nadia Almira Sagitta

Miss All The Feelings

sumber gambar I miss being truly, madly, deeply in love. I miss writing a bunch of poems about someone. I miss the feeling of longing. I miss the blush on my cheeks when I get notifications.  I miss the jittery feeling when I'm about to see him. I miss all the sweet feelings  that comes around when I fall in love.

Indonesia Dramatic Reading Festival 2017: Manuver

sumber gambar Indonesia Dramatic Reading Festival telah memasuki usia sewindu. Festival pembacaan naskah lakon konsisten diadakan selama delapan tahun berturut-turut di IFI LIP Sagan. Proses produksi festival tahun ini dibantu oleh Forum Aktor Yogyakarta dan naskah yang dibacakan dikurasi oleh Mas Mamad (Muhammad Ba'asyin). Dahulu selalu Mas Cindhil alias Gunawan Maryanto yang menjadi kurator naskah. Festival pembacaan naskah lakon tahun ini berlangsung dari tanggal 30 Oktober--1 November 2017. Tiga naskah yang dibacakan adalah naskah Keluarga Moechtar , Home/Sick , dan Seorang Lelaki yang Bisa Berbahasa Jawa . Satu merupakan naskah berbahasa Indonesia dan dua lainnya naskah terjemahan dari bahasa Inggris dan Brazil. Cindhil, Joned, Lusi, Neni, Verry, Mamad Penyerahan simbolis naskah IDRF dari Cindhil ke Mamad Ide Indonesian Dramatic Reading Festival muncul dari Joned Suryatmoko setelah ia pulang dari Asia Playwright Conference yang diselenggarakan di Tokyo ta

JAFF Movie Night 7: Tentang Keluarga

Rabu malam, 25 Oktober 2017, JAFF mengadakan JAFF Movie Night ketujuh sebagai pemutaran terakhirnya menjelang Jogja-NETPAC Asian Film Festival Desember nanti. Pemutaran dimulai sejak pukul 16.00, tetapi aku hanya menghadiri sesi kedua yang dimulai pukul 19.00. Malam itu ada empat film, yakni Jalan Pulang, Sisa Senja, Bagus, dan Ji Dullah. Yak, mari meloncat ke ulasan! Jalan Pulang (2016) sumber gambar Film tugas akhir ISI ini membawa tema keluarga. Aku lupa nama tokohnya, mari kita panggil ayah dan anak. Suatu pagi, ayah memasuki kamar anak lelakinya kemudian mengepak baju-baju. Ia membangunkan anaknya dan memintanya untuk mengantar ke Yogyakarta. Dari film, aku tahu ibu anak ini sudah meninggal dunia. Si anak agak uring-uringan ketika sang ayah mendadak mengajak ke Yogyakarta sebab ia tengah disibukkan dengan proses produksi film. Selama perjalanan, tidak hanya sekali mereka terlibat debat. Anak lelakinya juga berulang kali berdecak kesal. Terlihat betul ada

Berkenalan Dengan Difabel

sumber gambar Beberapa hari lalu ada yang bertanya, "Mengapa kamu belajar bahasa isyarat?" Si penanya menawarkan dua pilihan jawaban. Pertama, aku ingin sekadar tahu dan memperbanyak keahlian atau kedua, aku ingin masuk dalam dunia teman-teman Tuli. Hayo, yang mana? Aku memang ingin memperbanyak keahlianku, tetapi bukan untuk dipamerkan semata. Bukan untuk... "Eh, aku bisa berbahasa isyarat, lho, unik, kan?" bukan begitu. Who knows if someday I encounter a deaf person while he/she's having hard communication with somebody? Barangkali aku bisa membantu, iya kan? Menjadi jembatan teman-teman Tuli dan teman-teman dengar, begitu kata guruku. Itu salah satu alasan. Permisalan selanjutnya, bila Allah menakdirkan aku memiliki anak yang tuli. Aku yakin semua orang tua ingin punya anak yang berorgan tubuh lengkap, sehat, dan tidak ada satu pun kelainan padanya. Akan tetapi, siapalah kita bisa memaksakan kehendak? Jika kebetulan anakku tuli, aku bisa mengajari a

Selera

sumber gambar Dalam untaian kalimat sederhana, kau bukanlah pilihannya bukan karena kau tidak begini begitu bukan karena kau kurang ini itu cinta itu masalah selera kau dengan paket lengkap perangaimu cukup untuk sesiapa yang bersedia menerima Apabila dirimu tak masuk daftar pilihan kesalahan tidaklah terletak di pihaknya juga tidak di pihakmu sekali lagi, cinta itu masalah selera yang tak bisa kaupaksa juga kau pertanyakan mengapa Yogyakarta, Oktober 2017

Murka

sumber gambar Angkara murka telah menghancurkan kita berdua jiwa-jiwa yang panas oleh gumpalan kekesalan makin menjadi-jadi duar! habislah terkoyak cinta dan berganti sesak di dada Yogyakarta, Oktober 2017

Seandainya

sumber gambar "Seandainya engkau ada di sisiku Kan kujaga kau selamanya takkan pernah kusakiti hatimu." (Paul & Gita - "Seandainya") Di tengah badan yang lemas karena kurang makan dan begadang, mata yang sayu, juga kondisi hati yang morat-marit, ini senyum pertamaku dalam tiga hari. Aku baru pertama kali melihat video klip lagu ini dan ternyata lirik dan videonya romantis, namun tidak muluk-muluk. Entah mengapa, bayangmu tidak hadir sama sekali ketika aku mendengarkan lagu ini. Alhamdulillah. Ya, itu tantangan tersendiri sebenarnya. Bagaimana caraku menghapuskan semua jejakmu dari bayangan masa depanku. Aku telanjur berpikir jauh dan kini aku harus bertanggung jawab pada khayalan yang kurangkai sendiri. Seandainya kita tidak berjumpa, bagaimana? Allah mengingatkan para hamba-Nya untuk tidak mengandaikan kejadian masa lampau sebab apa yang telah terjadi merupakan takdir Allah. Aku juga tidak hendak menyesali sebuah pertemuan: pertemuan kit

Diskusi Malamuseum: Erotika dalam Serat Centhini

sumber gambar Malam ini pendapa Museum Sandi dipadati pengunjung. Rupanya, Komunitas Malam Museum sedang mengadakan diskusi seru mengenai erotika dalam Serat Centhini. Ini merupakan program diskusi perdana dari Komunitas Malam Museum Yogyakarta. For sure, I'll join the next meeting! Omong-omong Serat Centhini, sebagian besar dari kita mengenalnya dengan kamasutra Jawa. Hmm, tanggapan tersebut tidak sepenuhnya salah, tetapi tidak juga benar seluruhnya. Serat Centhini yang terkenal adalah Serat Centhini Kadipaten  dibuat di saat Stamford Raffles berkuasa, nyaris bersamaan dengan penyusunan buku History of Java . Kedua buku ini sumbernya sama dan hasilnya sama. Apabila Serat Centhini disusun pada tahun 1814 maka buku History of Java oleh Stamford Raffles disusun pada tahun 1811. Serat ini ditulis selama sembilan tahun dan menghabiskan biaya sebesar 10.000 ringgit. Pakubuwana V Adipati Anomlah yang mengutus tiga orang sebagai penulis utama Serat Centhini, yakni Yasadipura II

Pemutaran Film Narasi Yang Lain dari KDM Yogyakarta

sumber gambar Klub DIY Menonton hadir lagi! Ini salah satu kelompok menonton yang cukup rutin aku hadiri. Setahuku, di Yogyakarta ada empat kelompok pemutaran film alternatif, yaitu JAFF, Klub DIY Menonton, Animasi Club, dan Kamisinema ISI. Berkat mereka aku jadi jarang nonton bioskop (lha wong dari dulu juga jarang, Nad! Hahaha). Pada KDM 22, film-film dibagi ke dalam dua sesi dan kali ini menghadirkan empat film luar negeri dari Prancis, Rusia, Turki, dan Brazil. Film barat dan dua film Indonesia yang sudah aku bahas sebelumnya hanya akan kubahas sekilas di sini. :) The Age of Reason (2016) sumber gambar Sejujurnya aku bingung ini film mengenai apa. Ditambah lagi posisi dudukku di belakang yang makin menyulitkanku untuk membaca subtitle. Banyak hal yang terlewati pastinya. Di negara Pablo, anak-anak harus memilih pekerjaan impian mereka pada umur tujuh tahun. Euh, muda pisan! Pablo dengan tegas memilih cashflow manager sebagai pekerjaan impiannya. Ak

Perempuan-perempuan Pesantren: Ulasan Teater Annisa

dok. pribadi Annisa dan Nimas Ada yang menarik di UNY malam ini! Apa, tuuuh? Acara Laboratory Unstrat (Unit Sastra dan Teater) UNY, tentunya! Ini merupakan gabungan lima pertunjukan dalam satu malam, yaitu eksperimentasi puisi, monolog, pantomim, musikalisasi puisi, dan drama. Dari lima pertunjukan, aku ingin menyorot drama yang berjudul Annisa. Annisa--sebagaimana yang kita tahu--bermakna perempuan. Drama ini mengisahkan kehidupan empat santri dengan Annisa sebagai tokoh utama. Annisa, Sundari, Wati, dan Nimas merupakan kawan karib yang berbeda karakter. Ada Wati yang ceriwis nan genit, Nimas yang tomboy dan kritis, Sundari yang ustazah banget, dan Annisa yang kalem. Mereka berempat tampil dengan busana khas santri: baju longgar dan kerudung lebar. Sungguh kusayangkan semua aktris ini--tak terkecuali Sundari yang dicitrakan alim--membuka kerudungnya padahal mereka memerankan tokoh berjilbab panjang. Ya, aku tahu santri tidak mengenakan kerudung di kamar, teta