Skip to main content

Posts

Showing posts from 2011

KUTUKAN 11

Diberi kutukan sama Mbak Rhein Fathia. Okay, here is my answer! Nadia itu: 1. A bit Talkative "What? A bit? Just a bit? She is more than a bit!!" hehe, itu komentar temenku soal kecerewetanku yang katanya nggak ketulungan. Semuaaaaa diceritain. Walaupun sebagian besar cerita tentang kehidupanku, sih. Hahaha, well, ada mulut kok nggak dipake gitu, lho. Maksimalin aja! Selama nggak bikin orang sedih, kan? Nggak suka gosip, kok. :P 2. Buku Books, books, everywhere. Wah, di kamarku tuh udah jadi lautan buku! Gimana enggak, semua buku beterbaran di lantai. Habis baca, taruh deh. Haha, sumpah, buku itu... duniaku banget. Bisa lupa makan, lupa mandi, lupa segala ketika aku dipertemukan dengannya! --> weleh". Karena yah, sebenarnya aku itu kutu buku. Semua yang ada tulisannya pasti dibabat habis, deh! 3. Berantakan "Ckckck... Ini kamar cewek apa kamar cowok, sih? Berantakan banget." komentarnya setelah melihat kamarku yang penuh barang di lantai, tempat t

Bunda Untuk Nayla

Oleh: Nadia Almira Sagitta “Bunda, Nayla mau nyanyi. Dengerin yah,” pintanya, menarik-narik bajuku. “Enggak, aku lagi sibuk!” “Sekali aja, bunda please…” ia memohon. “Dibilangin lagi sibuk. Udah Nayla main ke sana aja!” sergahku. “Yah, bunda. Padahal lagunya bagus.” Ia tertunduk kecewa kemudian kembali ke kamarnya. Kalian pasti mengira aku kejam, bukan? Aku memang membenci bocah kecil itu sedari dulu, bahkan aku menolak mentah-mentah kehadirannya di hidupku. Iya, dia. Nayla. Darah dagingku sendiri. * * * “Nayla, pulang sama siapa?” berikut pertanyaan Ibu Risma, guru TK Nayla. “Pulang sendiri, bu guru.” “Nggak dijemput bunda, ya?” “Enggak, bunda bilang, Nayla pulang sendiri saja. Bunda sibuk, katanya.” Jawab Nayla polos. “Oh begitu.” Ibu Risma manggut-manggut sembari berpikir, sesibuk apa ibu Nayla hingga tak sempat menjemput anaknya sendiri. Dan Nayla berjalan seorang diri, menempuh perjalanan sekitar 1 km untuk sampai di rumahnya. * * * “NAYLA! Kamu ‘kan yang menggambar di buku ini?”

Aku dan Debu

Oleh: M.Taslim Ali Aku jelajah ini kota, Simpang siur jalannya. Tampak tangis darah dan daging, Mengeluh jatuh ke debu. Aku jelajah gunung dan lembah Debu ngebul dari kakiku. Mulut bedil dan mortir, Rahang meriam, ngebulkan debu, Balikkan debu pada debu Debu dan debu. Aku penjelajah gelap dan caya. Aku debu, Seperti tangis darah dan daging, Seperti debu keluh, keluh kakiku, Debu takdir, bedil, dan mortir. Pada akhir jalanku, Kembali pada debu. Dari gelap ke caya, Dimana aku lupakan debu...

Kangen

Oleh: W.S. Rendra Kau takkan mengerti segala lukaku Karena cinta telah sembunyikan pisaunya Bayangkan wajahmu adalah siksa Kesepian adalah ketakutan dan kelumpuhan Engkau telah menjadi racun bagi darahku Apabila aku dalam kangen dan sepi Itulah berarti aku tungku tanpa api...

Gadis yang Kau Tinggalkan part II

Aku menggenggamnya erat Membolak-balik halamannya Seolah tak percaya, bahwa kau tega bertindak seperti ini Bukankah dahulu sudah kukatakan jangan usik aku lagi? Tak adakah rasa bersalahmu sudah mengobrak-abrik hidupku? Jatuh, aku merosot turun saat menerima secarik kertas itu Badanku lemas seketika, tak berdaya Nafasku tak teratur Gemuruh di dadaku tak dapat lagi kutahan-tahan Akhirnya aku menangis di atasnya Mengaburkan tinta hitamnya Bahagiakah kau telah mencampakkan aku? Puaskah sekarang kau melihatku? Berkali-kali aku menghapus air mata yang menghiasi pipi Lalu, mencoba menguatkan jemariku untuk membuka lembaran itu Dengan tangan yang bergetar, aku membaca kata per kata yang tertera Ketika kutemukan namamu, ingatanku berputar ke masa itu Harusnya itu aku! Harusnya aku menggantikan dirinya yang kini ada di sisi namamu! Kesedihanku berganti kecewa Kamu mengingkari janjimu Dan, gadis menangis tanpa suara. Ungkapan kekecewaan hatinya terhadap pemuda yang selama ini dicintainya. Namun t

Gadis yang Kau Tinggalkan

Kau hilang, menyisakan cinta Kau hilang, meninggalkan perih Kau hilang, menyayat hatiku yang tulus mencintaimu Kau hilang, sesaat setelah kau berkata cinta padaku… Mengapa kau harus hadir jikalau akhirnya kau menghilang jua? Mengapa kau harus menyukaiku jikalau kau jugalah yang membuatku sakit? Mengapa kau harus merebut perhatianku? Memenangkan hatiku? Mengapa kau harus ada dalam kisah cintaku? Kau hilang tanpa alasan Setelah kau mengalihkan duniaku, kamu menghilang begitu saja Buat apa??? Apa artinya ini? Perasaan ini? Cinta ini? Rindu ini? BUANG SAJA SEMUA! Namun, tahukah engkau? Sulit bagiku ‘tuk melupakanmu Karena, kamu begitu baik padaku Karena, segala perhatian yang engkau curahkan untukku Karena, hidupku telah diwarnai olehmu Haruskah kau memalingkan wajah ketika tatapan mata kita beradu? Haruskah kau mengambil jalan lain ketika langkah kita bertemu? Haruskah kau membalikkan badan ketika kita berpapasan? Haruskah kau berpura-pura tidak mengenalku? Jahat nian dirimu Padahal, sela

Ada Apa dengan Hatiku?

Oleh: Nadia Almira Sagitta Ada apa dengan hatiku? Ia tercabik tanpa sisa, tak meninggalkan jejak Ia memudar, hingga tak kasat mata Hatiku kehilangan rasanya Aku tercabik, namun tak merasakan sakit Aku kehilangan, namun tak merasakan rindu Karena Akulah biang onarnya Yang menghilangkan perasaan itu adalah aku Yang mencabiknya adalah diriku Yang menggantinya juga daku -.-.-.-.-.-.-.-.-. Bukanlah kuasaku mempertahankan rasa cinta itu Bukanlah mauku melupakan seseorang yang sempat singgah disana Bukan pulalah aku yang mengatur Serahkan semua tanya, terka, kepada yang berkuasa Allah SWT. Allah lah yang mengombang-ambingkan hati seseorang Begitupula denganku. Aku hanya larut dalam permainan-Nya Keputusan yang kupilih adalah kehendak-Nya Allah tahu yang terbaik untukku, maka Allah menunjukkanjalan-Nya Terima kasih Ya Allah… (Ya Allah, aku kembali melabuhkan hati ini kepada seorang hambamu. Hambamu yang insyaAllah senantiasa taat kepada-Mu. Ya

Tapi, Walau, Kenapa? Karena, Biar, Dan....

Oleh: Nadia Almira Sagitta Tapi... Tapi aku suka Tapi aku cinta Tapi aku rindu Tapi aku memimpikannya Tapi aku mengingatnya Walau... Walau dia tak suka Walau dia mencintai yang lain Walau dia tak merinduku Walau dia tak mengajakku berkunjung ke mimpinya Walau kuyakin dia tak mengingatku Kenapa? Kenapa aku menyukainya? Kenapa wajahnya selalu membayangiku? Kenapa karenanya diriku menjadi semangat? Kenapa karenanya aku mau berubah? Kenapa namanya selalu muncul dalam benakku? Kenapa figurnya hadir dalam tiap mimpi indahku? Kenapa aku tetap mencintai seseorang yang sekaligus membuatku susah? Karena... Aku juga tak tahu alasannya mengapa Aku hanya percaya cinta ini dititipkan oleh-Nya Aku hanya bisa berharap, dialah untukku Aku pasrah, bila akhirnya dia hanya menjadi bagian dari cerita cintaku Aku senang dan berbunga-bunga tanpa harus memiliki Aku suka melihatnya bahagia walau bukan karenaku Biar... Biar sa

Hampa

Oleh: Nadia Almira Sagitta diam. diam, diam, diam. hanya bisa terdiam. terdiam membisu sunyi. sunyi, sunyi, sunyi. sunyi senyap, hidup dalam sunyi. sepi. sepi, sepi, sendiri. hidup mencoba mandiri, tak ada yang menemani. aku sendiri, tenggelam dalam sepi. hidup dalam kesendirian hidup bertemankan kesunyian hidup tanpa sanggup berkata-kata hidup sebatang kara. mencoba memaknai hidup dalam hening. memaksakan tuk kenal dekat dengan lengang. membiasakan diri dengan kekosongan. membiarkan diriku didampingi oleh kehampaan.

Cinta pada pandangan pertama

Oleh: Nadia Almira Sagitta 2 bola mata indah itu Senyum lepas milikmu, begitu memikatku Kamu dengan tubuh molekmu, yang terbalut busana warna pastel itu Memesonakan diriku Rambutmu yang berkibar diterpa angin Cara berjalanmu yang menampakkan kesan anggun Hanya satu kata yang dapat membahasakan dirimu, menawan Satu kombinasi yang tak mungkin terlupakan Walau hanya sekilas, terekam dengan baik dalam memoriku Senantiasa terbayang dalam benakku Menghipnotisku, membuat diriku terpukau akan sinarmu Membuatku jatuh cinta akanmu

Bersedih

Oleh: Nadia Almira Sagitta Tenggelam dalam sepi Terhanyut dalam lara Terhipnotis oleh sendu Terbawa oleh muram Sepi sendiri Duka lara Sedu-sedan Muram durja Bersedih Hanya bisa meratap Hanya dapat tercenung juga terdiam Hanya sanggup menerima kenyataan Tak ada kekuatan untuk mengubah semua Kepala yang tertunduk, pipi yang membasah Mata yang sendu, bibir yang terkatup Semua terpana tak percaya menatap batu nisan di hadapan Bahwa orang tersayang telah pergi dan takkan kembali Meninggalkan diri ini sendiri, tanpa sesiapapun yang ditinggalkan untuk menemani

Hujan

Oleh: Nadia Almira Sagitta Matahari kian memudar Sinar kuningnya berganti gelap Mendung, sesuram hatiku Kilat menyambar-nyambar menghiasi langit sore itu Guntur menggelegar, memecah keheningan Aku memandangi jendela kamar yang basah akan titik air Keheningan suasana menyergap, membuatku mengingat masa lalu Dulu, kala hujan mengguyur bumi pertiwi Kita bermain-main di bawah rinai hujan Tertawa-tawa, berkejaran satu sama lain Hawa dingin sedikitpun tak kita hiraukan Yang penting, senang kita rasakan Tak dinyana, kini kamu pergi meninggalkanku sendiri Memaksaku melewati hujan, tanpa dirimu Hujan tak lagi riang, hujan tak lagi membuatku tersenyum Kini, hujan hanya menguak kenangan lama di hatiku Kenangan antara aku dan kamu…

Cintaku Kepada Pelayan Kafe

Oleh: Nadia Almira Sagitta Kulangkahkan kakiku menuju satu coffee shop terdekat dari kampus. Sore itu, keadaan sangat lengang. Yah, baguslah, dengan demikian aku bisa duduk tenang menikmati coffee latte pesananku. Kuangkat cangkir kopi yang masih panas, persis di depan hidungku, mencium aromanya sebentar, lalu menghirupnya pelan. Nikmat sekali, paduan kehangatan kopi dengan dinginnya hawa di luar sana. Sambil meminum kopi, aku membolak-balik majalah Kawanku terbaru yang kubawa sedari tadi. Bosan membaca, pandangan kusapukan ke tiap sudut kedai kopi ini. Tiba-tiba, pandanganku terhenti pada satu titik. Seseorang. Lelaki. Membawa notes kecil di tangannya. Dengan apron berwarna coklat susu. Sebenarnya biasa saja, ia hanya seorang pelayan di coffee shop ini. Entah apa yang membuatku tertarik padanya. Mungkin karena aku tak pernah melihatnya di sekitar sini. Sepertinya ia pekerja baru. Pandanganku tak lepas daripadanya, kutopang daguku di atas tangan, melihatnya dengan leluasa. Namun, s

Maaf

Oleh: Nadia Almira Sagitta Ada seorang gadis kecil terduduk di pojok kamar. Ia sedang bersedih, wajahnya muram, kepalanya ditundukkan sedari tadi. Tangannya yang kurus memeluk kedua lututnya, membenamkan wajahnya di sana. Bulir-bulir air mata mengalir, membasahi kedua pipinya… Isakan tangis pun terdengar, menggema di kamar kosong itu. Sedapat mungkin ia mengecilkan suaranya, tapi tak dapat ia lakukan Terlalu sedih, terlalu berat, terlalu sakit untuk ditahan-tahan Sedari tadi bibirnya bergetar meluncurkan kata “maaf” Maaf…Maaf… Maaf…Maaf… Ditujukan kepada seseorang yang entah masih mengingatnya ataukah tidak Tapi sungguh, ia benar-benar meminta maaf Meminta maaf atas perlakuannya terhadap ‘seseorang’ Meminta maaf atas sikapnya selama ini Meminta maaf telah membuat ‘seseorang’ itu bersedih Meminta maaf pabila ia telah menyakiti hati ‘seseorang’ Meminta maaf karena telah mengecewakan hati ‘seseorang’ itu Tak habisnya kata maaf itu mengalir dari mulutnya…

Cerita Pendek (Benar-benar pendek)

Oleh: Nadia Almira Sagitta Malam itu, aku diteleponnya. Tumben. “Halo? Eh, besok mau nggak jalan-jalan?” tawarnya. “Jalan-jalan? Mau, mau, mau! Kok tumben?” “Lah, kan janji saya yang waktu itu.” Katanya mengingatkan. “Hah? Janji? Oh, yang itu? Astaga, masih kau ingatnya…” “Ya sudah, besok ya? Jam sepuluh saya sudah ke rumahmu.” “Iya, iya, makasih!” ucapku tertahan, perasaan bahagia ini sudah ingin saja membuncah sedari tadi. Tak dapat lagi kutahan-tahan. Aku mendapati diriku, tersenyum-senyum sendirian. Esok paginya, aku bangun lebih cepat dari biasanya. Hari itu Minggu, jadi wajar saja kalau aku bermalas-malasan di kamar. Tapi tidak untuk hari ini. Hari ini kan aku mau jalan-jalan. Aku sudah selesai mandi, sudah rapi. Aku menunggunya sudah seperempat jam yang lalu. Dia di mana ya? Aku mencoba menghubunginya dengan mengiriminya pesan. Dan ia membalas, “Maaf, masih di jalan. Mungkin 20 menit lagi sampai. Maaf terlambat.” Dan aku tetap duduk menunggunya datang, berkunjung ke rumahku. Sa