Skip to main content

Posts

Showing posts from July, 2015

Kembalilah, Cinta

Rasulullah SAW bersabda, "Ketahuilah sesungguhnya dalam jasad itu ada seonggok daging. Jika dia baik maka baiklah seluruhnya dan jika dia rusak maka rusaklah seluruhnya. Seonggok daging itu ialah hati". (HR Bukhari) Aku mulai menemukan kebenaran hadis ini. Well, hadis-hadis sahih tentu benar adanya, maksudku aku telah menemukan refleksinya pada diriku sendiri. Jangan coba-coba bermain dengan hati. Sekali ia patah, berantakan pula hidupmu. Jangan menyakiti hati karena kau akan menghabiskan stok air mata diiringi rasa sesak di dada. Awalilah dengan baik, sikapi semuanya dengan sederhana. Jangan menambahkan harapan dan angan-angan yang jelas tak kau ketahui ujungnya. Bila kau temukan semuanya tak sesuai keinginan, hatimu 'kan tersayat. Bila belum kau temukan cahaya cinta dari kisahmu, kau 'kan dapati dirimu menangis atas ketidakpastian yang kau ciptakan sendiri. Jangan terlalu cinta . Jangan pernah terlalu mencintai seseorang. Kau belum mematahkan anganku. Tapi kau

Finally found you

Aku masih ingat pertemuan pertama kita. Canggung. Secara kita tak pernah berbincang sebelumnya. We refuse to see each other's eye . Terlalu malu. Obrolan kita singkat saja dan tidak ada maksud apa-apa, tetapi aku merasakan sesuatu yang tak dapat kudefinisikan. Yang aku tahu, aku tersenyum selepas perjumpaan itu. Somehow I know I've waited my whole life to see You standing there With the wind in your hair   Suatu ketika, aku melihatmu tampil berbeda dari biasanya. Kau berdiri jauh dariku, tetapi sosokmu cukup jelas untuk ditangkap retinaku. Beku. Aku terkesiap saat melihatmu. Terpesona, mungkin? Aku segera memalingkan pandangan dan tersenyum lebaaaar sekali.   Dia, tangan dia yang mau kugenggam saat berjalan bersama Dia, lengan dia yang mau kugandeng erat saat menghadiri segala pesta Dia, langkah dia yang ingin kusejajarkan dengan langkahku Dia, senyum dia yang ingin kulihat setiap hari untuk mengerti arti bahagia Dia, candaan dia yang ingin kunikmati saat hidup membe

Maunya sevisi

N: Tahu nggak, sih, aku kepikiran sesuatu. F: Apa? N: Tentang dia. Ngngng... tahu, ah. Ngerasa aja rencana masa depanku bakal berubah total kalau aku sama dia. Aduh, kenapa aku nggak jatuh cinta sama yang lain aja, ya? F: Eh, jangan gitu. T: Iya, jangan. Biasanya malah dapat orang nggak kamu mau. N: Ya, nggak apa-apa juga, sih. Toh, aku suka yang ini. Dia cuma nggak meet my standard aja. Aku maunya sama orang yang begini, begini, dan begitu. T: Yeeeee, itu mah kiri-kanan oke! N: Hahaha! Yha...  Hidup jangan serius-serius amatlah, Jeung. Dibawa santai aja. :) *eh, tetapi nikah nggak bisa hanya modal cinta. Cari yang beneran sevisi sama kamu. Yang bisa dukung mimpi-mimpi kamu gitulah. Good luck ya finding the one ! Cheers, Nadia Almira Sagitta

Rekan Kerja

D: Aku habis berantem sama dia. Ngamuk. N: Loh, kenapa? D: Susah, deh, kalau begini. Kenapa harus jadi rekan kerja, sih? Huhu. </3 N: Ahahah, kalian kenapa, sih? Bukannya baru kemarin berdebat lagi? D: Iya, nih. :( Hahahhaa. Sulit, ya, satu divisi dengan si dia. Bawaannya mau berantem melulu kalau tidak sepaham.  Cheers, Nadia Almira Sagitta

Keep in touch

Sejauh apa pun jarak yang membentang di antara kita nanti, tetap saling memberi kabar, oke? Maaf bila aku terkesan melankolis. Aku terbawa suasana lagu "We Keep In Touch, Okay?" dari film Love, Rosie. Tetaplah menjadi kawanku walaupun nanti suasananya jelas berbeda, kesibukan kita berbeda, dan lingkungan kita pun tak lagi sama. Tetaplah menjadi kawan meskipun waktu dan keadaan membuat segala-galanya awkward dan tak biasa. Bisa jadi ada di antara kita yang menikah duluan. Bisa jadi salah seorang di antara kita sibuk membahagiakan pasangan masing-masing dan kita pun saling melupakan. Sama seperti Alex dan Rosie. Juga sama seperti Dexter dan Emma. Jika itu terjadi, tentu aku akan bersedih karena merasa kehilangan. Akan tetapi, kalau mau nikah, nikah saja. Habis perkara. Aku tak lagi peduli siapa menikah dengan siapa. Yang kupedulikan hanya perkawanan kita. Itu saja. Tidak lebih. Salam, Nadia Almira Sagitta

I'm beginning to see the light

I never cared much for moonlit skies I never wink back at fireflies But now that the stars are in your eyes I'm beginning to see the light I never went in for afterglow Or candlelight on the mistletoe But now when you turn the lamp down low I'm beginning to see the light Used to ramble through the park Shadowboxing in the dark Then you came and caused a spark That's a four-alarm fire now I never made love by lantern-shine I never saw rainbows in my wine But now that your lips are burning mine I'm beginning to see the light (Kelly Rowland) Yea, yea, you came and caused a spark in my life. ♡ Luv, Nadia Almira Sagitta

Wara-wiri persiapan

Tadi aku bercerita dengan sahabatku. Ia menceritakan proses-menuju-nikahnya yang lagi-lagi terhambat. Niat sucinya baru dapat terwujud selepas lulus, insyaaAllah. Padahal proses mereka sudah dimulai sejak lama dan ingin mereka akhiri dengan bahagia dan segera. Kau tentu dapat membayangkan betapa menyedihkannya berita ini.  Ternyata, proses-menuju-nikah itu tidaklah mudah. Pertama, mesti wara-wiri mencari sosok si dia, kedua wara-wiri lagi memperoleh restu orangtua, ketiga sibuk sana-sini mempersiapkan segala detail acara resepsi, keempat...menghadapi pernikahan itu sendiri. I got an advice from my bestie , "Selalu pikirkan kemungkinan terburuk. Bahagia itu pasti, tetapi apakah kita siap menghadapi kemungkinan terburuk itu? Marriage isn't all about happiness, baby ." I'm still on the stage one . Haha, itu juga belum nemu. Eh, belum mau nemu, sih, maksudnya. Ng, maksudku pengin nemu sekarang, tetapi nggak pengin ngejalanin sekarang. Eh, apa sih! Nggak jelas banget. H

Kalau memang niat

Kalau memang niat, pasti kau bisa.  Kalau berniat lulus sesegera mungkin, pasti kau bisa. Kalau berniat jadi wisudawan terbaik, pasti kau bisa. Kalau berniat mengejar S-2, pasti kau bisa. Kalau berniat belajar masak, pasti kau bisa. Kalau berniat menjadi pribadi yang hemat, pasti kau bisa. Kalau berniat melupakan seseorang, kau pun pasti bisa. Semuanya pasti bisa asal kau niat. Jika niat itu belum kau pancangkan dengan kuat, sia-sialah semua. Semua hanya jadi wacana yang ribut dalam pikiranmu. ...dan dia pun masih akan tetap tinggal dalam batinmu.

Ada Kita

Ada sunyi di antara jarak Ada jarak di antara kita Ada rindu di tengah cinta Ada cinta di pikiran kita Ada sekumpulan insan yang menyimpan rahasia Ada kita di antara mereka Rahasia itu bernama cinta Sesuatu yang kita akui keberadaannya Juga kita alami berdua Tapi tak pernah ada mufakat Antara kita Mengenai cinta Dan kesepakatan Untuk hidup Bersama  Kita begini-begini saja Membiarkan diri untuk dicaci Makhluk-makhluk Tuhan Karena melakukan kesalahan Yang dianggap sederhana Padahal sejatinya luar biasa Kita begini-begini saja Membiarkan hati cabik terkoyak Dalam ketidakjelasan rencana Dalam kehampaan terka dan kira Masih bisakah hal ini kusebut cinta alih-alih rasa nyaman yang berlindung di balik tirai dosa?

Cahaya, An-Nuur

"Tak perlu ada adegan saling tunggu, bukan? Yang perlu kita lakukan hanyalah belajar saling melepaskan." (Kang Abay) "Kau tahu? Kau hanya terlalu khawatir akan masa depan. Apalagi perihal jodoh yang tak kita ketahui tanda-tandanya. Percayalah, Allah punya rencana terbaik. Jangan kau ragukan rencana-Nya." (Dey) Teman, Hari ini aku bertemu seseorang. Kami mengobrol lama sekali. Ia sejurusan denganku, tetapi berasal dari universitas lain. Ia punya rencana studi yang mirip denganku yakni melanjutkan pendidikan hingga ke jenjang doktor. Kami berbincang mengenai universitas impian, spesifikasi jurusan, keadaan kampus, dan semacamnya. Tak butuh waktu lama untuk mengidentifikasi lingkup pergaulan pria ini. Ia satu lingkaran denganku. Akademisi, boleh kau katakan. Memang mudah kecenderungan merayap ke permukaan apabila kita temukan hal-hal yang serupa. Sebentar, kau sangka aku jatuh cinta padanya? Tidak, terlalu dini bila kukatakan aku menyukainya. Aku sekadar ba

Kebetulan

Di pesawat tadi, aku tidur lamaaaaaa sekali. Gagallah rencanaku membaca buku. Hehe. Bosan tidur, aku memerhatikan penumpang di sebelahku. Ialah seorang nenek dan cucunya. Di tengah-tengah perjalanan, aku mengajaknya bercerita. N: Ibu asli Medan? I: Iya, dari Perbaungan. Ini ke Jakarta mau nengok anak saya di (...) N: Wah, asyik ya, Bu, ketemu anak di sana. Tadi saya kira ibu orang Jawa. Agak medok gitu. I: Oh, bukan. Saya asli Medan, tetapi saya punya menantu orang Jogja, Sleman. N: Oh, ya? Waaaah, saya orang Jogja. Sleman juga, Bu. Saat nenek itu menyebut nama tempat tinggal anaknya, aku tertegun. Itu, kan, daerah tempat tinggalmu. Apalagi saat beliau mengaku punya menantu orang Sleman. They could be us ... Percakapan ini terjadi sesaat setelah aku memikirkanmu dalam tidurku. Entahlah, Allah tahu saja cara membuatku bahagia. Cheers, Nadia Almira Sagitta

Liburan Medan 2015

Liburanku ke Medan sungguh singkat sekali. Tak terasa besok daku harus kembali ke tanah rantau. Kembali menghadapi kewajiban yang belum tuntas. Dalam liburan dua belas hari ini, aku tak mengunjungi banyak tempat seperti tahun lalu. Aku bahkan tak ke Galeri Rahmat--museum margasatwa yang rutin kukunjungi tiap ke sini. Hal yang berbeda dari liburan tahun-tahun lalu adalah fokusku. Bila kemarin fokusku ke tempat wisata, kali ini aku berfokus kepada pengenalan keluarga. Bukan, bukan dua keluarga. Perjalanan ke sana masih jauuuuuh. :v   Aku mulai mengenal hubungan kerabat uwo, nenek, om, dan tante yang kukunjungi. Setidaknya, aku tahu ada keluargaku di Jabodetabek dan sekitaran Sumatera. Setidaknya, aku tahu rumah gadang keluarga nenekku dahulu benar-benar gadang. Setidaknya, aku tahu penggunaan panggilan mak tuo, pak tuo, om, dan tante. Setidaknya, aku tahu sistem kekerabatan orang Minang benar-benar erat, dimulai dari satu kampung, satu rumah gadang, satu mamak, dan lain-lain. Setida

Bola

Sepupuku, Rafa, sedang asyik bermain PS 2. Permainannya sepak bola. N: Hei, kakak mau coba main, dong. R: Nih pakai punya si Arqan, kak. N: Kakak yang mana ini? Merah semua kausnya. Akak nggak bisa bedain. R: Kakak yang merah polos. N: Yang mana? Tak nampak bedanya. Ganti pemainlah. R: Oke. Jadi kakak mau yang mana? N: Apa aja asal jangan warna merah. Hm...yang ini, deh. N: Bang, cemana maininnya? Terus, gawang akak yang mana? R: Lari-lari ajalah, kak. Hahaha, tentu tak mungkin lari-lari saja. Arqan menghampiri kami dan begitu saja merebut stik PS 2 dari tanganku. R: Dek, kak Nadia baru main. N: Biarlah, Bang. Akak lihat dulu aja. R: Janganlah, kak. Nanti dia menang. Jago kali dia. N: (dalam hati) Oh gitu, jadi kamu mau bertanding denganku karena aku belum jago. Hahaha iya juga, sih. Kuperhatikan mereka sibuk menarikan jemarinya di atas tombol-tombol stik. N: Dek, yang X buat apa? R: Oper, kak. N: Terus itu gimana tuh bikin jatuh orang? A: Tekan yang bulat, kak. A:

Definisi Cantik +sisipan curhat

Hai, halo! Tadi aku dari Centre Point, mal baru di Kota Medan ini. Hehe, aku ke sini karena diajak omku untuk makan siang. Yippie! \:D/ Mal ini ruar biasa besarnya pemirsa. Toko-tokonya pun didominasi oleh barang bermerk kelas tinggi. Aku mengelilingi mal ini sekilas saja. Tujuanku, kan, makan bukannya berbelanja. ( ._.) Nah, setelah puas berkeliling, kami turun ke lantai terbawah tempat food court berada. Omku merekomendasikan Coffee Crowd--sebenarnya bukan rekomendasi karena enak, melainkan karena om dan tanteku baru mencoba stall itu. Hahahaha. Sebelumnya, aku singgah di The Body Shop karena hendak membeli toner tea tree. Well , aku tergoda dengan review-review cantik di luar sana mengenai toner, oil, dan night cream rangkaian tea tree TBS yang katanya mangkus membasmi jerawat. Okelah, worth to try . Toh, beberapa bulan ini aku juga memakai scrub, facial wash , dan clearing lotion dari produk yang sama. Yeay, benvenuto toner tea tree ! Keadaan Coffee Crowd sor

Cincin-cincin

Kini ada dua cincin di jemariku. Satu cincin bunga mawar di jari manis kiriku Satu lagi cincin bersimbol wanita di jari tengah kananku Alasanku membeli cincin dan bahkan ingin mengoleksinya adalah Aku tak cocok mengenakan perhiasan lain Kalung? Tentu saja tak terlihat karena tersembunyi di balik jilbab Anting-anting? Sama saja tak terlihat, lagipula aku tak bisa lagi memakai anting Gelang? Lingkar tanganku terlalu mungil untuk ukuran gelang normal Jadi, cincinlah satu-satunya perhiasanku Alasan kedua mungkin karena Aku ingin mengikatkan diriku pada sesuatu Aku tahu memang tidak ada hal yang serius pada cincin-cincinku Toh, aku yang membelinya Aku sendiri pula yang mengenakannya Tapi aku suka memandangi mereka lama-lama Berkhayal suatu saat cincin-cincin itu kelak tergantikan oleh satu cincin Pemberian orang lain Yang ingin mengikatkan dirinya padaku Dan aku pun rela mengikatkan diriku padanya Selama cincin masa depan itu belum ada, Kuhiasi saja jemariku dengan c

Menjadi Hebat

"Bersama laki-laki yang hebat, selalu ada perempuan luar biasa. Mereka tumbuh bersama dan saling memberi makna." (Fahd Pahdepie) Ya. Aku tidak ingin menjadi perempuan hebat di balik layar. Di balikmu. Aku sungguh ingin menjadi hebat bersamamu. Aku menghebatkanmu, kau menghebatkanku. Mari menjadi pasangan yang hebat dan luar biasa! Bersama kita bisa, bukan? :) Cheers, Nadia Almira Sagitta

Hope

"And I hope you are the one I share my life with And I wish that you could be the one I die with And I pray in you’re the one I build my home with I hope I love you all my life." (Daniel Bedingfield) -- Yes. I do hope you'll be the right one for me But please stop giving me such hope If you have no intention to love me back Please don't, I beg you, cause it hurts. Luv, Nadia Almira Sagitta

Memastikan Cinta

Katanya, kita perlu memastikan cinta. Sederhana saja caranya. Seperti aku malam ini. Bolak-balik menengokmu dari kejauhan. Hanya untuk memastikan kamu tetap berada di sana. Ada di sana, untukku atau bukan untukku.

Harapan dan Kepastian

"Konon, perempuan memang senang jika diberi harapan. Namun, mereka akan bahagia jika diberi kepastian." (Fahd Pahdepie) Tentu, Mas Fahd. Kurasa, laki-laki pun senang bila diberi kepastian, bukan begitu? Sayang, mereka lebih hobi menebar harapan tanpa menjanjikan apa-apa.

Silaturahmi

(silaturahmi kala lebaran) N: Psst, Ante Cam, mak tuo ini siapa? C: Saudari nenek, entah dari mana. Dia ini mamak yang dituakan. Dulu, ada mak tuo laki-laki, tetapi sudah meninggal. N: Oh... N: Om, ini rumah siapa lagi yang didatangi? R: Ini keluarganya nenek lagi. Om lupa silsilahnya, tetapi mereka satu kampung dan satu rumah gadang. N: Rumah gadang itu besar, ya, Om? R: Besar, lah. Rumah gadang nenek dulu ada sembilan ruangan. N: Kamar, maksudnya? R: Ruangan. Ada dapurnya masing-masing. N: (Wah, gila. Besar banget, dong?) O: Dulu om tinggal di Imam Bonjol sebelum kuliah. N: Oh, ya? Om saudaranya nenek juga? O: Jadi, bapak om itu keluarga sama uwo. Sekampung juga kami. N: Sama ayahku berarti sepupu, lah, ya? N: Om Ndi, kalau yang di Jabodetabek itu keluarga dari mana? R: Itu...orangtuanya satu bapak sama nenek. N: Oooooh, jauh, ya. Gils. Lebaran ke Medan selalu menjadi lebaran terheboh yang kualami. Banyaaaaaak sekali keluarga. Ini masih yang di Medan, belum ya

Main terkam

Alah, ampon. Habis main terkam sama dua sepupuku tadi. Cemacem kali lagaknya. Stres awak. Berantem sama yang kecil, eh si kecil memprovokasi abangnya untuk melawan aku. Dua lawan satu, ya jelas kewalahan walaupun mereka berdua masih krucil. A: Apa pula baju ungu. Perempuan. Tengoklah, Bang. R: Iya, perempuan. Mana sanggup lawan kita. What the heck? Emang, sih, mestinya aku ngalah karena udah besar. Namun, gangguannya kali ini benar-benar menyulut emosi. Mana doi mukul-mukul aku nggak jelas gitu. Berantem, lah, kami. Satu berhasil kubuat nangis. Yes! :v Duh, anak laki-laki senakal itu, ya. Susah banget diatur. Fix bangetlah mau punya anak perempuan aja. Kalau pun ada anak laki-laki, biar ayahnya aja yang urus. Hahaha. Canda, sih. :v Huhuh, habis tenagaku. Ngos-ngosan. Mayan, lah, pengganti olahraga. Selamat menikmati hari libur, kawan-kawan. Cheers, Nadia Almira Sagitta

Kutipan Puisi AM #8 -end

Aku pernah tinggal di buku catatan harianmu dan kaubakar di kaki pohon mangga di samping kamar tidurmu. Kau kembalikan aku jadi pohon dan aku semakin mencintaimu. Aku ranting yang kemarin sore kau potong karena menyentuh kaca jendelamu. Akan kau dengar aku tidak berhenti mengucapkan namamu ketika apimu menghabisi tubuhku sekali lagi. Kelak aku adalah rumput yang mencium telapak kakimu ketika kau kelelahan menjemur pakaian anak-anakmu yang nakal. Buat apa kuserahkan hidupku kepada hal-hal lain, jika cinta juga bisa membunuhku. Berkali-kali dan berkali-kali lebih perih. (Aan Mansyur, Kau Membakarku Berkali-kali)

Percakapan Ponakan dan Om Tante

A: Ante, ke dokterlah. Supaya tahu sakitnya. Kasihan batuk dan menggigil terus. T: Indaklah. Ante ndak suka minum obat. A: Loh, siapa yang suruh minum obat. Ke dokter saja. R: Ha, lepas tu? Buat apa kita ke dokter, kak? A: Ya cek ajalah. Nanti kalau dikasih resep, tak usah beli kalau tak mau diminum. R: Entah apa-apa kakak ini. Haha, cengkunek. O: Ntah berkelit ke berapa hari ini. Tak mau kalah dia. A: Wah, mestilah, Om. Anak sastra mesti jago berkelit. R: Aduuuh, gimanalah suami kakak nanti itu. Ribut, lah. A: Mana pulak. Indak, lah. R: Kalau dapat yang heboh juga, wah saling berkelit nanti. Jangan sama anak sastra lagi, kak. O: Sama anak ekonomi saja, Nadia. A: Kenapa coba? O: Supaya nanti dia bisa menghitung, "Nah, sudah berkelit berapa kali istriku malam ini?" Kerjaan anak ekonomi, kan, menghitung-hitung saja, Nadia. A: Hahahahha. Alaaaah, si Om!  Medan, dalam mobil Karimun

Kutipan Puisi AM #7

Tapi aku sudah nyaris menghabiskan diriku di sekolah bertahun-tahun. Bertahan tidak mencintai siapa pun, kecuali seseorang dalam diriku yang menunggu waktu dan punggungmu tidak menghadap wajahku. Menunggu wajahmu tertawa sekali lagi, mungkin kepada masa depan yang lain. (Aan Mansyur, Menunggu Perayaan) -- Janganlah. Janganlah ada masa depan yang lain itu.

Kutipan Puisi AM #6

Barangkali lebih baik aku tidak bisa bicara. Aku tidak ingin menggunakan kebodohanku memilih kata melukai keindahannya. Aku tidak ingin bahasa kehilangan kuasa di hadapan tatapan matanya. Cintaku kepadanya melampaui jangkauan kata. Aku cuma mampu mengecupkannya dengan mata. (Aan Mansyur, Barangkali)

Sumpah Cinta

"Tapi kau perlu tahu Ku wanita untukmu Yang tak akan kecewakanmu Ku berani bersumpah Di hatiku selamanya Hanya kau yang aku cinta Hanya kau yang aku mau..." (Yovie & Nuno) Iye. Sumpahnya mah nanti kalau beneran jadi. Kalau bersumpah sekarang? Gombal abis!

Kutipan Puisi AM #5

Lebih baik kau berbaring di tempat tidur; menertawai dirimu atau siapa saja yang gagal mencintaimu. Atau menyerah kepada mimpi manis tentang seseorang dari masa lalu. Masa lalu hanya indah bagi orang- orang yang tidak menyentuhkan kakinya pada masa kini. (Aan Mansyur, Sejam Sebelum Matahari Tidak Jadi Tenggelam)

Si Ncha

Gadis mungil itu berlari-lari kecil kecil menuju ruang tamu rumah nenek. Namanya Annisa. Ia mengenakan baju terusan bergambar Frozen yang lucu. "Nisa, haloooo." sapaku dengan suara anak kecil yang dibuat-buat. "Ng..." ia hanya menatapku sebentar lalu pergi ke pelukan mamanya, Tante Titi. Ia gadis pemalu rupanya. Aku suka sekali melihat anak-anak Tante Ti. Ayla dan Annisa. Keduanya perempuan kecil yang menggemaskan. Aku suka berdekat-dekat dengan gadis imut yang kalem. Dua sepupuku yang lain, Rafa dan Arqan, super-duper aktif nan rewel. Aku sampai lelah dibuatnya. Hahhaa. Annisa duduk di sebelahku sepanjang perjalanan menuju rumah Uwo Kai. Di rumah Uwo, ia juga memilih tempat di sampingku. Keluarga Uwo Kai memelihara kucing ras, ia bersama-sama sepupuku yang lain bergantian mengelus si kucing. Lepas ia bermain kucing, ia menekurkan kepalanya di perutku. Manja. Hahahahaha, gemas! Saat pulang, ia merengek minta duduk di sampingku. "Icha mau duduk sama kak Nad

Review Bedak Tabur La Tulipe vs Revlon

Kamis, 16 Juli 2015, kuputuskan untuk mengganti bedak tabur La Tulipe-ku. Bukannya kenapa, aku curiga jerawatku yang makin menjadi ini disebabkan oleh ketidakcocokan wajahku dengan bedak tersebut. Kulit wajahku adalah kulit berminyak— lets say, very oily ! Gegara ini, aku gampang jerawatan dan sekilas wajahku terlihat kusam tanpa bedak. Oleh karena itu, bedak merupakan barang wajib yang harus ada di tas. Sejak SMP hingga SMA, aku selalu menggunakan bedak padat Pigeon rekomendasi ibuku. Semenjak kuliah aku iseng mencoba-coba bedak baru, salah satunya bedak tabur. Berdasarkan informasi yang kudapat dari berbagai beauty blogger , jenis bedak yang cocok untuk kulit berminyak adalah bedak tabur atau loose powder. Alasannya, tekstur bedak tabur tidak menghambat pori-pori seperti bedak padat. Nah, aku baru beralih ke bedak tabur setahunan lebih ini. Aku pernah mencoba produk Pigeon, Wardah, Viva, La Tulipe, dan sekarang Revlon. Postingan kali ini membahas dua merk bedak tabur, yakni

Kutipan Puisi AM #3

Kau keriangan yang tidak capai bergolak dalam darahku. Kau keseimbangan yang berhati-hati dan tak menginginkanku berhenti. Kau matahari yang memerahkan punggungku. Kau rumah yang membuatku lupa pulang, kau petang dan burung- burung yang mencari sarang. Kau senyum yang kusembunyikan dari kemarahan ibu. (Aan Mansyur, Belajar Berenang)

Usia Wajar

"Nadia sudah punya pacar?" tanya nenekku suatu hari. "Hah? Belum. Nadia nggak pacaran, Nek." "Bolehlah kenal-kenalan dari sekarang. Macam mana kalau langsung nikah, kan?" "Hehehe..." aku tertawa saja, bingung menjelaskan konsep taaruf padanya. "Asal agamanya bagus dan dia perhatian. Penting itu." "Iya, Nek." "Kalau yang disuka ada?" "Ya ada, Nek. Tapi, ya, teman biasa." "Iya, tidak apa. Asal sama-sama suka." Haha. Sama-sama suka? Entahlah kalau urusan satu itu. "Masih lama, Nek. Seperti ini aja dulu. Lagian Nadia mesti S-2 dulu, kan." Tetiba nenekku bercerita perihal upaya omku mendekati tanteku. Omku rupanya gigih sekali mengejar tanteku dengan berkunjung ke rumah. "Ommu itu dulu serius benar sama tantemu," katanya. Wkwkw, semua juga mau diberi keseriusan, batinku. Masih umur 20 sudah ditanya hal-hal seperti ini. Belum lebaran pula. Bagaimana nanti pas hari raya y

Kayak Ada Tengok

Sore ini Rafa berbincang denganku, "Kak, untuk apa pula becermin terus? Cem ada aja yang tengok kakak ini." "Woooo, enak aja! Ya ada, dong!" "Namanya siapa, kak?" "Ada, deh." "Siapa, kak?" "Rahasia!" "Ah, kakak. Di Jakarta tidak ada yang handsome , lah. Di Medan baru banyak." "Ah, siapa bilang? Sok tahu kali Abang ini." "Memang, kak! Oh iya, nanti kalau kakak nikah cari yang kaya, lah." "Kenapa?" "Supaya kakak nggak usah kerja lagi." Cerdas juga nih anak. Hahahahah. "Nanti nikah di mana, kak?" Arqan bertanya. "Tak tahulah." "Kakak nikah sama orang Jogja, kan, kak? Di Jogja, kan, kak?" Rafa menimpali. "Wakakak tak tahu, lah. Lihat nanti."   Ada-ada saja dua sepupuku ini. Masih kecil obrolannya pernikahan. Fufufu.  Cheers, Nadia Almira Sagitta

Lupa Mencari

Para ibu sedang menggosipi satu wanita. Wanita yang begitu mengharapkan kehadiran buah hati di tengah umurnya yang tak lagi muda. Mereka lalu beralih menatapku. "Tuh, kau, jangan keasyikan menuntut ilmu sampai lupa mencari jodoh." Ah, buibu. Andai saja kalian tahu, aku tak pernah absen memikirkan jodohku. Aku tak pernah melewatkan namanya dalam doaku. Barangkali memang seperti itulah ketika kita jatuh cinta. Rasanya ingin segera menggenapkan separuh agama bersamanya agar jiwa menjadi tenang dan hati menjadi terang. Sudah kuputuskan, akan kucari ia yang selama ini memenuhi ruang hati selepas aku tamat S-2 sebelum umur dua lima. Luv, Nadia Almira Sagitta

Kutipan Puisi AM #1

Aku ingin menuliskan kutipan-kutipan puisi Aan di sini. Hanya sedikit, tak keseluruhan. Yang kutulis pun hanya favoritku. Barangkali dengan begini, aku bisa menggugahmu membeli buku puisi miliknya.   Aku bertahan bertahun-tahun berlari dalam kesunyian menuju kau. Aku mau menemukanmu, agar mampu berjalan menggandeng tanganmu mengelilingi pagi yang hangat. Atau mengantarmu pulang, menyusuri gelap, dan dengan sepenuh ketulusan aku ingin menjaga dirimu dari diriku. (Aan Mansyur, Mendengar Radiohead)

Siapa pasangan SAYA?

"Kak, baca apa?" "Ini baca buku." "Di situ aja bacanya. Belum siap, kak?" "Belumlah. Pelan-pelan aja bacanya." "Kalau papa, sekejap aja selesai satu ini (halaman). Empat detik aja udah siap." "Gitu? Wah, jago kali papamu, ya." "Iya. Kak, ini bacanya apa?" "Aku bertahan bertahun-tahun." "Aku, kak? Tak bolehlah bilang aku." "Jadi apa, dong?" "Saya. Cari yang lain, lah, kak." "Cem mana, lah. Buku kakak, kan, cuma satu." "Maksud adek yang ini, lah." kata dia sambil membalik halamanku. "Nah, yang ini bacanya apa?" tunjuknya kemudian. "Ada kaunya, tuh. Boleh tak kita bilang kau?" "Tak boleh, kak." "Kalau kamu?" "Sama aja. Tak patut." "Jadi bagaimana? Aku, kan, pasangannya kau atau kamu. Gue pasangannya elo. Kalau saya pasangannya siapa?" "Mmm...cinta!" "Wahahha, tahu dar

Mimpi Luar Biasa!

Baru saja kemarin malam aku berkata pada Allah dan hatiku bahwa aku merindukanmu, lantas aku diberi-Nya mimpi semalam pada pukul 02.00 dini hari. Seperti keinginanku kemarin, aku berandai-andai jika engkau datang ke rumahku, kau betulan datang ke rumahku membawa segerombolan kawanmu! Oh, Tuhan. Kau harus tahu betapa terkejutnya aku mendapati hadirmu sepulangnya aku membeli makanan bersama adikku. Kawan-kawanmu, yang kebanyakan lelaki, sibuk membenahi dan melengkapi miniatur suatu bangunan. Papan, kardus, lem, dan cat bertaburan di ruangan makanku. Di sebelah, yakni di dapur, kalian menggelar sajadah untuk salat Asar. Aku salat di saf belakang tentu saja dan di situlah aku menyadari hadirmu. Kau mengenakan jaket hitam dan berdiri pas di depanku. Andaikata tak ada mereka, barangkali aku bisa merasakan salat satu saf di belakangmu. Hahaha. Mulanya, aku tak yakin dan bertanya-tanya siapakah serombongan anak-anak yang masuk rumahku tanpa permisi. Akan tetapi, setelah melihat sesosok pemuda

Puisi

Siang tadi aku mengunjungi Sun Plaza Medan. Tujuan utamaku adalah mengecek ketersediaan buku Fahd Pahdepie. Ah, rupanya buku dia belum sampai ke Medan. Enggan pulang dengan tangan kosong, kuraih kumpulan puisi Melihat Api Bekerja karya Aan Mansyur. Aku tergila-gila dengan penulis satu ini setelah kubaca buku terbarunya berjudul Lelaki Terakhir Yang Menangis di Bumi . Puisi, kubutuhkan ia untuk mengisi jiwa sastrawiku.  Sejauh pembacaanku, ada satu puisi yang membuat aku larut. Judulnya "Menjadi Tamu". Berikut inilah cuplikannya. Aku akan datang ke rumahmu. memegang semua benda yang baru kauletakkan. Aku ingin merasakan tanganmu ketika kau sendiri atau tidak ada. Aku akan menuliskan daftar benda-benda yang menutup matamu ketika menyebutkan nama mereka. Saat sendiri, aku mengucapkan dan mengecupkan nama-nama itu agar mimpiku bisa tertidur. Aku akan masuk ke kamarmu, berbaring di tempat tidurmu hingga kamarmu berubah jadi kamar kita. Atau menunggu di beranda s

Sendirian Lagi

Di pesawat tadi, aku duduk tepat di samping jendela. 44K. Dua orang di sampingku adalah sepasang suami istri plus balita di pangkuan sang ibu. Apa yang kau rasakan bila kau menjadi aku? Baper? Iye. Bukan sepenuhnya baper nikah, lho, ya, (Oke, aku ngaku baper karena hal ini juga) melainkan kangen keluargaku. Dua tahun lalu. Itu kali terakhir aku naik pesawat bareng keluarga. Ada Fira dan Bunda yang mengisi posisi dua kursi di sampingku, sementara Ayah duduk di kursi sebelah. Ini penerbangan sendirian kesekian kaliku. Saat pesawat masih menunggu giliran untuk lepas landas, tak kupungkiri aku mengucurkan air mata begitu deras. Tangis yang sama saat magku kambuh di atas pesawat pulangku dari New York. Kala itu aku sendirian dan tak ada yang bisa kumintai pertolongan. Kini, aku pun sendirian dan duduk di samping sejoli yang berbahagia dengan jantung hati mereka. Ya Allah... sudah cukuplah Kau terbitkan rasa rinduku. Lagu yang diputar di pesawat juga fiks bikin baper. "Serahkanlah hidu

Makeup!

Coba tebak siapa juita yang sedang girang hatinya? Aku! :) Kemarin aku ke salon untuk gunting rambut dan krimbat. Hoho, bolehlah tampil cantik di H-1 keberangkatan menuju kampung halaman. Sebelumnya, aku membeli perona-perona yang kusebutkan di postingan lalu. Hahaha, iya aku beli eyeshadow , lipstick , dan blush on . Sok tahu, ye, ngerti cara pakainya aja nggak! :p Aku beli eyeshadow palet G Wardah, lipstik sugary pink 36, dan blush on palet C. Ini barusan ku- apply di muka. Kocak, dah. Di bawah ini hasilnya. Tak terlalu kentara karena terpapar sinar mentari sore. XD Hahaha, semoga harimu bahagia! ♡ Xoxo, Nadia Almira Sagitta

AAC

Tangisan malam ini dipicu oleh...yaaaay Ayat-ayat Cinta! Oke, aku baru nonton filmnya. Aku tahu, aku terlambat tujuh tahun. Film ini sempat diputar beberapa kali di televisi, tetapi aku tidak pernah menontonnya sampai habis. Ah, plis. Nontonin Fahri, malah terbayang-bayang wajahmu. Nontonin Aisyah, malah terngiang-ngiang kerelaannya yang luar biasa. Ikutan nangis bombai gegara Aisyah. Huhu. Nontonin Maria, malah tergambar sosok wanita masa lalumu. Bohong sekali jika kau jawab tak ada. Semua punya masa lalu yang penuh cerita. Haha, aku konyol, ya? Menangisi sesuatu yang bahkan tak aku ketahui. Fiks. Yang paling bikin nangis adegannya si Aisyah, sih. T,T

Zizara, Aku, dan Makeup

Yuhuu~ gamis pesananku sudah sampaaai! Gercep juga pengirimannya. Pesan Selasa malam, barang sampai Kamis petang. Thanks to JNE, lah. Kalau tahun lalu beli baju lebaran di Rianti, sekarang coba di Zizara. Keduanya toko online. Belanja online oke juga, tuh, asal tokonya tepercaya. Pengalaman berbelanja di Rianti dan Zizara berbeda, nih. Membeli produk di Zizara ini mesti dulu-duluan. Gamis incaranku habis di dua reseller padahal aku cuma terlambat sehari. Ckck. Ujung-ujungnya aku memang mengganti pilihan warna, tetapi tak apalah karena modelnya masih sama.  Aaaark, aku senang sama modelnya! >~< Potongannya tidak terlalu lebar, panjang gamis dan tangannya pas, ada karet di pinggang, dan ada aksen jahitan di bagian depan. Kainnya katun baloteli yang cukup tebal dan warnanya merah muda. Wkwk, warnanya sama seperti baju lebaranku tahun lalu. Rasanya akhir-akhir ini bajuku berwarna merah muda semua. Pas sekali dengan suasana hati. Manis. (/v\) Zizara, kau telah membuatku jatuh hati.

Jika Tiba Waktu

Jika kelak tiba waktu kita untuk jujur, akan kulimpahkan segala perasaan dan curhatan yang selama ini kutulis di laptopku dan kusimpan baik di benakku. Akan kuungkapkan padamu bahwa sosok yang selama ini kusebut-sebut dalam tiap ceritaku tak lain hanyalah kamu. Kukisahkan awal mula jumpa kita, perkenalan kita, hingga sampai tiba masa kita berbagi cinta. Jika tiba waktu kita bersanding berdua, akan kumohon kerelaan hatimu untuk memaafkan diriku yang telah lancang mengisi singgasanamu dengan cinta yang semu. Ketahuilah saat itu aku masih polos dan lugu. Ketika itu, aku begitu ingin menikmati asam-manis cinta yang dirasakan oleh teman-teman sebaya. Tetapi tenanglah, masa itu jauh sebelum aku mengenal kamu. Aku punya banyak permohonan dan keinginan yang ingin kujelaskan kepadamu. Nanti akan kuutarakan segalanya saat tak ada lagi tabir rahasia antara kita. Untuk sekarang, mari kita jujur pada Sang Pencipta. Jujurlah kepada-Nya perihal rasa yang terpendam, perihal rindu yang diredam

Menjadi Temanmu

Menjadi temanmu selama ini, tentu saja aku menikmatinya. Menjadi tempatmu menuangkan segala rasa. Hanya saja, aku sedikit dibuat bingung olehmu. Aku ingat ketika kita bertukar cerita mengenai pemuda idaman kita masing-masing. Kau dengan hebohnya bercerita mengenai "perkenalan" yang sedang kau jalani. Aku lalu memberimu saran-saran yang belum pernah kuterapkan sendiri. Aku sekadar membacanya di buku-buku pernikahan yang duluan kulahap daripadamu. Aku memberimu nasihat yang kudapatkan di kajan-kajian pernikahan. Kita berdua juga pernah menghadiri kajian pernikahan bersama, bukan? Iya, aku ingat masa-masa itu. Perlahan, aku mulai menganggapmu sahabat baruku. Kini, masihkah kau di sana, berdiri tegak menjadi sahabatku? Aku juga ingat ketika kau memutuskan untuk memasuki ranah yang benar-benar baru. Kau menggeluti dunia itu dengan ketekunan yang luar biasa. Sekali waktu, kutemukan sinar keletihan yang kau pancarkan, tetapi kau mengaku baik-baik saja. Sebagai sahabat, a

Selalu ada

Terkadang aku merasa kau jahat Menjengkelkan Menyebalkan Tapi aku suka. Aku suka saat kau membuatku kesal dengan perilakumu. Aneh memang, tetapi aku benar suka. Yah, jangan sering-sering membuatku sebal, nanti aku makin-makin-makin suka padamu. Menimbun rasa itu tidak pernah mudah, kau tahu. Apa kau mau melihatku tersiksa dengan rasa yang kupendam ini? Tapi... Jika ini yang orang namakan siksa, aku rela merasakannya lama-lama. Asal ada kau, asal selalu ada kau. Luv, Nadia Almira Sagitta

Aku Jatuh Cinta

Hari ini aku telah jatuh cinta Tak kan mampu aku menyangkalnya Jatuh cinta kepadamu Sosok yang sering menjengkelkan aku Sering menggangguku Kau permainkan rasa hatiku Namun kini aku berbalik Jatuh cinta dan bernyanyi Reff: Aku jatuh cinta kepada dirimu Orang yang tak pernah kubayangkan Tak pernah kumimpikan Untuk bisa menjadi pacarku Malam ini aku berniat Untuk menyatakan rasa cintaku Semoga tanganku berjodoh Untuk bertepuk dengan cintamu Reff 2x (Tompi) *** Iya, aku jatuh cinta kepadamu Kamu, iya, kamu Kamu yang selalu melenggang riang gembira Kamu yang selalu tertawa berderai-derai  Aku jatuh cinta kepada dirimu Orang yang tak pernah kubayangkan Yang kini membuatku menambah satu kriteria kekasih idamanku Yang namanya baru saja kutulis dalam kertas harapan masa depanku Akankah kelak kau wujudkan harapanku Menjelmakan keinginan semuku Menggamit impian-impian besarku Mendukung ide-ide gilaku, dan Menemaniku di setiap waktu? Luv, Nadia Almira Sagitta

Aku tahu kau rindu

Aku tahu kau merindukanku walaupun kau tidak pernah bilang secara langsung. Aku tahu dari tatapan dan ucapanmu kepadaku. Seolah-olah mengandung isyarat, biar kau saja yang mendampingi kawanku! Mengapa bukan kau?  Ya. Mengapa bukan aku? Tanyakan sajalah pada kawanmu itu. Aku tak tahu-menahu. Aku tak mengenalnya dan aku ragu dia dapat membahagiakan kawanku, katamu. Omong kosong. Jangan kau terlalu khawatir, kawanmu jelas mencintainya. Tidakkah kau lihat rekah senyumnya acapkali ia berdekatan dengan gadis pujaannya? Bahkan orang buta saja bisa merasa ada kuncup-kuncup bunga cinta yang mekar.  Sudahlah. Percaya saja ia telah memilih yang terbaik. Bukankah sebagai kawan, kau seharusnya mendukung pilihannya? Sementara itu, jangan kau khawatirkan aku. Nanti juga aku akan bertemu rupa kekasihku yang tentunya...jauh lebih baik dari kawanmu dahulu. Luv, Nadia Almira Sagitta

Nyanyi Sesuai Konteks

Kini usai sudah segala penantian panjangku Setelah temukan dirimu, duhai kekasihku! (Ari Lasso) SH: Hahaha, iya, nanti kau bisa nyanyi lagu ini. A: Ngapain nunggu nanti? Aku maunya sekarang! SH: Iya, nanti kau bisa menyanyikannya sesuai konteks. Sekarang belum sesuai, kan? Hahaha, cnd.   Pukul 01.25 dan aku belum tidur. Aku baru saja selesai mencari isyarat kata-kata di lagu tadi. Rencananya nanti aku videokan isyaratnya dan kuunggah di IG. Tunggu kabar dariku saja, ya. (Duh, aku tebar banyak janji, ya? Utang video isyarat Kulakukan Semua Untukmu saja belum kupenuhi. Soalnya itu satu lagu, sementara ini 15 detik. Sabarlah menunggu) Sekarang kamu tidur. Aku juga mau tidur. Jangan kelamaan berjalan-jalan di blogku. Kita masih harus bersahur, kan? Nah, aku pamit, ya. :) Cheers, Nadia Almira Sagitta

Dari Skripsi Hingga SIBI

Sepulang dari les siang tadi, aku menuju perpus hendak meminjam buku. Liburan ini hampa rasanya jika tidak diisi dengan kegiatan yang bermanfaat, seperti membaca buku. Justru di saat senggang seperti inilah semestinya kita meraup banyak ilmu, yakni ilmu dunia, ilmu akhirat, ilmu rasa, dan ilmu kebatinan (?) Hahaha. Berhubung beberapa hari lalu aku selalu membaca karya sastra, sudah saatnya aku meluangkan waktu untuk hal yang lebih serius: SKRIPSI. Wakakaka. Sudah lama, nih, tak menyentuh buku linguistik. Aku meminjam buku tentang dialek, pemerolehan bahasa, fenomena bahasa, sikap bahasa, dan keberterimaan kata baku bahasa Indonesia. Aku masih tak yakin akan tema skripsiku maka kulahap saja semuanya. :p  Setelah proses peminjaman kelar, aku ke lantai IV perpus UI. Yep, itu ruangan koleksi referensi. Aku mau nengok Kamus SIBI. Gegara Senin lalu aku ikut pelatihan Bisindo, aku jadi mau mendalami bahasa isyarat. Sayangnya, kamus Bisindo belum ada dan materi-materi online pun belum me

Undangan

Aku baru saja mengunduh aplikasi Font Studio. Jenis hurufnya banyak sekali, aku senang! ^^ Tadi malah iseng bikin ini... Hahaha doa ya, tiada mengapa, bukan? Bantu aamiin-in! :) Nanti aku mau bilang, Desember itu milik kita, bukan milikku seorang. Buatlah aku semakin cinta pada Desember. ♡ Kamu, sampai jumpa pada 2018! Datanglah sebagai pasanganku... atau tamuku. Cheers, Nadia Almira Sagitta

Nyaman

Aku nyaman bercengkrama denganmu. Akan tetapi, di satu sisi, aku merasa mengkhianati 'pacar'ku yang entah di mana. Bagaimana ini, Milea? Apa ini juga yang kau rasakan ketika bersama Yugo? Iya, Milea. Aku tahu kamu cuma cinta Dilan dan Yugo tidak ada apa-apanya. Akan tetapi, aku ingin memperingatkanmu, Lia. Hati-hati dengan rasa nyaman. Nyaman lebih berbahaya dari cinta.

Menceritakan Kamu

Kuharap aku belum terlambat memulai folder baru berisikan cerita-cerita tentang kamu di laptopku. sumber gambar

Memories to look back

You have memories to look back on today. Aku ragu. Ada peristiwa yang manis dikenang, ada yang pahit diingat. Aku takut media sosial biru tua itu membangkitkan kenangan antara kau dan aku. Seharusnya tidak ada masalah jika aku memang telah bergerak maju melupakanmu.  Ada kau yang selalu menyukai tiap statusku Ada kau yang pernah mengajakku berkeliling kampus Ada kau yang menanyakan kabarku setiap saat Ever ever after If we just don't get it our own way Ever ever after It may only be a wish away Tarik napas, lepaskan. Tahun 2011--2012 memang penuh kenangan. Boleh kulihat lagi, tetapi tidak bisa kubumbungkan rasa yang sama. Hidup itu belajar, dia dan dia itu pengajar honorernya. Hahahaha.  Hei, aku senang bisa membolak-balik lembar kenangan tanpa merasa sakit lagi! :) Cheers, Nadia Almira Sagitta

Keragu-raguan Masa Depan

Omong-omong soal mimpi, aku kepikiran sesuatu sehari lalu. Bagaimana jika mimpiku dan mimpimu begitu berbedanya hingga kita dituntut bekerja di tempat yang tak sama? Contohnya saja ayahku. Ia diminta bekerja di luar negeri, sementara ibuku sedang bekerja di Indonesia. Karir keduanya sama-sama menanjak, mau tak mau ada yang harus mengalah. Ibuku. Ia mengalah setelah belasan tahun bekerja. Ia memilih mengikuti Ayah ke Amerika dan menjadi ibu rumah tangga. Kelihatan tak adil, tetapi Allah sudah memberi ibuku kesempatan untuk mengejar mimpinya. Coba ke cerita lain. Apa kau sudah menonton 99 Cahaya di Langit Eropa? Hanum menemani Rangga studi ke Austria. Seru memang tampaknya, ia bebas berjalan-jalan. Akan tetapi, diceritakan bahwa ia bosan karena tak ada kegiatan yang mengaktualisasi dirinya. Oh man, aku takut suatu saat akan seperti itu. Cerita lain lagi. Aku punya seorang senior yang diboyong ke Turki oleh suaminya. Di sana ia menjadi ibu rumah tangga. Ia mengikuti les bahasa Turki da

Sakit

Lagi nggak puasa, lemas, dan gemetaran. Baru bangun tidur dan kepala masih migren sejak siang. Aku makan satu butir Mylanta karena asam lambung juga naik. Baru makan beberapa suap, migrennya tambah parah bahkan lambung bersikeras ingin mengeluarkan makanan yang baru ditelan. Ya ampun, aku cuma terlambat makan siang... Bunda, Nad mual banget. Bingung. Nggak pengin makan, tetapi lapar, Bunda. Ah, jadi ingat perkataannya Bunda dulu, "Makan." "Nggak mau. Mual banget, mau muntah." "Makan dulu, kamu belum makan daritadi." "Iya, tapi eneg..." "Ya gimana, perut mesti diisi. Kamu harus sugesti untuk nggak muntah. Gimana mau sehat kalau kamu sugesti sakit terus?" Iya, Bunda. Ini Nad juga lagi sugestiin diri sendiri supaya bisa nahan rasa mual. Sambil nangis. Nad cengeng banget, ya? Ah, habisnya bingung mesti manja ke siapa kalau sendirian... Fir , kakak kangen banget kamu suapin pas kakak lagi sakit. Terus kamu main boneka untuk meng