Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2017

Sorang Terasing Di Keramaian

sumber gambar Buru-buru sekali, rutuknya. Bukankah bisa lebih pelan dan resaphayat? Pandangannya dilemparkan jauh ke depan Mengamati orang-orang Mengamati lalu-lalang Sebab apabila ditundukkannya kepala ke layar Membuncahlah tangisnya Pasti, tak ada keraguan Maka disesakkannya gawai berlayar lima inci Ke dalam tas Gucci Dan kembali memandang kosong Tenggelam dalam keramaian dan kebisingan pikiran-pikiran "Jangan menangis di sini," "Karena tak akan ada yang singgah dan peduli," pesannya pada diri sendiri. Yogyakarta, April 2017

Senyum Simpul

sumber gambar senyum simpul kita ketahui pertanda aman terkendali juga riang ceria meskipun tiada yang tahu dalam senyum, tersembunyi keresahan belaka di balik senyum, ada air mata yang hendak meluncur dengan senyum, tergurat harapan akan situasi yang beranjak baik perasaan yang terobrak-abrik keadaan yang carut-marut angan-angan yang lari dari permukaan dan terkubur dalam seluruhnya meluruh tertutup senyum simpul "Iya, aku tidak apa-apa." "Tidak, aku tidak menangis." kata-kata ini sejatinya menguatkan diri dan menjauhkan diri dari kerapuhan duhai, sebab tangis tak lagi dapat melegakan hati pun tangis hendak ditumpahruahkan pada siapa lagi? kepadamu, kepadamu, bisik desau ah! justru kaulah itu kaulah, kaulah kaul kaulah kaulmu yang buatku mengulum senyum pagi ini Yogyakarta, April 2017

Bersampingan dengan Suara

sumber gambar "Kamu jangan ke mana-mana, di sini sajalah." Pernyataanmu membuatku urung untuk menghentikan pembicaraan, meskipun sudah larut malam. Kita mendiskusikan satu topik lagi lalu kamu berhenti. "Wid..." "Iya, Re, aku di sini." "Sudah malam, kita tidur, ya?" "Baiklah." "Tetapi teleponnya dibiarkan saja." "Kenapa?" "Aku rindu. Setidaknya dengan ini aku merasa kamu ada di sini. Nemenin." "Ya sudah, asal kamu tidak tidur sambil bersuara." "Haha, tidak akan." "Oke, Re, assalamualaikum. Aku pamit tidur dulu." "Waalaikumussalam." Lalu aku memejamkan mata sembari menajamkan telinga. Berusaha kucari-cari dengkur halusmu di seberang, tetapi nihil. Hanya ada suara jangkrik. "Selamat tidur, Re," aku berbisik. Semoga nanti tidak hanya suaramu yang berbaring di samping. Semoga suara itu mewujud raga. "Aku juga kangen

Kalau ayah ibumu

sumber gambar Kalaulah nanti kamu punya ayah yang suka perbintangan dan ibu yang suka perkebunan, barangkali di rumahmu akan ada taman cantik hasil tangan telaten ibu. Tiap malam kalian akan menggelar tikar di sana, memandang langit. Jika sedang cerah, ayah akan mengajakmu mencermati sekumpulan titik-titik cahaya dan mengajarimu nama-nama. Rasi bintang, kata ayah. Pada ulang tahunmu yang kesepuluh, barangkali ayah akan mengadoimu teropong. Malamnya, kalian berbaring bertiga lagi di taman dengan sebuah teropong di genggaman. Biar dapat mengamati bintang lebih jelas, kata ayah. Ibumu tak banyak bicara. Ia lebih senang memandangi ayah dan kamu bercengkrama. Sesekali ia menanggapi tanda menaruh peduli. Sesekali saja. Tetapi aku bukan wanita yang gemar berkebun, Nak. Aku tak bisa menjamin taman di rumah akan secantik khayalanmu. Bahkan aku tak tahu apakah kelak rumah kita cukup luas untuk memiliki sepetak taman. Aku juga tidaklah sekalem ibu yang kuceritakan. Aku wanita yang gema