Skip to main content

Posts

Showing posts from December, 2015

Kepunahan Bahasa

Pagi ini mengamati debat seru di Tumblr Qwanqwa tentang kepunahan bahasa. Salah seorang admin Qwanqwa, seorang linguis historis, memberikan pandangan yang heartless menurut saya, "Tenanglah, kepunahan bahasa itu alami. Nature doesn't give a fvck. It's not a giant issue. Jika bahasa terdokumentasi dengan baik, kita tidak benar-benar kehilangan bahasa itu." Ahahaha, patah hati saya membacanya. Namun, tidak mengapa. Katanya, sains tidak bisa dicampuradukkan dengan masalah personal dan emosi. Saya tidak setuju dengan poin admin Qwanqwa yang menyatakan bahwa bahasa itu hanya permainan fonologi dan morfosintaksis yang diikat dengan makna. Karena definisi bahasa didasarkan pada lingkup itu saja, dokumentasi tanpa revitalisasi bahasa pun sudah cukup, itu menurut mereka. Padahal, bahasa itu alat: alat untuk berkomunikasi. Bahasa itu sekaligus wadah: wadah yang menyimpan kekayaan intelektual. Maka dari itu, ketika suatu bahasa berhenti digunakan maka bahasa itu telah pun

Santai

Kamu butuh santai. Lupakan ocehan yang semrawut di pikiranmu, "Kamu harus ini, harus itu, tugas ini belum kelar, ayo sini, jangan santai saja!" Ugh, nanti kamu stres. Just take it easy. Relax and live the moment. Okelah, teman-temanmu bisa berwisata ke mana pun mereka mau sementara kamu tidak bisa karena selalu terbayang-bayang akan tugas kampus. Nah, untuk menghindari tekanan batin, kamu bisa bersantai di rumah. Caranya? Well, tiap orang punya caranya sendiri, tetapi aku akan membeberkan caraku. Di bawah ini ada urutan aktivitas yang kulakukan untuk menurunkan stres. 0. Rapikan tempat tidur 1. Seduh teh 2. Siapkan aromaterapi (gih beli lilin, aromaterapi, dan wadahnya di mal) 3. Maskeran 4. Pasang musik instrumental atau suara gamelan 5. Matikan lampu kamar 6. Pejamkan mata 7. Jangan memikirkan apa pun Tiduuuuuur. Zzzzzz. Sebentar aja, jangan terlalu lama. Setelah maskermu kering, basuh mukamu, dan seruput tehmu. Ta-da! Kamu siap melanjutkan pekerjaan la

Cinta Linguistik

" When you have a passion for something you find much more than what school offers. " (Neby, co-admin of Qwanqwaproject Tumblr) Bersyukur banget bisa kenal Neby! Aku sempat khawatir dengan kemampuan linguistikku setelah berbincang dengan dia. Parah, dia cerdas banget dan tahu banyak hal tentang linguistik padahal masih semester satu. Aku yang semester tujuh ini gagap ketika diajak diskusi tentang linguistik historis dan rumpun bahasa. Dan dia masih sempat bilang, "We're still newbie compared to you." Ahahaha. Jadi butiran debu. Huhu. Hebatnya, dia selalu mengacu dirinya sebagai linguis historis, " As a historical linguist, my view on... " Masih semester satu, Mamen, dia sudah tahu mau jadi apa dan akan menulis skripsi apa. Demi apa. Semester satu rasanya aku baru memutuskan akan menekuni peminatan linguistik selama tujuh semester ke depan. Itu juga rasanya sudah hebat karena yang lain masih galau dengan peminatan. Boro-boro mikirin skripsi di sem

Sebelum Bilang Cinta

Salam, Tuan. Detik ini pukul 00.48 hujan membasahi bumi Depok. Aku terjaga karena telepon dari negara seberang, “Nak, maaf ganggu, ini kebetulan lagi di toko dan ada diskon…” Yeah, right. Ibuku menelepon di pagi buta. Mataku belum ingin terpejam lagi kemudian kudengar tetesan air berlomba membasahi pekarangan kosan. Suara-suara air pecah begitu menyentuh permukaan batu. Tuan, aku ingin mengaku kalau aku jatuh cinta. Pada suaramu. Pada kelihaianmu bercengkrama denganku. Pada kebaikan-kebaikanmu. Pada sosokmu yang apa adanya. Tak ada yang ingin kuubah, jujur saja. Entah apa yang menyesuaikan jarak kita. Yang kutahu, kau ada ketika hatiku bermuram durja. Yang kutahu, kau menjadi alasanku untuk tertawa setelah sekian jam murung mengalirkan air mata. Kau tak datang terlambat ataupun terlalu cepat. Setidaknya, untuk saat ini.

Semoga Bahagia

Apa pun, temanku. Apa pun langkah yang kamu pilih akan kudukung selama itu baik. Pun jika kamu memulai ulang proses dengan dia. Aku berharap dia tidak lagi punya nyali untuk menyakiti hatimu. Aku berharap ada akhir bahagia dari tangis-tangis yang selama ini meleleh di pipimu. Kamu tak pantas disakiti terus-terusan. Aku juga. Doakan aku agar suatu saat bisa seperti kamu, ya. Supaya nggak perlu lagi menangis-nangis tidak jelas. Kita akan sama-sama bahagia, kan, teman? :) Bismillah. Luv, Nadia Almira Sagitta

Menuju Dewasa

Adakalanya manusia butuh menumpahkan airmata sederas mungkin sampai terkuras habis. Seperti saat ini, ingin sekali aku mengekspresikan kesedihan dengan menangis sejadi-jadinya. Pedih, hanya aku yang mengerti. Akan tetapi, aku tidak mampu lagi menangis seheboh dan selama yang kuperkirakan. Hanya semenit. Sudah terlalu sakit sehingga tidak bisa lagi diungkapkan dengan tangis. Sama seperti kemarahan yang memuncak, kita tidak lantas mencak-mencak, bukan? Kita memilih diam. Aku juga memilih diam dan menatap kosong ke langit malam. Sudah maklum. Jalani saja. Anggap ini salah satu fase yang harus dilewati biarpun aku sudah berkali-kali merasakannya. Proses menuju kedewasaan adalah proses tanpa henti. Perantaranya bisa siapa saja, misalnya teman, orang tua, laki-laki. Harus lebih bijak memandang masalah, tidak boleh egois, dan harus lebih mampu menyikapi kesedihan. Besok aku berumur dua puluh satu tahun. Rasanya, aku harus memulai lembar yang baru dan mengutamakan sinar daripada k

Perempuan dan Laki-laki

Perempuan dan laki-laki. Terus saja para perempuan berkata, "Lelaki itu PHP! Bisanya cuma tebar pesona sana-sini." Sementara itu, lelaki berkata, "Itu bukan salah kami! Kalian saja yang terlalu kegeeran. Perhatian tidak selalu berarti cinta." Ini polemik yang tak berkesudahan. Benarlah kata Rasulullah bahwa kita harus menjaga jarak satu sama lain. Ada hikmahnya nasihat itu. Dulu ada yang bilang, putih yang dikirim belum tentu putih di tangan penerima, bisa jadi merah muda. Mungkin ini merujuk ke pemahaman tadi. Kepedulian yang diberikan bisa jadi ditafsirkan lain oleh lawan jenis. Bisa jadi itu hanya bentuk kepedulian seorang kawan, tetapi kita mendefinisikannya perhatian berbalut rasa cinta. Lalu kita mulai saling menyalahkan. Sampai kiamat. Maka dari itu, kita dilarang berkomunikasi mengenai hal remeh-temeh. Tendensi untuk memberikan kepedulian dan menerima harapan selalu ada. Selalu ada hati yang tinggal menunggu retak, umumnya hati perempuan. Karena mem

Kalau Langit Bisa Retak

Hari ini Depok diguyur hujan. Derasnya bukan main. Kilat sambar-menyambar dan guntur menggelegar. MasyaAllah, aku berkali-kali dibuat kaget olehnya. Sejak kecil tatkala mendengar gelegar guntur, aku bertanya, "Mungkin nggak ya langit pecah dan retak gara-gara suara guntur yang begitu besar?" Dinding saja retak kalau ada gempa, bukan. Gempa, kan, getaran yang dahsyat. Bagaimana, Lang, apakah kau ikut bergetar begitu Guntur datang? Kenapa setelah ia datang, engkau menangis? Sesakit itukah getaran yang dibawa oleh Guntur? Apakah kau tak tahan merasakan sakitnya lalu mengekspresikannya dengan tangisan? Seperti manusia yang tatkala dibuat sakit hati, tentu akan menangis. Ada yang menangis berderai-derai, ada juga yang menangis setetes dua tetes. Tergantung seberapa dahsyat sakit yang ia rasa. Mungkin kau retak, ya, tak kelihatan saja barangkali. Nadia Almira Sagitta

Kebanggaan Berbahasa

UU No. 24 Tahun 2009 pasal 36 ayat 3 berbunyi, "Bahasa Indonesia wajib digunakan untuk nama bangunan atau gedung, jalan, apartemen atau permukiman, perkantoran, kompleks perdagangan, merek dagang, lembaga usaha, lembaga pendidikan, organisasi yang didirikan atau dimiliki warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia." Nah, coba kita lihat plang di jalan-jalan. Apakah undang-undang ini diimplementasikan dengan baik? Coba perhatikan UU No. 24 Tahun 2009 dengan saksama. Kamu akan mendapati bahasa Indonesia, memang benar, dijunjung tinggi dan diberi kehormatan sesuai Sumpah Pemuda. Duh, betapa idealnya isi undang-undang tersebut, sampai merinding saya membaca! Akan tetapi, apalah arti undang-undang apabila rakyatnya tidak peduli. Sudah sejauh apa kita menghargai bahasa bangsa? Sudah setinggi apa kita menjunjung bahasa persatuan negara ini? Bersangkutan dengan undang-undang di atas, jika kamu berencana membuka bisnis kelak, coba gunakan bahasa Indonesia sebagai mer