dok. pribadi Lorong gelap di hadapan. Kita tegak di pintu masuk. "Kau mau menjelajah ke dalam?" tanyamu. "Asal kau ikut, aku berani." jawabku mantap. Tanganmu meraih obor yang tercantel di kiri kanan dinding. Kau nyalakan dengan pemantik yang terselip di celana. Suara kaki-kaki kita mengendap di lorong yang sepi. Kita berjalan bersampingan, tetapi tidak bergenggaman. Lorong bercabang dua. Lalu tiga. Kau memilih jalurnya dan aku mengikuti. Makin berjalan, kita menyadari lorong ini makin sempit. Entah ujungnya mengarah ke mana. Was-was menguasai diriku. Bagaimana kalau di depan ada penculik? Bisa jadi mereka ada di belakang kita siap menyergap! Bagaimana kalau ada ular, kalajengking? Kau membantah semua kekhawatiranku dan mengatakan tidak ada siapa-siapa dan apa-apa selain kita berdua. Memang benar, hanya dua obor, dinding berbatu, dan kita berdua. Berdua. Apakah aku aman berdua bersamamu? Bagaimana jika kau yang menempatkanku dalam marabahaya?...