Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2016

Nyusul?

M: Jadi, kapan nyusul ini? D: Heh, nyusul apaan? Hahaha ini aja baru patah hati, tahu. M: Sama kakak itu? D: Yang lama? Yeh, lupain aja itu mah. Malesin. Dia aja udah punya pacar, padahal dulu ngakunya nggak mau pacaran. Haha. M: Oh ya? Dia udah punya pacar?  D: Iya, sudah. Si X juga sudah punya pacar. Waktu aku tahu mereka pacaran, aku nangis. Ya gimana ya, ketika kamu bukan lagi jadi yang pertama. Wakakaka.   M: Hahah iya ngerti. Terus sekarang gimana? D: Nggak tahu, deh. PHP semua, ya ampun. Ini ada sih, tetapi gitu doang. Nggak baper, kok. Jadi ceritanya... T: Wuuu, nggak baper, tetapi matanya berbinar-binar. D: Hahahaha, masa sih? Habisnya seneng aja kalau cerita soal dia. M: Ya sudah, tetapi jangan komunikasi terlalu sering. Memang belum baper sekarang, tetapi nanti. Iya kan, T? T: Iya, bener banget. D: Iya, iya. Hahaha, selow. Diusahakan nggak baper, kok. ( -__-) -- Ketika sudah mulai move on, tetapi masih ragu-ragu.

Masuk UGD

Malam ini dada kiriku sakit serasa ditusuk-tusuk. Yah, namanya juga perempuan paranoid, dugaan pertama langsung tertuju pada jantung. Karena nggak tahan akan sakitnya, pada pukul 23.00 aku langsung berangkat ke UGD RS terdekat. Suasana rumah sakit saat itu heboh sekali. Ruangan penuh oleh pasien sementara dokter hanya satu. Ada seorang bapak yang ngamuk gegara anaknya nggak ditangani sejak pukul 21.00. Beliau membawa pulang anaknya sembari memaki-maki rumah sakit. Ckckc. Perilakunya itu membawa kepanikan ke susternya, ke pasien lain, dan ke dokternya juga. Tidak bijak. Bisa dimaklumi mengapa beliau emosi, lha orang sakit kok didiamkan saja. Ya, tetapi beliau tidak perlu teriak sana-sini dan membawa kepanikan. Kasihan ya jadi tenaga kesehatan, mesti rela dimarah-marahi tanpa kuasa memarahi balik. Huhu, semangaaaat dokter dan suster! Aku duduk manis di depan meja menanti dokter yang wara-wiri ke sana kemari. "Adik sakit apa?" "Oh, dada kiri saya sakit. Seperti ditek...

Buaya Lakkang

*sebelum ke Lakkang. "Mau ke mana habis ini?" "Lakkang, Bu." "Ooooh hati-hatiko sama buaya." "HEH?" Was-was banget sebelum ke Lakkang. Segera googling soal buaya di Sungai Tallo dan nggak menemukan apa-apa. Ah, berarti mitos doang. Walhasil, saya berdua dengan teman berangkat ke Lakkang. Seru sekali! :) *setelah wawancara "Mau ki' langsung pulang, Nak?" "Iye', mau keliling dulu sebentar." "Oh, janganki' sampai malam. Nanti kah hujan. Hati-hatiki' pulang. Ada buaya itu." "Seriuski', Bu? Kapan itu? Kah dulu kulihat ji orang mandi-mandi di sungai." kata teman. "Iya, baru tiga hari lalu, hari Minggu. Itu buaya na tampakkan dirinya sedikit. Mungkin karena cuaca jadi ke sini ki."

Sudahkah Kau Temukan?

Rupanya salah mengawali hari pertamaku di Mal Panakkukang. Nostalgia menyergap dengan tiba-tiba. Rak novel, rak buku masakan, tersesat, eskalator, food court , Gramedia. Gugup. Dag-dig-dug. Aku melihat anak SMA sedang berjongkok memilih buku. Lalu kawannya datang menyapa, "Sudah nemu buku yang kaucari?" Bayangan. Nostalgia. Mendadak ingin nangis di mal. Sebenarnya air mataku sudah nyaris tumpah, tetapi kutahan-tahan. Malu. Ah, sudah jauh lari ke sini, masih saja luka menghampiri. Gramedia Mal Panakkukang

Kaili, Parigi Moutong, dan Sulteng

Rasanya seperti menemukan harta karun. Buku Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia yang sudah kucari sejak lama akhirnya berada di tangan. Whoa, takjub sekali. Buku ini berisi pemetaan tiap bahasa yang ada di pulau-pulau Indonesia. Gila. Penelitinya mantap sekali! Makin cinta sama Badan Bahasa. ♡♡♡ Aku langsung membuka bab "Bahasa-bahasa di Pulau Sulawesi". Ah, tentu saja. Aku secinta itu pada Sulawesi. Sekilas aku melihat, Provinsi Sulawesi Tengah memiliki bahasa yang sangat beragam. Salah satu yang menarik perhatianku adalah bahasa di Kabupaten Parigi Moutong. Hehe, jadi ingat calon proposal penelitian UTS-ku. Berdasarkan info yang kudapat di internet, bahasa yang ada di Kabupaten Parigi Moutong hanya Kaili dengam beragam dialeknya. Itu sempat membuatku urung memilih kabupaten ini dan beralih pada Kota Palu. Nah, berdasarkan penelitian Badan Bahasa, ternyata nggak cuma Kaili, mamen. Ada tujuh bahasa di sana. Fantastis!

Hari dan Malam Ini

Hari ini ada yang sidang skripsi Hari ini ada yang meragu bahkan kehilangan semangat untuk menggarap skripsi Hari ini ada yang ulang tahun - Malam ini, ada kisah seru yang dituturkan Yang akhirnya membuat si peragu mendapatkan kembali keyakinannya Bahwa skripsi yang digarapnya pasti akan berjalan seru, penuh petualangan, dan lancar jaya - Hujan malam ini membuat sepatu, rok, dan bajuku basah. Dalam keadaan begitu, harus tetap berangkat ke suatu tempat demi menjemput buku. Ngobrol asyik sekali sampai lupa waktu. Tahu-tahu pukul sepuluh. Obrolan skripsi ini memberi banyak inspirasi. Sepulangnya dari sana, skoliosisku kambuh. Sakit, tetapi tidak boleh mengeluh. Bersusah-susah dahulu, bersenang-bersenang kemudian. Mari totalitas demi skripsi! Skoliosis, rukunlah denganku selama satu semester ini. Mohon kerja samanya. ^^ Nadia Almira Sagitta

Kuantar Kau Ke Gerbang

Aku tertawa sekaligus sedih ketika menyadari momen Kuantar ke Gerbang ini akan terulang untuk kedua kali. Serupa Inggit Garnasih yang melepaskan cinta agar sang kekasih dapat menggapai cita, aku melepaskan cinta yang telah lama disimpan dalam hati. Membiarkan ia pergi menjemput cita-cita dan cinta yang bukan aku. -- Kutatap lekat dirimu saat itu Berpakaian hitam dengan aksen dua warna Kau baru menghampiriku setelah asyik beriang-riang dengan kawan seperjuangan Aku masih ingat kau perkenalkan aku pada mereka, "Ini lho, dia sudah jadi muslimah banget sekarang. Pakai jilbab panjang dan ikut organisasi keislaman." Tanggapanku saat itu cuma, "Wuuu, apaan sih." Sebentar saja kau di sisiku, bagaikan kilat yang menyambar langit Sepersekian detik dalam tatapanku Aku belum utuh merekam tawa bahagiamu

Surat Izin Riset

Selamat pagi! Hehe, aku baru tahu kalau mengurus surat izin riset bisa sedikit ribet. Berdasarkan informasi yang kukumpulkan dari beberapa blog mahasiswa, alur perizinan riset antarprovinsi adalah sebagai berikut. 1. Minta surat pengantar (rekomendasi izin) dari subbak (sub bagian akademik) kepada Kepala Badan Kesbangpol provinsi lembaga asal. Berhubung UI di Jawa Barat maka aku harus ke Bandung. 2. Ke Kesbangpol Bandung membawa proposal penelitian, fotokopi KTM dan KTP, pasfoto 3x4 selembar. Nanti dapat surat pengantar ke kesbang provinsi lokasi penelitian. 3. Ke kesbang provinsi lokasi penelitian dengan membawa proposal, fotkop KTM dan KTP, dan surat pengantar dari kesbang provinsi asal. Nanti dapat surat rekomendasi izin ke kesbang kabupaten/kota lokasi penelitian. 4. Dapat surat izin dari kesbang kabupaten/kota. Antar surat izin tersebut ke kecamatan/kelurahan. Huwoooow, sesuatu, ya? Bismillah. Anggap saja ini birokrasi yang harus ditempuh untuk menjadi peneliti sesungguhnya,...

Penelitian Dialektologi di Indonesia

Lauder (2007) mengemukakan bahwa penelitian dialektologi di Indonesia sejak tahun 1951 baru mencapai 140 penelitian dan 47,85% di antaranya berfokus pada bahasa-bahasa di pulau Jawa. Penelitian bahasa-bahasa di Pulau Sumatra 17,14%, penelitian bahasa-bahasa di Pulau Sulawesi 12,85%, penelitian bahasa-bahasa di Pulau Bali 10,71%, penelitian bahasa-bahasa di Nusa Tenggara Barat dan Timur 6,42%, penelitian bahasa-bahasa di Pulau Kalimantan 3,57%, dan penelitian terhadap bahasa-bahasa di Maluku dan Irian Jaya 0,71%. Wow, masih banyak bahasa di Indonesia Tengah dan Timur yang belum diteliti! Mengutip kata Pak T. Christomy lewat Bu Rona Romilda, "Kita ini seakan tidur di ladang penelitian yang begitu luasnya." Semoga suatu saat nanti diberikan kesempatan untuk meneliti dan mendokumentasikan bahasa-bahasa di Indonesia bagian Tengah dan Timur. ♡