*sebelum ke Lakkang.
"Mau ke mana habis ini?"
"Lakkang, Bu."
"Ooooh hati-hatiko sama buaya."
"HEH?"
Was-was banget sebelum ke Lakkang. Segera googling soal buaya di Sungai Tallo dan nggak menemukan apa-apa. Ah, berarti mitos doang. Walhasil, saya berdua dengan teman berangkat ke Lakkang. Seru sekali! :)
*setelah wawancara
"Mau ki' langsung pulang, Nak?"
"Iye', mau keliling dulu sebentar."
"Oh, janganki' sampai malam. Nanti kah hujan. Hati-hatiki' pulang. Ada buaya itu."
"Seriuski', Bu? Kapan itu? Kah dulu kulihat ji orang mandi-mandi di sungai." kata teman.
"Iya, baru tiga hari lalu, hari Minggu. Itu buaya na tampakkan dirinya sedikit. Mungkin karena cuaca jadi ke sini ki."
(dalam hati) DEMI APA BUAYA. Gimana kalau pulang tinggal tulang?
"Ah, tidak mengganggu ji itu, Nak. Kalau kita' diam-diam ji, tidak menyerang ji juga. Jauh ji itu buaya dari sini."
*sesaat sebelum pulang
"Siti, salat Asar maki' dulu, nah."
Di perahu, saya konfirmasi lagi soal keberadaan hewan reptil tersebut. Eh, ternyata benar hari Minggu ada di dekat Dermaga Kera-Kera (dekat Unhas), tetapi langsung pergi ke arah yang berlawanan dengan Lakkang. Ya, tetapi tetap saja ada di Sungai Tallo. Hahaha, kocak.
Hikmah yang bisa ditarik:
Orang-orang mah santai aja bolak-balik menyusuri sungai karena punya prinsip, "Kalau kita nggak ganggu, mereka juga nggak bakal ngeganggu. Slow bae. Hidup berdampingan dengan alam." Mantap bangetlah. :D
Comments
Post a Comment