Skip to main content

Review Salon Tewink

Salon Tewink terletak di dekat Gang Kober, Margonda, Depok. Salon yang mengusung konsep salon muslimah ini merupakan anak bisnis dari Moz5. Saya baru pertama kali ke sana karena dapat kupon gratis. Lumayanlah, jatah salon bulan ini. *v*

Pukul 14.30 saya bergegas ke sana. Layaknya Moz5, ada plang berbunyi “Laki-laki dilarang masuk!” tergantung di pintu depan. Hal pertama yang menarik hatiku adalah salah seorang pegawainya berjilbab syar’i! Wih, saya kagum banget. Salon Tewink tidak begitu besar dibandingkan Moz5. Ada beberapa kursi salon di pinggir kiri dan kanan serta dua kursi untuk keramas di ujung tengah. Dinding-dindingnya dihiasi wallpaper bunga-bunga. Feminin sekali dan saya suka. ^^
Pegawai yang melayani saya adalah Mbak Dinda. Belakangan kuketahui dia orang Makassar. Yuhuuu, jumpa lagi dengan kawan sedaerah! Pelayanannya cukup ramah. Sayang, dia masih suka menawarkan perawatan ini dan itu padahal sudah kutolak. Tak apalah.


Mulai bahas perawatan back therapy-nya, ya. Komentarku? Puas banget! Hahaha, senaaaang. Durasinya cukup lama yakni satu setengah jam jika tidak salah ingat. Namanya back therapy, tentu berkonsetrasi di punggunglah, ya. Mula-mula dipijat, lalu diberi masker, kemudian di-scrub, dimasker lagi, dilap, dan ditaburi bedak. Salon Tewink hanya mematok Rp55.000,00 untuk perawatan ini! Cukup murah, kan? Saya jamin penatmu hilang dan badan terasa rileks setelahnya. ;)

Tak cukup hanya back therapy, saya penasaran dengan krimbat yang ditawarkan Tewink. Atas saran Mbak Dinda, saya mencoba krimbat ginseng. Bagus untuk rambut rontok, katanya. Urutan perawatannya saya lupa, kira-kira begini: keramas-diberi krim rambut-di-steam-dicuci lagi-dikeringkan. Standarlah, tetapi saya suka pijatannya.  Nah, untuk pengeringan saya diberi pilihan untuk dikeringkan biasa atau di-blow. Saya memilih blow, suka aja gitu lihat rambut rapi sebelum diikat lagi. Fufufu. Nah, kapster saya diganti nih dengan mbak-siapa-namanya. Cara mem-blow-nya saya kurang suka. Kasar dan terkesan terburu-buru. Rambut saya, kan, jadi sakit. Saya tidak menggeneralisasi, ya, ini pendapat saya terhadap si mbak-siapa-namanya. Akan tetapi, kekesalan itu terbayar dengan refleksiku di kaca. Cantik! :D

Untuk krimbat, kita mesti merogoh kocek sebesar Rp63.500,00 atau Rp56.000,00 bila menjadi anggota. Potongan harganya lumayan, tuh. Biaya pendaftaran anggota hanya Rp45.000,00. Seingat saya biaya pendaftaran ini sama seperti Moz5. Keuntungan-keuntungannya pun sama. Saya belum mendaftar karena kantong mendadak kering! Hahaha. Nanti sajalah di kunjungan kedua. Saya masih punya kupon potongan harga sebesar 50% untuk body spa. Yuhuuu, disimpan untuk bulan depan, ya!

Positif: *Suasananya bagus
*Pelayanan lumayan ramah
*Harga pas di kantong
*Perawatan beragam

Negatif: *Kamar mandi terletak di lantai dua
*Kembennya kelonggaran -_-
*Cara mem-blow agak kasar
*Musik terdengar sampai musala
*Kapster sering dan kekeuh menawarkan perawatan lain
*Area bathtub menyatu dengan toilet. >> Nggak kebayang kalau ada yang sedang mandi susu atau rempah lalu saya pengin ke toilet. Well, maybe they have another toilet?

Apakah saya akan berkunjung lagi? Sepertinya begitu. :)

Comments

Popular posts from this blog

Dialog Zainuddin Hayati

"Saya akan berterus terang kepadamu. Saya akan jujur kepadamu. Akan saya panggil kembali namamu, sebagaimana dahulu pernah saya panggilkan. Zainuddin. Saya sudi menanggung segenap cobaan yang menimpa diriku asalkan kau sudi memaafkan segenap kesalahanku." "Maaf? Kau regas segenap pucuk pengharapanku, kau patahkan, kau minta maaf?" "Mengapa kau jawab aku sekejam itu, Zainuddin? Sudah hilangkah tentang kita dari hatimu? Janganlah kau jatuhkan hukuman. Kasihanilah perempuan yang ditimpa musibah berganti-ganti ini." "Iya, demikianlah perempuan. Ia hanya ingat kekejaman orang kepada dirinya walaupun kecil dan ia lupa kekejamannya sendiri pada orang lain padahal begitu besarnya. Lupakah kau siapakah di antara kita yang kejam? Bukankah kau yang telah berjanji ketika saya diusir oleh ninik-mamakmu karena saya asalnya tidak tentu, orang hina-dina, tidak tulen Minangkabau! Ketika itu kau antarkan saya ke simpang jalan, kau berjanji akan menunggu kedatanga...

Surat Hayati

Pergantungan jiwaku, Zainuddin Sungguh besar sekali harapanku untuk bisa hidup di dekatmu. Supaya mimpi yang telah engkau rekatkan sekian lamanya bisa makbul. Supaya dapat segala kesalahan yang besar-besar yang telah kuperbuat terhadap dirimu saya tebusi. Tetapi cita-citaku itu tinggal selamanya menjadi cita-cita sebab engkau sendiri yang menutup pintu di depanku. Saya engkau larang masuk. Sebab engkau hendak mencurahkan segala dendam, kesakitan yang telah sekian lama bersarang di dalam hatimu. Lantaran membalas dendam itu, engkau ambil suatu keputusan yang maha kejam. Engkau renggutkan tali pengharapanku, padahal pada tali itu pula pengharapanmu sendiri bergantung. Sebab itu, percayalah Zainuddin bahwa hukuman ini bukan mengenai diriku seorang, bukan ia menimpa celaka kepadaku saja, tetapi kepada kita berdua. Karena saya tahu bahwa engkau masih tetap cinta kepadaku.  Zainuddin, kalau saya tak ada, hidupmu tidak juga akan beruntung. Percayalah, di dalam jiwaku ada suatu kek...

Review Salon Flaurent Jogja

Heyyyy, guys! Kali ini, saya mau review salon Flaurent Jogja yang baru saja saya kunjungi tadi. Dua tahun lalu, saya juga sempat ke sini bareng ibu, nah kali ini bareng tante. Bisa dibilang, ini salon perempuan pertama yang saya datangi dan memprakarsai hobi baru saya di Depok, yakni nyalon. Wakakaka. Tanteku memberi saran untuk mengambil paket mini yang terdiri dari body spa, hair spa, dan facial . Tiga perawatan ini bisa kalian ambil dengan merogoh kocek Rp125.000,00. Gila. Ini-murah-banget! Salon langgananku aja bisa kena biaya sekitar Rp300.000,00.

Percakapan Ponakan dan Om Tante

A: Ante, ke dokterlah. Supaya tahu sakitnya. Kasihan batuk dan menggigil terus. T: Indaklah. Ante ndak suka minum obat. A: Loh, siapa yang suruh minum obat. Ke dokter saja. R: Ha, lepas tu? Buat apa kita ke dokter, kak? A: Ya cek ajalah. Nanti kalau dikasih resep, tak usah beli kalau tak mau diminum. R: Entah apa-apa kakak ini. Haha, cengkunek. O: Ntah berkelit ke berapa hari ini. Tak mau kalah dia. A: Wah, mestilah, Om. Anak sastra mesti jago berkelit. R: Aduuuh, gimanalah suami kakak nanti itu. Ribut, lah. A: Mana pulak. Indak, lah. R: Kalau dapat yang heboh juga, wah saling berkelit nanti. Jangan sama anak sastra lagi, kak. O: Sama anak ekonomi saja, Nadia. A: Kenapa coba? O: Supaya nanti dia bisa menghitung, "Nah, sudah berkelit berapa kali istriku malam ini?" Kerjaan anak ekonomi, kan, menghitung-hitung saja, Nadia. A: Hahahahha. Alaaaah, si Om!  Medan, dalam mobil Karimun