Skip to main content

Surat Hayati

Pergantungan jiwaku, Zainuddin

Sungguh besar sekali harapanku untuk bisa hidup di dekatmu. Supaya mimpi yang telah engkau rekatkan sekian lamanya bisa makbul. Supaya dapat segala kesalahan yang besar-besar yang telah kuperbuat terhadap dirimu saya tebusi. Tetapi cita-citaku itu tinggal selamanya menjadi cita-cita sebab engkau sendiri yang menutup pintu di depanku. Saya engkau larang masuk. Sebab engkau hendak mencurahkan segala dendam, kesakitan yang telah sekian lama bersarang di dalam hatimu. Lantaran membalas dendam itu, engkau ambil suatu keputusan yang maha kejam. Engkau renggutkan tali pengharapanku, padahal pada tali itu pula pengharapanmu sendiri bergantung. Sebab itu, percayalah Zainuddin bahwa hukuman ini bukan mengenai diriku seorang, bukan ia menimpa celaka kepadaku saja, tetapi kepada kita berdua. Karena saya tahu bahwa engkau masih tetap cinta kepadaku. 

Zainuddin, kalau saya tak ada, hidupmu tidak juga akan beruntung. Percayalah, di dalam jiwaku ada suatu kekayaan besar yang engkau sangat perlu kepadanya dan kekayaan itu belum pernah kuberikan kepada orang lain walaupun kepada Aziz. Kekayaan itu ialah kekayaan cinta. Seandainya kau terima kembali kedatanganku, saya tidak akan meminta balasan dari engkau. Balasan yang aku harapkan dari cinta suciku hanyalah dari Allah supaya engkau diberi-Nya bahagia. Balasan kedua yang saya harapkan adalah supaya saya dapat selalu hidup di dekatmu selamanya. 

Zainuddin, engkau akan beroleh seorang perempuan yang masih suci batinnya, suci jiwanya, belum pernah disentuh orang lain. Hatinya belum pernah dirampas orang dan tidak ada bedanya dengan permatamu yang hilang dan dengan gadis Batipuh yang engkau cintai dua dan tiga tahun yang lalu yang gambarnya tergantung di kamar tulismu. Tetapi sungguhpun demikian pembalasanmu, kesalahanmu itu telah aku maafkan. Sebabnya ialah lantaran saya cinta akan engkau dan karena saya tahu engkau lakukan semua lantaran cintamu kepadaku. 

Saya akan pulang, hanya dua yang kutunggu di Batipuh. Pertama adalah kedatanganmu kembali untuk menjemputku. Kedua, menunggu maut datang apabila kau tidak pernah datang kembali kepadaku. Cuma satu pengharapan yang penghabisan: heningkan hatimu kembali. Sama-sama kita habisi kekecewaan yang sudah-sudah. Maafkan saya, cintai saya kembali. 

Zainuddin, kaulah yang terpatri di dalam doaku bila saya menghadap Tuhan di akhirat. Kalau kumati lebih dahulu daripadamu, jangan engkau berduka hati, melainkan sempurnakanlah permohonan doa kepada Tuhan. Selamat tinggal Zainuddin, selamat tinggal wahai orang yang kucintai di dunia ini. Aku cinta akan dikau. Semoga hati kita sama-sama dirahmati Tuhan. Selamat tinggal Zainuddin, aku cinta akan engkau dan kalau kumati adalah kematianku dalam mengenang engkau.


sumber gambar

Comments

Popular posts from this blog

Dialog Zainuddin Hayati

"Saya akan berterus terang kepadamu. Saya akan jujur kepadamu. Akan saya panggil kembali namamu, sebagaimana dahulu pernah saya panggilkan. Zainuddin. Saya sudi menanggung segenap cobaan yang menimpa diriku asalkan kau sudi memaafkan segenap kesalahanku." "Maaf? Kau regas segenap pucuk pengharapanku, kau patahkan, kau minta maaf?" "Mengapa kau jawab aku sekejam itu, Zainuddin? Sudah hilangkah tentang kita dari hatimu? Janganlah kau jatuhkan hukuman. Kasihanilah perempuan yang ditimpa musibah berganti-ganti ini." "Iya, demikianlah perempuan. Ia hanya ingat kekejaman orang kepada dirinya walaupun kecil dan ia lupa kekejamannya sendiri pada orang lain padahal begitu besarnya. Lupakah kau siapakah di antara kita yang kejam? Bukankah kau yang telah berjanji ketika saya diusir oleh ninik-mamakmu karena saya asalnya tidak tentu, orang hina-dina, tidak tulen Minangkabau! Ketika itu kau antarkan saya ke simpang jalan, kau berjanji akan menunggu kedatanga...

Percakapan Ponakan dan Om Tante

A: Ante, ke dokterlah. Supaya tahu sakitnya. Kasihan batuk dan menggigil terus. T: Indaklah. Ante ndak suka minum obat. A: Loh, siapa yang suruh minum obat. Ke dokter saja. R: Ha, lepas tu? Buat apa kita ke dokter, kak? A: Ya cek ajalah. Nanti kalau dikasih resep, tak usah beli kalau tak mau diminum. R: Entah apa-apa kakak ini. Haha, cengkunek. O: Ntah berkelit ke berapa hari ini. Tak mau kalah dia. A: Wah, mestilah, Om. Anak sastra mesti jago berkelit. R: Aduuuh, gimanalah suami kakak nanti itu. Ribut, lah. A: Mana pulak. Indak, lah. R: Kalau dapat yang heboh juga, wah saling berkelit nanti. Jangan sama anak sastra lagi, kak. O: Sama anak ekonomi saja, Nadia. A: Kenapa coba? O: Supaya nanti dia bisa menghitung, "Nah, sudah berkelit berapa kali istriku malam ini?" Kerjaan anak ekonomi, kan, menghitung-hitung saja, Nadia. A: Hahahahha. Alaaaah, si Om!  Medan, dalam mobil Karimun

Review Salon Flaurent Jogja

Heyyyy, guys! Kali ini, saya mau review salon Flaurent Jogja yang baru saja saya kunjungi tadi. Dua tahun lalu, saya juga sempat ke sini bareng ibu, nah kali ini bareng tante. Bisa dibilang, ini salon perempuan pertama yang saya datangi dan memprakarsai hobi baru saya di Depok, yakni nyalon. Wakakaka. Tanteku memberi saran untuk mengambil paket mini yang terdiri dari body spa, hair spa, dan facial . Tiga perawatan ini bisa kalian ambil dengan merogoh kocek Rp125.000,00. Gila. Ini-murah-banget! Salon langgananku aja bisa kena biaya sekitar Rp300.000,00.