Aku tak tahan. Napasku memburu ketika aku melewati universitasmu malam itu. Dani, kawan seperjalananku, keheranan mendapati perubahan sikapku. "Bian, kamu kenapa?" "..." And you flashback to when he said forever and always "Dan, saya nangis nggak apa-apa, ya?" "Iya, tetapi ada apa?" "Saya...saya mau bertemu dia, Dan. Sekali saja. Kenapa nggak pernah bisa? Sudah lama sekali." It rains when you're here and it rains when you're gone Dani mengembuskan napas saat mendengar jawabanku lalu berkata, "Yah, mau sampai kapan, Bi? Kamu nggak melihat segala kemungkinan yang terbentang di hadapanmu. Kamu..nggak melihatku karena terpaku pada masa lalu." Terkesiap, aku menatap Dani. Sohib yang selalu setia menemaniku ke mana-mana. Kala aku sakit, butuh teman perjalanan, partner belajar, tempat cerita, apa pun itu. Dia selalu ada 24 jam sehari, tujuh hari seminggu. Sementara dirinya? 'Cause one second...