Skip to main content

2015 - Skoliosis

Skoliosis. Masih ingatkah dengan pelajaran Penjaskes di SD dulu? Kifosis, lordosis, dan skoliosis.

Beberapa bulan ini, aku mengeluh sakit punggung. Tak bisa telentang dan menghirup napas panjang. Sakit. Rasanya, tulang rusuk tertarik oleh tulang belakang tiap bernapas. Rasanya dada ditekan kuat-kuat kalau telentang. Belum lagi pegal-pegal tiap bangun tidur.

Kemudian, datanglah temanku berkata bahwa tulang kananku menonjol dibanding yang kiri. Tanteku juga mengatakan hal yang sama. 
Jadilah, 15 Januari 2015 lalu aku ke dokter ortopedi. Dokter Tejo namanya. Dia berperawakan tinggi dan tegak. Dia lebih tinggi dari saya. Hahahha. Pas banget deh jadi dokter spesialis tulang.

Dari sana, aku menuju ruang radiologi. Kunjungan pertamaku ke sana, yeayyyy! (Terus bangga). Bertukar pakaian dengan baju rumah sakit, berdiri di depan kamera khusus, dan voila! Jadilah foto hitam putih bergambar tulang rusuk serta tulang punggungku. Foto x-ray kah itu? Entahlah.

Dua foto hitam itu merogoh kocek Rp320.000,00. Setelah membayar, aku kembali ke ruangan dokter. Di sana, dokter Tejo mengambil penggaris dan mulai mengukur derajat kemiringan tulangku. Hasilnya, tulang atas miring 46% dan tulang bawah miring 30%. Waw, mengejutkan sekali! :( Ternyata sudah miring sebegitunya.

Aku diminta rutin berenang dan backup. Seumur hidup.
Ya Allah, capai juga, ya? Sayangnya, nggak boleh ngeluh. Masih mending disuruh olahraga daripada disuruh mengonsumsi obat. Selain itu, diminta rutin mengecek kondisi tulang tiap enam bulan sekali. Bila kemiringannya melewati angka 50%, bisa operasi. Kata Pak Dokter, “Iya, operasi itu kayak naruh Honda Brio di punggung. Hehehe." Wkwkwkwkwk! Biaya operasi rupanya sekitar Rp100.000.000,00 guyssssss! Mahal juga, ya. :(

Sepupuku sudah dioperasi, sih. Skoliosis 70%. Operasinya bener-bener dari atas sampai nyaris ke tulang ekor. Ngelihat jahitannya itu, lho, nggak kuaaaat. :(

Resolusi 2015 dadakan:
Belajar berenang
Rutin backup
Rajin minum susu
Duduk tegak tiap pagi
Menggemukkan diri >> ngaruh ke otot yang menunjang tulang, ternyata.

Doakan aku, ya, teman-teman.

Xoxo from Jogja! ♡♡♡♡
16 Januari 2015.

Comments

  1. Kamu gak sendiri, dek. Semangat yaa :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kak Noniiii, aku nggak nyangka bakal kena skoliosis. Derajat kemiringan kakak berapa? :)

      Delete
  2. Kita sma kawan akhu juga slah stux invit 7fb97f48 byar bsa brbgi crta

    ReplyDelete
  3. renangnya bebas gaya ap y???
    T'rus susunya susu ap y????
    Please tlng d jwb..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Katanya, sih, gaya renang yang melatih tulang punggung ya gaya katak, Atta. :)

      Minum susu, sih, nggak begitu pengaruh ke skoliosis. Kalau suka susu, ya minum susu merk apa saja. Saya minum Milo. :D

      Delete
  4. Replies
    1. Terima kasih. Wah, saat pertama kali didiagnosis skoliosis, saya sering jalan-jalan ke blog allyainnaz.net. Informatif. :)

      Delete
  5. Replies
    1. Salam kenal skolioser! :)

      Heheh, kamu berapa derajat?

      Delete
  6. salam.dimana nak hubungi doktor tejo ini ya.anak saya ada skoliosis.kami dari malaysia.email saya leena_rasheed@yahoo.com
    tolong ya .terima kasih

    ReplyDelete
  7. Halo. Barusan saya rontgen dan katanya saya terkena skoliosis dan tulang kiri ada yang terjepit. Sekarang udah mendingan? Hehe saya ngeri euy

    ReplyDelete
  8. Ak juga penderita scoliosis sejak smp dan derajatnya 39° salam kenal scolioser

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Dialog Zainuddin Hayati

"Saya akan berterus terang kepadamu. Saya akan jujur kepadamu. Akan saya panggil kembali namamu, sebagaimana dahulu pernah saya panggilkan. Zainuddin. Saya sudi menanggung segenap cobaan yang menimpa diriku asalkan kau sudi memaafkan segenap kesalahanku." "Maaf? Kau regas segenap pucuk pengharapanku, kau patahkan, kau minta maaf?" "Mengapa kau jawab aku sekejam itu, Zainuddin? Sudah hilangkah tentang kita dari hatimu? Janganlah kau jatuhkan hukuman. Kasihanilah perempuan yang ditimpa musibah berganti-ganti ini." "Iya, demikianlah perempuan. Ia hanya ingat kekejaman orang kepada dirinya walaupun kecil dan ia lupa kekejamannya sendiri pada orang lain padahal begitu besarnya. Lupakah kau siapakah di antara kita yang kejam? Bukankah kau yang telah berjanji ketika saya diusir oleh ninik-mamakmu karena saya asalnya tidak tentu, orang hina-dina, tidak tulen Minangkabau! Ketika itu kau antarkan saya ke simpang jalan, kau berjanji akan menunggu kedatanga...

Surat Hayati

Pergantungan jiwaku, Zainuddin Sungguh besar sekali harapanku untuk bisa hidup di dekatmu. Supaya mimpi yang telah engkau rekatkan sekian lamanya bisa makbul. Supaya dapat segala kesalahan yang besar-besar yang telah kuperbuat terhadap dirimu saya tebusi. Tetapi cita-citaku itu tinggal selamanya menjadi cita-cita sebab engkau sendiri yang menutup pintu di depanku. Saya engkau larang masuk. Sebab engkau hendak mencurahkan segala dendam, kesakitan yang telah sekian lama bersarang di dalam hatimu. Lantaran membalas dendam itu, engkau ambil suatu keputusan yang maha kejam. Engkau renggutkan tali pengharapanku, padahal pada tali itu pula pengharapanmu sendiri bergantung. Sebab itu, percayalah Zainuddin bahwa hukuman ini bukan mengenai diriku seorang, bukan ia menimpa celaka kepadaku saja, tetapi kepada kita berdua. Karena saya tahu bahwa engkau masih tetap cinta kepadaku.  Zainuddin, kalau saya tak ada, hidupmu tidak juga akan beruntung. Percayalah, di dalam jiwaku ada suatu kek...

Review Salon Flaurent Jogja

Heyyyy, guys! Kali ini, saya mau review salon Flaurent Jogja yang baru saja saya kunjungi tadi. Dua tahun lalu, saya juga sempat ke sini bareng ibu, nah kali ini bareng tante. Bisa dibilang, ini salon perempuan pertama yang saya datangi dan memprakarsai hobi baru saya di Depok, yakni nyalon. Wakakaka. Tanteku memberi saran untuk mengambil paket mini yang terdiri dari body spa, hair spa, dan facial . Tiga perawatan ini bisa kalian ambil dengan merogoh kocek Rp125.000,00. Gila. Ini-murah-banget! Salon langgananku aja bisa kena biaya sekitar Rp300.000,00.

Percakapan Ponakan dan Om Tante

A: Ante, ke dokterlah. Supaya tahu sakitnya. Kasihan batuk dan menggigil terus. T: Indaklah. Ante ndak suka minum obat. A: Loh, siapa yang suruh minum obat. Ke dokter saja. R: Ha, lepas tu? Buat apa kita ke dokter, kak? A: Ya cek ajalah. Nanti kalau dikasih resep, tak usah beli kalau tak mau diminum. R: Entah apa-apa kakak ini. Haha, cengkunek. O: Ntah berkelit ke berapa hari ini. Tak mau kalah dia. A: Wah, mestilah, Om. Anak sastra mesti jago berkelit. R: Aduuuh, gimanalah suami kakak nanti itu. Ribut, lah. A: Mana pulak. Indak, lah. R: Kalau dapat yang heboh juga, wah saling berkelit nanti. Jangan sama anak sastra lagi, kak. O: Sama anak ekonomi saja, Nadia. A: Kenapa coba? O: Supaya nanti dia bisa menghitung, "Nah, sudah berkelit berapa kali istriku malam ini?" Kerjaan anak ekonomi, kan, menghitung-hitung saja, Nadia. A: Hahahahha. Alaaaah, si Om!  Medan, dalam mobil Karimun