Salam, Tuan. Detik ini pukul 00.48 hujan membasahi bumi Depok. Aku terjaga karena telepon dari negara seberang, “Nak, maaf ganggu, ini kebetulan lagi di toko dan ada diskon…” Yeah, right. Ibuku menelepon di pagi buta. Mataku belum ingin terpejam lagi kemudian kudengar tetesan air berlomba membasahi pekarangan kosan. Suara-suara air pecah begitu menyentuh permukaan batu.
Tuan, aku ingin mengaku kalau aku jatuh cinta. Pada suaramu. Pada kelihaianmu bercengkrama denganku. Pada kebaikan-kebaikanmu. Pada sosokmu yang apa adanya. Tak ada yang ingin kuubah, jujur saja. Entah apa yang menyesuaikan jarak kita. Yang kutahu, kau ada ketika hatiku bermuram durja. Yang kutahu, kau menjadi alasanku untuk tertawa setelah sekian jam murung mengalirkan air mata. Kau tak datang terlambat ataupun terlalu cepat. Setidaknya, untuk saat ini.
Sebelum aku mengaku cinta, bagaimana bila kau pergi saja? Tak usah jadi kawanku. Aku ingin mengobservasi hatiku sendiri, apa jadinya kalau kau tiada. Aku tak ingin mendekat dan didekap sekarang. Aku takut salah tafsir lagi. Aku takut kau salah-salahkan. Aku takut perbincangan kita takkan seasyik hari kemarin. Kau pernah bilang suatu saat nanti mungkin kita berjumpa lagi. Di negara impianku. Kita akan saling mencari dan bertukar pikiran seperti hari ini. Namun, aku takut membuka peluang-peluang harapan. Kemungkinan itu memang kuamini dalam hati, tetapi aku tak ingin berharap banyak pada ucapan sepintas lalumu. Bisa jadi esok lusa kau lupa, kapasitas otak laki-laki takkan mampu mengingat hal-hal kecil tak berarti.
Aku takut menjatuhkan hati apabila kau sendiri tak siap menangkapku. Jatuh itu sakit, kau tahu, kan? Kau tak menjanjikan apa-apa. Aku tak memastikan apa-apa. Hati perlu kuatur sedemikian rupa agar sedikit kaku ketika menyinggung-nyinggung kau. Doa perlu kupanjatkan acapkali kuteringkat akan engkau. Semoga kau sadar sendiri, pergi, jaga jarak, atau apalah itu. Jangan cari-cari aku dalam sibukmu, jangan ingat-ingat aku dalam sendirimu. Aku bukan calon pacarmu dan takkan pernah mau menjadi salah satu.
Allahu, jaga hatiku. Jaga hatinya. Jaga hati kami agar tetap tegak menjalankan syariat-Mu. Jangan didekatkan sekarang…jauhkanlah sejauh-jauhnya.
Luv,
Nadia Almira Sagitta
Nadia Almira Sagitta
Comments
Post a Comment