Skip to main content

Gadis yang Kau Tinggalkan

Kau hilang, menyisakan cinta

Kau hilang, meninggalkan perih

Kau hilang, menyayat hatiku yang tulus mencintaimu

Kau hilang, sesaat setelah kau berkata cinta padaku…

Mengapa kau harus hadir jikalau akhirnya kau menghilang jua?

Mengapa kau harus menyukaiku jikalau kau jugalah yang membuatku sakit?

Mengapa kau harus merebut perhatianku?

Memenangkan hatiku?

Mengapa kau harus ada dalam kisah cintaku?

Kau hilang tanpa alasan

Setelah kau mengalihkan duniaku, kamu menghilang begitu saja

Buat apa???

Apa artinya ini?

Perasaan ini? Cinta ini? Rindu ini?

BUANG SAJA SEMUA!

Namun, tahukah engkau?

Sulit bagiku ‘tuk melupakanmu

Karena, kamu begitu baik padaku

Karena, segala perhatian yang engkau curahkan untukku

Karena, hidupku telah diwarnai olehmu

Haruskah kau memalingkan wajah ketika tatapan mata kita beradu?

Haruskah kau mengambil jalan lain ketika langkah kita bertemu?

Haruskah kau membalikkan badan ketika kita berpapasan?

Haruskah kau berpura-pura tidak mengenalku?

Jahat nian dirimu

Padahal, selama ini aku memegang kata-katamu

Janjimu, sumpahmu

Bahwa kelak kau akan menjadikanku bagian dari hidupmu

Bahwa kelak kita ‘kan melangkah bersama

Dalam satu ikatan suci…

Tapi, nampaknya kau melupakan semua itu

Sepertinya itu hanyalah janji palsumu semata

Toh, kau mulai melupakan diriku saat ini

Entah apa alasannya, aku tak tahu…

Dan kini aku sendiri, menyusun serpihan-serpihan hati yang kau hancurkan

Menatanya satu persatu, memperbaikinya

Karena tanpa kehadiran hati, hidupku terasa mati

Biarlah ia hidup tanpa secuil kenangan akanmu

Jangan coba usik aku lagi!

Comments

Popular posts from this blog

Dialog Zainuddin Hayati

"Saya akan berterus terang kepadamu. Saya akan jujur kepadamu. Akan saya panggil kembali namamu, sebagaimana dahulu pernah saya panggilkan. Zainuddin. Saya sudi menanggung segenap cobaan yang menimpa diriku asalkan kau sudi memaafkan segenap kesalahanku." "Maaf? Kau regas segenap pucuk pengharapanku, kau patahkan, kau minta maaf?" "Mengapa kau jawab aku sekejam itu, Zainuddin? Sudah hilangkah tentang kita dari hatimu? Janganlah kau jatuhkan hukuman. Kasihanilah perempuan yang ditimpa musibah berganti-ganti ini." "Iya, demikianlah perempuan. Ia hanya ingat kekejaman orang kepada dirinya walaupun kecil dan ia lupa kekejamannya sendiri pada orang lain padahal begitu besarnya. Lupakah kau siapakah di antara kita yang kejam? Bukankah kau yang telah berjanji ketika saya diusir oleh ninik-mamakmu karena saya asalnya tidak tentu, orang hina-dina, tidak tulen Minangkabau! Ketika itu kau antarkan saya ke simpang jalan, kau berjanji akan menunggu kedatanga

Surat Hayati

Pergantungan jiwaku, Zainuddin Sungguh besar sekali harapanku untuk bisa hidup di dekatmu. Supaya mimpi yang telah engkau rekatkan sekian lamanya bisa makbul. Supaya dapat segala kesalahan yang besar-besar yang telah kuperbuat terhadap dirimu saya tebusi. Tetapi cita-citaku itu tinggal selamanya menjadi cita-cita sebab engkau sendiri yang menutup pintu di depanku. Saya engkau larang masuk. Sebab engkau hendak mencurahkan segala dendam, kesakitan yang telah sekian lama bersarang di dalam hatimu. Lantaran membalas dendam itu, engkau ambil suatu keputusan yang maha kejam. Engkau renggutkan tali pengharapanku, padahal pada tali itu pula pengharapanmu sendiri bergantung. Sebab itu, percayalah Zainuddin bahwa hukuman ini bukan mengenai diriku seorang, bukan ia menimpa celaka kepadaku saja, tetapi kepada kita berdua. Karena saya tahu bahwa engkau masih tetap cinta kepadaku.  Zainuddin, kalau saya tak ada, hidupmu tidak juga akan beruntung. Percayalah, di dalam jiwaku ada suatu kekayaa

Percakapan Ponakan dan Om Tante

A: Ante, ke dokterlah. Supaya tahu sakitnya. Kasihan batuk dan menggigil terus. T: Indaklah. Ante ndak suka minum obat. A: Loh, siapa yang suruh minum obat. Ke dokter saja. R: Ha, lepas tu? Buat apa kita ke dokter, kak? A: Ya cek ajalah. Nanti kalau dikasih resep, tak usah beli kalau tak mau diminum. R: Entah apa-apa kakak ini. Haha, cengkunek. O: Ntah berkelit ke berapa hari ini. Tak mau kalah dia. A: Wah, mestilah, Om. Anak sastra mesti jago berkelit. R: Aduuuh, gimanalah suami kakak nanti itu. Ribut, lah. A: Mana pulak. Indak, lah. R: Kalau dapat yang heboh juga, wah saling berkelit nanti. Jangan sama anak sastra lagi, kak. O: Sama anak ekonomi saja, Nadia. A: Kenapa coba? O: Supaya nanti dia bisa menghitung, "Nah, sudah berkelit berapa kali istriku malam ini?" Kerjaan anak ekonomi, kan, menghitung-hitung saja, Nadia. A: Hahahahha. Alaaaah, si Om!  Medan, dalam mobil Karimun

Review Salon Flaurent Jogja

Heyyyy, guys! Kali ini, saya mau review salon Flaurent Jogja yang baru saja saya kunjungi tadi. Dua tahun lalu, saya juga sempat ke sini bareng ibu, nah kali ini bareng tante. Bisa dibilang, ini salon perempuan pertama yang saya datangi dan memprakarsai hobi baru saya di Depok, yakni nyalon. Wakakaka. Tanteku memberi saran untuk mengambil paket mini yang terdiri dari body spa, hair spa, dan facial . Tiga perawatan ini bisa kalian ambil dengan merogoh kocek Rp125.000,00. Gila. Ini-murah-banget! Salon langgananku aja bisa kena biaya sekitar Rp300.000,00.