Ada wanita yang tersenyum manis di balik jilbabnya usai berbincang dengan lawan jenis yang menjadi impiannya selama ini. Ada rasa yang mengusik hatinya, antara bahagia dan rasa bersalah karena telah melakukan hal yang tak perlu.
Ada wanita yang salah tingkah ketika mengangsurkan buku kepada impiannya. Tangan mereka memang tidak bertautan, tetapi pergerakan singkat itu cukup meninggalkan kesan di hatinya.
Ada wanita yang berbinar-binar matanya saat mengisahkan pesan singkat yang diterimanya dari sang impian kepada teman-temannya. Seolah ia begitu bangga, "Ini lho impianku selama ini! Dia sempurna, bukan?" Padahal, teman-temannya tahu isi pesan singkat itu biasa saja, si wanitalah yang salah menangkap pesan yang disampaikan. Maklum, ia sedang jatuh cinta. Segala-galanya hiperbola, segalanya penuh bunga.
Ada wanita yang kerap kali mengunjungi suatu fakultas demi menemukan sosok sang impian. Tak lupa, ia tampil cantik acap kali berkunjung. Dirapikannya jilbabnya, ditaburkannya pupur ke wajah, dioleskannya pelembab ke bibirnya yang kering. Entah untuk apa, ia hanya ingin tampil cantik di depan sang impian bila jadi jumpa.
Ada wanita yang tulus ikhlas menggambar lirik lagu kesukaan sang impian. Hal itu dilakukannya sebagai rasa terima kasih pada sang impian. Juga, sebagai ungkapan hatinya yang ingin mendapat sedikit perhatian dari sang impian.
Ada wanita yang diam-diam menyimpan harapan agar ia dipertemukan dengan sang impian dalam ikatan pernikahan. Impian yang sesuai dengan cita-citanya, yaitu memiliki kelurga akademisi. Semoga wanita itu menemukan seorang ahli yang dapat membawanya mengarungi keluarga yang peduli edukasi.
Kalian mau tahu siapa wanita itu dan sang impian? Wanita itu bernama aku, sementara impian bernama calon imamku.
Ada wanita yang ingin melonjak dari tempatnya berdiri saat itu. Perasaan bahagia begitu membuncah tatkala ia menyadari idamannya berdiri tak jauh darinya. Hanya dua langkah, ya hanya dua langkah. Ia bimbang, apakah mesti bergerak ke gerbong sebelah yang hanya berjarak dua langkah darinya atau tetap di gerbongnya.
Ada wanita berbaju biru yang mencengkeram lengan temannya karena baru saja berpapasan dengan impiannya yang mengendarai motor. Sesaat setelah itu, mereka memutuskan untuk membeli makan malam untuk menghilangkan kegugupan. Di warung makan, ia berfoto dengan baju kebanggaan yang harum karena parfum tadi pagi dengan alasan, "Aku harus mengingat baju ini sebagai baju keberuntungan yang mempertemukanku dengan sang impian." Begitu katanya.
Ada wanita yang menahan napas kemudian asal menjawab pertanyaan impiannya karena ia terlalu kaget dan bahagia. Sang impian terheran dengan tingkahnya, namun wanita itu cepat-cepat menormalkan keadaan.
Ada wanita yang salah tingkah ketika mengangsurkan buku kepada impiannya. Tangan mereka memang tidak bertautan, tetapi pergerakan singkat itu cukup meninggalkan kesan di hatinya.
Ada wanita yang berbinar-binar matanya saat mengisahkan pesan singkat yang diterimanya dari sang impian kepada teman-temannya. Seolah ia begitu bangga, "Ini lho impianku selama ini! Dia sempurna, bukan?" Padahal, teman-temannya tahu isi pesan singkat itu biasa saja, si wanitalah yang salah menangkap pesan yang disampaikan. Maklum, ia sedang jatuh cinta. Segala-galanya hiperbola, segalanya penuh bunga.
Ada wanita yang kerap kali mengunjungi suatu fakultas demi menemukan sosok sang impian. Tak lupa, ia tampil cantik acap kali berkunjung. Dirapikannya jilbabnya, ditaburkannya pupur ke wajah, dioleskannya pelembab ke bibirnya yang kering. Entah untuk apa, ia hanya ingin tampil cantik di depan sang impian bila jadi jumpa.
Ada wanita yang tulus ikhlas menggambar lirik lagu kesukaan sang impian. Hal itu dilakukannya sebagai rasa terima kasih pada sang impian. Juga, sebagai ungkapan hatinya yang ingin mendapat sedikit perhatian dari sang impian.
Ada wanita yang menangis diam-diam setelah menguping pembicaraan sang impian dengan gadis lain. Wanita itu meratap karena ia ingin pula diajak bicara oleh impiannya.
Ada wanita yang berulang kali mengarahkan pandangan ke pintu masuk. Ia gelisah menanti kehadiran sang impian. Ia sudah berpakaian maksimal hari itu. Jangan sampai sang impian melewatkan kesempatan bertemu. Sayang, di penghujung waktu, si wanita terpaksa menelan pil kekecewaan. Sang impian batal datang.
Ada wanita yang bingung merangkai kata pada telepon pertama dengan sang impian. Ia berusaha tenang, tetapi gagal maning. Ia lalu berwudu mengusir degup, tetapi jantungnya masih saja dag-dig-dug tak keruan. Setelah salat, ia kembali ke layar dan mempersilakan sang impian untuk menelepon dirinya. Sesungguhnya biasa saja, namun si wanita merasa takut salah ucap dalam perbincangan kali pertama itu.
Ada wanita yang semakin bersemangat mempelajari hal tertentu karena sang impian pun menggemari hal yang sama. Ia berpikir akan sangat seru bilamana suatu saat mereka mengerjakan hal itu bersama-sama.
Ada wanita yang selalu menamai impian-impiannya dengan nama buah. Ia sendiri menjuluki dirinya apel karena ia menyukainya. Sebagaimana musim, buah-buah itu silih berganti di lahan hati si wanita.
Ada wanita yang sesenggukan di kamar setelah membaca majalah islami yang menyentil perilakunya selama ini. Ia memang tak berbuat macam-macam dengan sang impian, tetapi nyatanya ia tetap saja salah. Akhirnya dengan keputusan bulat, ia mengakhiri hubungan tanpa status dengan sang impian walaupun ia tahu hal itu menyakiti dirinya. Ya, semua itu demi perubahan nasib yang lebih baik antara ia dan sang impian. Ia menerima setiap tetes air mata yang jatuh karena pilihan yang telah ia buat.
Ada wanita yang mengarang cerita pendek mengenai pemuda yang meninggalkan kekasihnya karena menikah dengan gadis lain. Belum selesai cerita itu ia rangkai, ia menangis di balik bantal. Tak sanggup ia membayangkan bila dirinyalah yang mengalami kisah tersebut. Ditinggal menikah oleh sang impian.
Ada wanita yang berulang kali mengarahkan pandangan ke pintu masuk. Ia gelisah menanti kehadiran sang impian. Ia sudah berpakaian maksimal hari itu. Jangan sampai sang impian melewatkan kesempatan bertemu. Sayang, di penghujung waktu, si wanita terpaksa menelan pil kekecewaan. Sang impian batal datang.
Ada wanita yang bingung merangkai kata pada telepon pertama dengan sang impian. Ia berusaha tenang, tetapi gagal maning. Ia lalu berwudu mengusir degup, tetapi jantungnya masih saja dag-dig-dug tak keruan. Setelah salat, ia kembali ke layar dan mempersilakan sang impian untuk menelepon dirinya. Sesungguhnya biasa saja, namun si wanita merasa takut salah ucap dalam perbincangan kali pertama itu.
Ada wanita yang semakin bersemangat mempelajari hal tertentu karena sang impian pun menggemari hal yang sama. Ia berpikir akan sangat seru bilamana suatu saat mereka mengerjakan hal itu bersama-sama.
Ada wanita yang selalu menamai impian-impiannya dengan nama buah. Ia sendiri menjuluki dirinya apel karena ia menyukainya. Sebagaimana musim, buah-buah itu silih berganti di lahan hati si wanita.
Ada wanita yang sesenggukan di kamar setelah membaca majalah islami yang menyentil perilakunya selama ini. Ia memang tak berbuat macam-macam dengan sang impian, tetapi nyatanya ia tetap saja salah. Akhirnya dengan keputusan bulat, ia mengakhiri hubungan tanpa status dengan sang impian walaupun ia tahu hal itu menyakiti dirinya. Ya, semua itu demi perubahan nasib yang lebih baik antara ia dan sang impian. Ia menerima setiap tetes air mata yang jatuh karena pilihan yang telah ia buat.
Ada wanita yang mengarang cerita pendek mengenai pemuda yang meninggalkan kekasihnya karena menikah dengan gadis lain. Belum selesai cerita itu ia rangkai, ia menangis di balik bantal. Tak sanggup ia membayangkan bila dirinyalah yang mengalami kisah tersebut. Ditinggal menikah oleh sang impian.
Ada wanita yang diam-diam menyimpan harapan agar ia dipertemukan dengan sang impian dalam ikatan pernikahan. Impian yang sesuai dengan cita-citanya, yaitu memiliki kelurga akademisi. Semoga wanita itu menemukan seorang ahli yang dapat membawanya mengarungi keluarga yang peduli edukasi.
Kalian mau tahu siapa wanita itu dan sang impian? Wanita itu bernama aku, sementara impian bernama calon imamku.
Medan, Juli 2014
Comments
Post a Comment