Skip to main content

Sakit dan Anak Rantau

Ketika sakit, ada saat kau sangat ingin pulang dan istirahat di rumah. Dimasakkan bubur, ditemani, dikompres, dibelikan obat, disuapi, dikhawatirkan, dan lain-lain. Semandiri apa pun seseorang, kalau lagi sakit, ingin dirawat juga tentunya hanya gengsi saja mengungkapkannya.

Gengsi itu merepotkan sekali rupanya, ya? Aneh aja ngomong, "Aku sakit, boleh temani aku, nggak? Boleh tolong belikan obat, nggak?" Duh, merepotkan orang lain. Pada akhirnya, rasa sakit itu dipinggirkan dahulu demi mencari obat dan makanan (anak rantau kuat, kok, haha). Tatkala di tengah jalan rasa-rasanya sudah mau jatuh, tinggal mengandalkan satu-satunya yang dapat diandalkan. Allah. Thanks God, you didn't let me pass out on my way home. Seumur-umur emang belum pernah pingsan, sih.


Hari ini belajar lagi bahwa betapa stok obat itu perlu banget! Andaikata obat di kosan lengkap, aku nggak perlu jalan jauh demi beberapa macam blister obat dengan kondisi kliyengan. Essentials-ku pribadi: Mylanta, Paramex, Decolgen, Tolak Angin, Redoxon, dan Sangobion serta Feminax. Dua obat terakhir nggak pernah kuminum sebelumnya, tetapi distok saja siapa tahu butuh. Terbukti hari ini nyaris nggak bisa gerak samsek hanya gegara siklus (yang nggak mesti) bulanan. Yha, period, I get it.

Oh iya, ini nggak nyambung, tetapi tadi ketemu sekumpulan anak perempuan berjongkok di depan sepeda.
"Mama aku penginnya cowok."
"Emangnya belum ada yang cowok, ya?"
"Belum ada, sih..."
Hihi, mereka ngomongin calon adik seseorang rupanya. Lucu aja, sih, nggemesin. Tahu-tahu beban sakit lepas sedikit hanya gara-gara melihat mereka. ^-^)/

Yes, sebagai penutup, aku mau bilang
Wahai anak rantau, jagalah kesehatanmu!
Siapa lagi yang peduli jika bukan kamu sendiri?

Luv,
Nadia Almira Sagitta

Comments

Popular posts from this blog

Dialog Zainuddin Hayati

"Saya akan berterus terang kepadamu. Saya akan jujur kepadamu. Akan saya panggil kembali namamu, sebagaimana dahulu pernah saya panggilkan. Zainuddin. Saya sudi menanggung segenap cobaan yang menimpa diriku asalkan kau sudi memaafkan segenap kesalahanku." "Maaf? Kau regas segenap pucuk pengharapanku, kau patahkan, kau minta maaf?" "Mengapa kau jawab aku sekejam itu, Zainuddin? Sudah hilangkah tentang kita dari hatimu? Janganlah kau jatuhkan hukuman. Kasihanilah perempuan yang ditimpa musibah berganti-ganti ini." "Iya, demikianlah perempuan. Ia hanya ingat kekejaman orang kepada dirinya walaupun kecil dan ia lupa kekejamannya sendiri pada orang lain padahal begitu besarnya. Lupakah kau siapakah di antara kita yang kejam? Bukankah kau yang telah berjanji ketika saya diusir oleh ninik-mamakmu karena saya asalnya tidak tentu, orang hina-dina, tidak tulen Minangkabau! Ketika itu kau antarkan saya ke simpang jalan, kau berjanji akan menunggu kedatanga

Surat Hayati

Pergantungan jiwaku, Zainuddin Sungguh besar sekali harapanku untuk bisa hidup di dekatmu. Supaya mimpi yang telah engkau rekatkan sekian lamanya bisa makbul. Supaya dapat segala kesalahan yang besar-besar yang telah kuperbuat terhadap dirimu saya tebusi. Tetapi cita-citaku itu tinggal selamanya menjadi cita-cita sebab engkau sendiri yang menutup pintu di depanku. Saya engkau larang masuk. Sebab engkau hendak mencurahkan segala dendam, kesakitan yang telah sekian lama bersarang di dalam hatimu. Lantaran membalas dendam itu, engkau ambil suatu keputusan yang maha kejam. Engkau renggutkan tali pengharapanku, padahal pada tali itu pula pengharapanmu sendiri bergantung. Sebab itu, percayalah Zainuddin bahwa hukuman ini bukan mengenai diriku seorang, bukan ia menimpa celaka kepadaku saja, tetapi kepada kita berdua. Karena saya tahu bahwa engkau masih tetap cinta kepadaku.  Zainuddin, kalau saya tak ada, hidupmu tidak juga akan beruntung. Percayalah, di dalam jiwaku ada suatu kekayaa

Percakapan Ponakan dan Om Tante

A: Ante, ke dokterlah. Supaya tahu sakitnya. Kasihan batuk dan menggigil terus. T: Indaklah. Ante ndak suka minum obat. A: Loh, siapa yang suruh minum obat. Ke dokter saja. R: Ha, lepas tu? Buat apa kita ke dokter, kak? A: Ya cek ajalah. Nanti kalau dikasih resep, tak usah beli kalau tak mau diminum. R: Entah apa-apa kakak ini. Haha, cengkunek. O: Ntah berkelit ke berapa hari ini. Tak mau kalah dia. A: Wah, mestilah, Om. Anak sastra mesti jago berkelit. R: Aduuuh, gimanalah suami kakak nanti itu. Ribut, lah. A: Mana pulak. Indak, lah. R: Kalau dapat yang heboh juga, wah saling berkelit nanti. Jangan sama anak sastra lagi, kak. O: Sama anak ekonomi saja, Nadia. A: Kenapa coba? O: Supaya nanti dia bisa menghitung, "Nah, sudah berkelit berapa kali istriku malam ini?" Kerjaan anak ekonomi, kan, menghitung-hitung saja, Nadia. A: Hahahahha. Alaaaah, si Om!  Medan, dalam mobil Karimun

Review Salon Flaurent Jogja

Heyyyy, guys! Kali ini, saya mau review salon Flaurent Jogja yang baru saja saya kunjungi tadi. Dua tahun lalu, saya juga sempat ke sini bareng ibu, nah kali ini bareng tante. Bisa dibilang, ini salon perempuan pertama yang saya datangi dan memprakarsai hobi baru saya di Depok, yakni nyalon. Wakakaka. Tanteku memberi saran untuk mengambil paket mini yang terdiri dari body spa, hair spa, dan facial . Tiga perawatan ini bisa kalian ambil dengan merogoh kocek Rp125.000,00. Gila. Ini-murah-banget! Salon langgananku aja bisa kena biaya sekitar Rp300.000,00.