Memandang hari Kartini, aku merefleksi sesuatu: tahun-tahun yang kulalui. Kartini pertama, kedua, ketiga, hingga kelima merupakan pergulatan hati untukku. Memikirkan cara agar tidak terngiang-ngiang akan percakapan kita yang terangkum dalam dua puluh tiga rangkaian pesan. Menjelang hari Kartini, kita berdua mengakui perasaan masing-masing dan memutuskan untuk tidak melakukan apa-apa mengenainya. Kita berjalan seperti biasa, hanya saja dengan insaf kita mengetahui perasaan yang tersimpan di lubuk hati masing-masing.
Sampai tibalah waktu kita berjauhan, tak sempat menjejakkan langkah ke Kartini kedua. Maka tahun-tahun yang terlewati adalah perasaan bersalah. Ada potret aku yang begitu tega menorehkan luka. Semestinya 21 April adalah hari yang manis, semanis larik-larik yang kita kirimkan dahulu. Sayangnya tidak lagi.
Maka pada momen Kartini ini, aku selalu bertanya dalam hati, "Apa kau sudah memaafkan aku? Masih ingatkah engkau pada hari Kartini lima tahun yang lalu?" Karena aku, dengan sungguh, masih mengingat semuanya. Itu adalah salah satu kenangan terbaik yang pernah kumiliki, semoga aku juga begitu...di hatimu.
Mengenang tidak selalu mengharapkan kembali. Terkadang, mengenang cukup dengan merekam peristiwa di mana dulu kita sempat berbahagia. Sama-sama.
Comments
Post a Comment