Skip to main content

Masuk UGD

Malam ini dada kiriku sakit serasa ditusuk-tusuk. Yah, namanya juga perempuan paranoid, dugaan pertama langsung tertuju pada jantung. Karena nggak tahan akan sakitnya, pada pukul 23.00 aku langsung berangkat ke UGD RS terdekat. Suasana rumah sakit saat itu heboh sekali. Ruangan penuh oleh pasien sementara dokter hanya satu. Ada seorang bapak yang ngamuk gegara anaknya nggak ditangani sejak pukul 21.00. Beliau membawa pulang anaknya sembari memaki-maki rumah sakit. Ckckc. Perilakunya itu membawa kepanikan ke susternya, ke pasien lain, dan ke dokternya juga. Tidak bijak. Bisa dimaklumi mengapa beliau emosi, lha orang sakit kok didiamkan saja. Ya, tetapi beliau tidak perlu teriak sana-sini dan membawa kepanikan. Kasihan ya jadi tenaga kesehatan, mesti rela dimarah-marahi tanpa kuasa memarahi balik. Huhu, semangaaaat dokter dan suster!

Aku duduk manis di depan meja menanti dokter yang wara-wiri ke sana kemari.
"Adik sakit apa?"
"Oh, dada kiri saya sakit. Seperti ditekan jadinya sesak."
"Oh, sebentar, ya."
...
"Eh sebentar, adik tadi sakit apa?"
(ngulang penjelasan lagi)
"Baring di bed 1, ya."
(nunggu di sana sama teman)


Selama menunggu, aku bosan. Jadinya malah ketawa-tawa, foto, dan cerita. Sumpah, nggak kelihatan seperti orang sakit walaupun sebenarnya sakit. Setelah sejam menunggu, aku meminta tolong teman untuk menanyakan kabar, gimana atuh sejam belum diperiksa juga. Lupakan saja aku, Dok, huhu. T-T

Tahu-tahu suster datang bawa alat periksa jantung. Hadeh, ribet sekali kabel-kabelnya. Seorang ibu pasien yang melihatku bertanya, "Loh, sakit apa?" Hahaha, mungkin karena dari tadi aku ketawa-ketiwi jadi nggak terlihat sakit. Eh, tahu-tahu diperiksa EKG-nya. Sesaat kemudian dokternya datang dan bilang, "Kamu habis makan apa? Minum apa?"
"Apa ya, donat? Sama iced green tea latte."
"Asam lambungmu tinggi sekali. EKG-nya normal. Ini gara-gara mag."
"Oya, dok? Saya sering mag, tetapi dadanya tidak pernah sakit."
"Jadi, nyeri di ulu hati naik menekan dada. Nyerinya datang-datangan, kan?"
"Iya."
"Untuk sementara ini, hindari teh, kopi, bakso, mi, dan coto."
"Baiklah..."

Oke, Saudara. Ternyata aku doang yang heboh mengira sakit jantung atau apaan. Lah, ternyata mag. Huf, alhamdulillah. Entah, aku merasa malam ini lucu sekali. Baru pulang ke rumah pukul satu pagi. Duh, anak rantau sakit di tanah perantauan. Hahaha ya nggak apa-apa, sekalian jalan-jalan ke RS langganan setelah tujuh tahun tidak berobat di sini. ā™”

Luv,
Nadia Almira Sagitta

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Dialog Zainuddin Hayati

"Saya akan berterus terang kepadamu. Saya akan jujur kepadamu. Akan saya panggil kembali namamu, sebagaimana dahulu pernah saya panggilkan. Zainuddin. Saya sudi menanggung segenap cobaan yang menimpa diriku asalkan kau sudi memaafkan segenap kesalahanku." "Maaf? Kau regas segenap pucuk pengharapanku, kau patahkan, kau minta maaf?" "Mengapa kau jawab aku sekejam itu, Zainuddin? Sudah hilangkah tentang kita dari hatimu? Janganlah kau jatuhkan hukuman. Kasihanilah perempuan yang ditimpa musibah berganti-ganti ini." "Iya, demikianlah perempuan. Ia hanya ingat kekejaman orang kepada dirinya walaupun kecil dan ia lupa kekejamannya sendiri pada orang lain padahal begitu besarnya. Lupakah kau siapakah di antara kita yang kejam? Bukankah kau yang telah berjanji ketika saya diusir oleh ninik-mamakmu karena saya asalnya tidak tentu, orang hina-dina, tidak tulen Minangkabau! Ketika itu kau antarkan saya ke simpang jalan, kau berjanji akan menunggu kedatanga...

Surat Hayati

Pergantungan jiwaku, Zainuddin Sungguh besar sekali harapanku untuk bisa hidup di dekatmu. Supaya mimpi yang telah engkau rekatkan sekian lamanya bisa makbul. Supaya dapat segala kesalahan yang besar-besar yang telah kuperbuat terhadap dirimu saya tebusi. Tetapi cita-citaku itu tinggal selamanya menjadi cita-cita sebab engkau sendiri yang menutup pintu di depanku. Saya engkau larang masuk. Sebab engkau hendak mencurahkan segala dendam, kesakitan yang telah sekian lama bersarang di dalam hatimu. Lantaran membalas dendam itu, engkau ambil suatu keputusan yang maha kejam. Engkau renggutkan tali pengharapanku, padahal pada tali itu pula pengharapanmu sendiri bergantung. Sebab itu, percayalah Zainuddin bahwa hukuman ini bukan mengenai diriku seorang, bukan ia menimpa celaka kepadaku saja, tetapi kepada kita berdua. Karena saya tahu bahwa engkau masih tetap cinta kepadaku.  Zainuddin, kalau saya tak ada, hidupmu tidak juga akan beruntung. Percayalah, di dalam jiwaku ada suatu kek...

Review Salon Flaurent Jogja

Heyyyy, guys! Kali ini, saya mau review salon Flaurent Jogja yang baru saja saya kunjungi tadi. Dua tahun lalu, saya juga sempat ke sini bareng ibu, nah kali ini bareng tante. Bisa dibilang, ini salon perempuan pertama yang saya datangi dan memprakarsai hobi baru saya di Depok, yakni nyalon. Wakakaka. Tanteku memberi saran untuk mengambil paket mini yang terdiri dari body spa, hair spa, dan facial . Tiga perawatan ini bisa kalian ambil dengan merogoh kocek Rp125.000,00. Gila. Ini-murah-banget! Salon langgananku aja bisa kena biaya sekitar Rp300.000,00.

Autobiografi masuk di Universitas Indonesia

Di tengah asyiknya membicarakan jurusan saat kuliah nanti, ā€œNad, mau masuk apa pas kuliah?ā€ ā€œInsyaAllah, Sastra Indonesia UI.ā€ ā€œKok sastra Indonesia, sih?ā€ * * * Pertanyaan itu kerap kali terngiang di telinga tatkala aku menyebutkan jurusan idamanku. Mengapa? Apa ada yang salah? Tak pantaskah aku mengecap ilmu di jurusan yang bertitel sastra Indonesia? Pertanyaan yang begitu merasuk hati, mengganggu. Dalam hati, aku hanya bisa berharap semoga orang tuaku merestui jurusan ini. Namun alangkah sayangnya, ternyata keinginanku ditolak mentah-mentah, apalagi oleh ibuku. Beliau tidak meridai keinginanku berkuliah di jurusan sastra. ā€œKalau tetap bersikeras kuliah di situ, saya tidak mau membiayai,ā€ MasyaAllah! Apa yang ada di pikiran beliau saat itu? Bagaimana pula aku bisa membiayai kuliah sendiri? Ayah mencoba memberi saran, ā€œCoba Nadia cari jurusan lain. Kamu sudah berbalik arah ke IPS, kan? Jurusan banyak, kok, bukan cuma sastra Indonesia. Apa kamu takut tidak lulus ...