Skip to main content

Liburan SBMPTN

Libur hari ini, ngapain aja?

Well, aku tidur, nonton, tidur, makan, dan bersantai sampai magrib. Hahaha. Benar-benar butuh istirahat dari hari-hari melelahkan. Malamnya, sesuai rencana, aku nge-Detos dan nge-Margo. Mau beli kabel charger dan cuci mata. Eh, tahu-tahunya bawa pulang Fame Fatale yang hits itu. Warnanya bold, deep. Gelap. Sempat nggak pede sama sekali untuk pakai, tetapi nekat beli karena belum pernah punya warna bold. Padahal, awalnya ngincar Baby Bombshell, Runway Rebel, atau Smooch yang pink-merah unyu gitu. Haha, I guess I'm trying to enhance my "sisi galak" through colors. Untungnya, kali ini jalan sendiri dan tidak bertemu siapa-siapa, jadi aku aman dengan tampilan baruku. Haha. Sayang, aku gagal mendapatkan charger karena konter Samsung sudah tutup. Ah, padahal baru pukul delapan lewat sedikit.

Akhirnya, lanjut nge-Margo. Aku ke sini karena diberi titah ibunda untuk mencari blazer kantoran. The Executive adalah toko incaran pertama. Setelah muter-muter toko, aku malah terpaut pada coat cokelat manis yang tampaknya cocok sekali dipakai untuk musim gugur. Tatapanku nggak mau lepas dari pantulan diri di kaca, huhu, sayang coat-nya harus kulepas jua. Harganya nggak kuat, mamen, enam ratus ribu! Hiks. Ada blazer hitam putih yang manis, tetapi kurang formal. Kutinggalkanlah toko tersebut dengan langkah gontai (bah, lebay!) Bingung mau cari di mana lagi. Kumasuki tiap toko yang berbau pakaian formal wanita, mulai dari Valino, Mint, dan apalagi itu namanya, aku lupa. Hasilnya nihil. Oh, ya sudahlah.


Gagal dapat blazer, aku mampir ke Payless yang sedang clearance 50% on selected items. Yeu, kukira bakal banyak sepatu diskon, nyatanya nggak juga. Aku cuma nemu satu sepatu doang untuk ukuranku yang didiskon setengah harga. Akan tetapi, aku tergiur untuk mencoba-coba hak tinggi. Nyaris semua hak tinggi untuk ukuran 9 kupasang di kedua kaki jenjangku. Mulai dari kitten heels sampai yang tingginya 10 cm, berbahan dove, mengilap, sampai bling-bling, polos sampai bercorak, yang ujungnya bulat juga runcing. Ada kali aku setengah jam di Payless mematut diri di depan kaca dan berjalan bak model. Kocak, untung Payless sepi. Meskipun aku tidak memboyong barang apa pun dari Payless, aku jadi tahu sepatu hak tinggi karya Christian Siriano bagus. Aku naksir berat sama sepatu putih corak bunga-bunganya, tetapi harganya Rp375.000,00. Kenapa sepatu cantik harus mahal? (sedih)

Pengunjung mal satu per satu mulai menuju pintu keluar. Pukul berapa ini? Jengjengjeng, pukul setengah sepuluh. Hahaha, nggak terasa. Jalan-jalan memang selalu mengasyikkan dengan atau tanpa teman.

Hari ini aku sukses menyenangkan diri sendiri, so lets say alhamdulillah for that. Kalau kamu, bahagia nggak hari ini?

Cheers,
Nadia Almira Sagitta

Comments

Popular posts from this blog

Dialog Zainuddin Hayati

"Saya akan berterus terang kepadamu. Saya akan jujur kepadamu. Akan saya panggil kembali namamu, sebagaimana dahulu pernah saya panggilkan. Zainuddin. Saya sudi menanggung segenap cobaan yang menimpa diriku asalkan kau sudi memaafkan segenap kesalahanku." "Maaf? Kau regas segenap pucuk pengharapanku, kau patahkan, kau minta maaf?" "Mengapa kau jawab aku sekejam itu, Zainuddin? Sudah hilangkah tentang kita dari hatimu? Janganlah kau jatuhkan hukuman. Kasihanilah perempuan yang ditimpa musibah berganti-ganti ini." "Iya, demikianlah perempuan. Ia hanya ingat kekejaman orang kepada dirinya walaupun kecil dan ia lupa kekejamannya sendiri pada orang lain padahal begitu besarnya. Lupakah kau siapakah di antara kita yang kejam? Bukankah kau yang telah berjanji ketika saya diusir oleh ninik-mamakmu karena saya asalnya tidak tentu, orang hina-dina, tidak tulen Minangkabau! Ketika itu kau antarkan saya ke simpang jalan, kau berjanji akan menunggu kedatanga...

Surat Hayati

Pergantungan jiwaku, Zainuddin Sungguh besar sekali harapanku untuk bisa hidup di dekatmu. Supaya mimpi yang telah engkau rekatkan sekian lamanya bisa makbul. Supaya dapat segala kesalahan yang besar-besar yang telah kuperbuat terhadap dirimu saya tebusi. Tetapi cita-citaku itu tinggal selamanya menjadi cita-cita sebab engkau sendiri yang menutup pintu di depanku. Saya engkau larang masuk. Sebab engkau hendak mencurahkan segala dendam, kesakitan yang telah sekian lama bersarang di dalam hatimu. Lantaran membalas dendam itu, engkau ambil suatu keputusan yang maha kejam. Engkau renggutkan tali pengharapanku, padahal pada tali itu pula pengharapanmu sendiri bergantung. Sebab itu, percayalah Zainuddin bahwa hukuman ini bukan mengenai diriku seorang, bukan ia menimpa celaka kepadaku saja, tetapi kepada kita berdua. Karena saya tahu bahwa engkau masih tetap cinta kepadaku.  Zainuddin, kalau saya tak ada, hidupmu tidak juga akan beruntung. Percayalah, di dalam jiwaku ada suatu kek...

Review Salon Flaurent Jogja

Heyyyy, guys! Kali ini, saya mau review salon Flaurent Jogja yang baru saja saya kunjungi tadi. Dua tahun lalu, saya juga sempat ke sini bareng ibu, nah kali ini bareng tante. Bisa dibilang, ini salon perempuan pertama yang saya datangi dan memprakarsai hobi baru saya di Depok, yakni nyalon. Wakakaka. Tanteku memberi saran untuk mengambil paket mini yang terdiri dari body spa, hair spa, dan facial . Tiga perawatan ini bisa kalian ambil dengan merogoh kocek Rp125.000,00. Gila. Ini-murah-banget! Salon langgananku aja bisa kena biaya sekitar Rp300.000,00.

Percakapan Ponakan dan Om Tante

A: Ante, ke dokterlah. Supaya tahu sakitnya. Kasihan batuk dan menggigil terus. T: Indaklah. Ante ndak suka minum obat. A: Loh, siapa yang suruh minum obat. Ke dokter saja. R: Ha, lepas tu? Buat apa kita ke dokter, kak? A: Ya cek ajalah. Nanti kalau dikasih resep, tak usah beli kalau tak mau diminum. R: Entah apa-apa kakak ini. Haha, cengkunek. O: Ntah berkelit ke berapa hari ini. Tak mau kalah dia. A: Wah, mestilah, Om. Anak sastra mesti jago berkelit. R: Aduuuh, gimanalah suami kakak nanti itu. Ribut, lah. A: Mana pulak. Indak, lah. R: Kalau dapat yang heboh juga, wah saling berkelit nanti. Jangan sama anak sastra lagi, kak. O: Sama anak ekonomi saja, Nadia. A: Kenapa coba? O: Supaya nanti dia bisa menghitung, "Nah, sudah berkelit berapa kali istriku malam ini?" Kerjaan anak ekonomi, kan, menghitung-hitung saja, Nadia. A: Hahahahha. Alaaaah, si Om!  Medan, dalam mobil Karimun