Skip to main content

Am I disappointing you?

Sesedih itu pas tahu ELDP datang ke KIMLI, Unud, Juli lalu untuk mengadakan pelatihan dokumentasi bahasa selama tiga hari. Huaaaaaaa Hans Rausing Endangered Languages Project! :(
Padahal aku juga masih anak bawang, pasti belum ngerti soal teknis dalam mendokumentasikan bahasa. Pasti saingan sama master, doktor, serta profesor dan besar kemungkinan aku cengo sepanjang acara. Aku ngertinya mimpi doang jadi peneliti ke daerah terpencil untuk memperoleh data selengkap-lengkapnya. Tidak apa-apa, anak muda itu butuh bermimpi.

Ng, kamu ngerti kan rasanya ketemu secuil bagian dari mimpi-mimpi kamu? Seperti bertemu idola, hanya menatap mereka di depan mata saja sudah membuat bahagia, apalagi kalau berkesempatan ngobrol dan bekerja sama! Duh. Jadi, aku nggak berlebihan sesedih ini karena melewatkan kesempatan. Iya, kan? ^^


(*)untuk kalian yang nganggap aku bacot doang memosting berita soal bahasa yang terancam punah, yang memandang semangatku kendor, yang mencibir aku tidak serius menggapai cita-cita karena belum mempersiapkan S-2, dan komentar negatif lainnya...oke. Iya, kemarin fokusku tersedot karena skripsi yang sampai sekarang masih menjadi beban pikiran. Iya, semangat sempat kendor karena banyaknya masalah hati. Iya, belum cari beasiswa S-2. Iya, aku belum ini dan itu. Namun, tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki semuanya, bukan? Toh, S-2 tidak harus langsung daftar selulusnya kita, kan? Boleh aja sih kalau mau. Akan tetapi, aku pribadi, mau banyak baca, mau cari pengalaman dulu sebelum S-2. Intinya, mau tahu medan akademis nanti sebelum memutuskan 'tuk menjejakkan kaki di sana. Ngapain, sih, hidup dikejar-kejar waktu? Intinya, kita punya cara masing-masing untuk menjalani hidup dan menggapai mimpi. Siapa pun nggak berhak mengintervensi, baik itu keluarga maupun teman. Huft. Berhenti berkomentar negatif, tolong. Kalau nggak bisa ngasih komentar positif, tutup mulut aja dan doakan.

(♡) Err, aku dulu udah membuktikan aku bisa masuk Sasindo UI ketika kalian meragukan aku, kan? Aku berada di jurusan yang katanya nggak prestise menurut kalian. Seolah harkat aku turun karena sesungguhnya aku jebolan anak IPA dan kalian berdua pun menekuni bidang IPA. Namun, aku berhasil mempertahankan IPK sebaik-baik yang kubisa, menunjukkan bahwa aku benar-benar cinta sama jurusan ini, dan berkontribusi dalam bidang bahasa semampuku walaupun hanya sekadar menyemangati dan berbagi ilmu dengan teman-teman atau menyebarkan info ini-itu. Kukira, itu bentuk pertanggungjawaban atas pilihan sendiri. Lantas, hanya karena sedikit masalah di akhir kuliah ini, berhak gitu melabeli aku nggak bertanggung jawab dan mengecewakan? Oh God, please!
I'll pursue my own dream, with or without your support. Terkadang, cibiran itu mesti dibekap dengan bukti. Mungkin belum sekarang, tetapi kupastikan akan ada buktinya. Nanti.

Luv,
Nadia Almira Sagitta

Comments

Popular posts from this blog

Dialog Zainuddin Hayati

"Saya akan berterus terang kepadamu. Saya akan jujur kepadamu. Akan saya panggil kembali namamu, sebagaimana dahulu pernah saya panggilkan. Zainuddin. Saya sudi menanggung segenap cobaan yang menimpa diriku asalkan kau sudi memaafkan segenap kesalahanku." "Maaf? Kau regas segenap pucuk pengharapanku, kau patahkan, kau minta maaf?" "Mengapa kau jawab aku sekejam itu, Zainuddin? Sudah hilangkah tentang kita dari hatimu? Janganlah kau jatuhkan hukuman. Kasihanilah perempuan yang ditimpa musibah berganti-ganti ini." "Iya, demikianlah perempuan. Ia hanya ingat kekejaman orang kepada dirinya walaupun kecil dan ia lupa kekejamannya sendiri pada orang lain padahal begitu besarnya. Lupakah kau siapakah di antara kita yang kejam? Bukankah kau yang telah berjanji ketika saya diusir oleh ninik-mamakmu karena saya asalnya tidak tentu, orang hina-dina, tidak tulen Minangkabau! Ketika itu kau antarkan saya ke simpang jalan, kau berjanji akan menunggu kedatanga

Surat Hayati

Pergantungan jiwaku, Zainuddin Sungguh besar sekali harapanku untuk bisa hidup di dekatmu. Supaya mimpi yang telah engkau rekatkan sekian lamanya bisa makbul. Supaya dapat segala kesalahan yang besar-besar yang telah kuperbuat terhadap dirimu saya tebusi. Tetapi cita-citaku itu tinggal selamanya menjadi cita-cita sebab engkau sendiri yang menutup pintu di depanku. Saya engkau larang masuk. Sebab engkau hendak mencurahkan segala dendam, kesakitan yang telah sekian lama bersarang di dalam hatimu. Lantaran membalas dendam itu, engkau ambil suatu keputusan yang maha kejam. Engkau renggutkan tali pengharapanku, padahal pada tali itu pula pengharapanmu sendiri bergantung. Sebab itu, percayalah Zainuddin bahwa hukuman ini bukan mengenai diriku seorang, bukan ia menimpa celaka kepadaku saja, tetapi kepada kita berdua. Karena saya tahu bahwa engkau masih tetap cinta kepadaku.  Zainuddin, kalau saya tak ada, hidupmu tidak juga akan beruntung. Percayalah, di dalam jiwaku ada suatu kekayaa

Percakapan Ponakan dan Om Tante

A: Ante, ke dokterlah. Supaya tahu sakitnya. Kasihan batuk dan menggigil terus. T: Indaklah. Ante ndak suka minum obat. A: Loh, siapa yang suruh minum obat. Ke dokter saja. R: Ha, lepas tu? Buat apa kita ke dokter, kak? A: Ya cek ajalah. Nanti kalau dikasih resep, tak usah beli kalau tak mau diminum. R: Entah apa-apa kakak ini. Haha, cengkunek. O: Ntah berkelit ke berapa hari ini. Tak mau kalah dia. A: Wah, mestilah, Om. Anak sastra mesti jago berkelit. R: Aduuuh, gimanalah suami kakak nanti itu. Ribut, lah. A: Mana pulak. Indak, lah. R: Kalau dapat yang heboh juga, wah saling berkelit nanti. Jangan sama anak sastra lagi, kak. O: Sama anak ekonomi saja, Nadia. A: Kenapa coba? O: Supaya nanti dia bisa menghitung, "Nah, sudah berkelit berapa kali istriku malam ini?" Kerjaan anak ekonomi, kan, menghitung-hitung saja, Nadia. A: Hahahahha. Alaaaah, si Om!  Medan, dalam mobil Karimun

Review Salon Flaurent Jogja

Heyyyy, guys! Kali ini, saya mau review salon Flaurent Jogja yang baru saja saya kunjungi tadi. Dua tahun lalu, saya juga sempat ke sini bareng ibu, nah kali ini bareng tante. Bisa dibilang, ini salon perempuan pertama yang saya datangi dan memprakarsai hobi baru saya di Depok, yakni nyalon. Wakakaka. Tanteku memberi saran untuk mengambil paket mini yang terdiri dari body spa, hair spa, dan facial . Tiga perawatan ini bisa kalian ambil dengan merogoh kocek Rp125.000,00. Gila. Ini-murah-banget! Salon langgananku aja bisa kena biaya sekitar Rp300.000,00.