Skip to main content

Er dan El: Kisah Cinta di Asrama IPA



Pe punya Be
De punya Te
Fe punya Ve

"Aku punya siapa?" batin Er.

Me bermain bersama Ne, Nge, dan Nye.
We berkarib dengan Ye.

"Aku bersama siapa?" keluh El.

Pada suatu pagi, Er yang muram berpapasan dengan El.
"Hei, kau anak baru?"
"Ha? Ya, aku baru saja pindah ke kamar tril."
"Oh, selamat datang di asrama IPA. Aku El, tingkat dua. Kau siapa?"
"Aku Er, tingkat satu."
"Wah, nama kita mirip! Omong-omong, kenapa kau sedih?"
"Aku tak ada teman mengobrol di ruang tril. Mana sepi sekali. Aku sering ketakutan."
"Aku juga sendirian di ruang lateral. Hei, bagaimana kalau kita berteman? Ruanganku hanya berbeda beberapa blok dari ruanganmu. Aku bisa sering kemari kalau kau mau."

Singkat cerita, Er dan El menjadi sahabat dekat. Ke mana-mana berdua sampai sering disalahterkakan oleh teman seasrama. Tidak ada lagi Er yang muram atau El yang mengeluh, hanya ada sepasang insan yang berbunga-bunga ceria. Mereka bukanlah pasangan obstruen. Er dan El memiliki sifat yang berbeda dan tinggal di tempat yang berbeda pula. Akan tetapi, mengapa harus menjadi obstruen apabila sonoran pun dapat menjadi pasangan, meski hanya pasangan minimal? Untuk menjadi sepasang kekasih tidak diperlukan banyak kesamaan, tetapi diperlukan saling pengertian dalam menyikapi perbedaan.

[!] Sekilas informasi

IPA adalah singkatan dari International Phonetic Alphabet. Sebenarnya tabel asli lebih rumit daripada yang kusertakan, tetapi aku hanya memasukkan bunyi-bunyi yang terdapat dalam bahasa Indonesia. Tabel ini kukutip dari buku Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Kolom mendatar yang berisi bilabial, labiodental, alveolar, palatal, dan seterusnya itu disebut artikulator (place of articulation). Baris menurun yang berisi plosif, nasal, tril, frikatif, dan seterusnya itu disebut hambatan (manner of articulation). Pasangan minimal adalah istilah untuk dua ujaran yang berbeda makna dan berbeda minimal dalam bunyi. Misalnya, derap dan terap, kalung dan karung, dan makan dan makam.

Comments

Popular posts from this blog

Dialog Zainuddin Hayati

"Saya akan berterus terang kepadamu. Saya akan jujur kepadamu. Akan saya panggil kembali namamu, sebagaimana dahulu pernah saya panggilkan. Zainuddin. Saya sudi menanggung segenap cobaan yang menimpa diriku asalkan kau sudi memaafkan segenap kesalahanku." "Maaf? Kau regas segenap pucuk pengharapanku, kau patahkan, kau minta maaf?" "Mengapa kau jawab aku sekejam itu, Zainuddin? Sudah hilangkah tentang kita dari hatimu? Janganlah kau jatuhkan hukuman. Kasihanilah perempuan yang ditimpa musibah berganti-ganti ini." "Iya, demikianlah perempuan. Ia hanya ingat kekejaman orang kepada dirinya walaupun kecil dan ia lupa kekejamannya sendiri pada orang lain padahal begitu besarnya. Lupakah kau siapakah di antara kita yang kejam? Bukankah kau yang telah berjanji ketika saya diusir oleh ninik-mamakmu karena saya asalnya tidak tentu, orang hina-dina, tidak tulen Minangkabau! Ketika itu kau antarkan saya ke simpang jalan, kau berjanji akan menunggu kedatanga

Surat Hayati

Pergantungan jiwaku, Zainuddin Sungguh besar sekali harapanku untuk bisa hidup di dekatmu. Supaya mimpi yang telah engkau rekatkan sekian lamanya bisa makbul. Supaya dapat segala kesalahan yang besar-besar yang telah kuperbuat terhadap dirimu saya tebusi. Tetapi cita-citaku itu tinggal selamanya menjadi cita-cita sebab engkau sendiri yang menutup pintu di depanku. Saya engkau larang masuk. Sebab engkau hendak mencurahkan segala dendam, kesakitan yang telah sekian lama bersarang di dalam hatimu. Lantaran membalas dendam itu, engkau ambil suatu keputusan yang maha kejam. Engkau renggutkan tali pengharapanku, padahal pada tali itu pula pengharapanmu sendiri bergantung. Sebab itu, percayalah Zainuddin bahwa hukuman ini bukan mengenai diriku seorang, bukan ia menimpa celaka kepadaku saja, tetapi kepada kita berdua. Karena saya tahu bahwa engkau masih tetap cinta kepadaku.  Zainuddin, kalau saya tak ada, hidupmu tidak juga akan beruntung. Percayalah, di dalam jiwaku ada suatu kekayaa

Percakapan Ponakan dan Om Tante

A: Ante, ke dokterlah. Supaya tahu sakitnya. Kasihan batuk dan menggigil terus. T: Indaklah. Ante ndak suka minum obat. A: Loh, siapa yang suruh minum obat. Ke dokter saja. R: Ha, lepas tu? Buat apa kita ke dokter, kak? A: Ya cek ajalah. Nanti kalau dikasih resep, tak usah beli kalau tak mau diminum. R: Entah apa-apa kakak ini. Haha, cengkunek. O: Ntah berkelit ke berapa hari ini. Tak mau kalah dia. A: Wah, mestilah, Om. Anak sastra mesti jago berkelit. R: Aduuuh, gimanalah suami kakak nanti itu. Ribut, lah. A: Mana pulak. Indak, lah. R: Kalau dapat yang heboh juga, wah saling berkelit nanti. Jangan sama anak sastra lagi, kak. O: Sama anak ekonomi saja, Nadia. A: Kenapa coba? O: Supaya nanti dia bisa menghitung, "Nah, sudah berkelit berapa kali istriku malam ini?" Kerjaan anak ekonomi, kan, menghitung-hitung saja, Nadia. A: Hahahahha. Alaaaah, si Om!  Medan, dalam mobil Karimun

Review Salon Flaurent Jogja

Heyyyy, guys! Kali ini, saya mau review salon Flaurent Jogja yang baru saja saya kunjungi tadi. Dua tahun lalu, saya juga sempat ke sini bareng ibu, nah kali ini bareng tante. Bisa dibilang, ini salon perempuan pertama yang saya datangi dan memprakarsai hobi baru saya di Depok, yakni nyalon. Wakakaka. Tanteku memberi saran untuk mengambil paket mini yang terdiri dari body spa, hair spa, dan facial . Tiga perawatan ini bisa kalian ambil dengan merogoh kocek Rp125.000,00. Gila. Ini-murah-banget! Salon langgananku aja bisa kena biaya sekitar Rp300.000,00.