Skip to main content

Seandainya

sumber gambar

"Seandainya engkau ada di sisiku
Kan kujaga kau selamanya
takkan pernah kusakiti hatimu."
(Paul & Gita - "Seandainya")

Di tengah badan yang lemas karena kurang makan dan begadang, mata yang sayu, juga kondisi hati yang morat-marit, ini senyum pertamaku dalam tiga hari. Aku baru pertama kali melihat video klip lagu ini dan ternyata lirik dan videonya romantis, namun tidak muluk-muluk. Entah mengapa, bayangmu tidak hadir sama sekali ketika aku mendengarkan lagu ini. Alhamdulillah. Ya, itu tantangan tersendiri sebenarnya. Bagaimana caraku menghapuskan semua jejakmu dari bayangan masa depanku. Aku telanjur berpikir jauh dan kini aku harus bertanggung jawab pada khayalan yang kurangkai sendiri.

Seandainya kita tidak berjumpa, bagaimana?
Allah mengingatkan para hamba-Nya untuk tidak mengandaikan kejadian masa lampau sebab apa yang telah terjadi merupakan takdir Allah. Aku juga tidak hendak menyesali sebuah pertemuan: pertemuan kita. Sungguh wajar bila di tengah hubungan pertemanan ada rasa sakit yang membuncah. Manusia adalah letaknya salah dan kecewa. Apa yang kurasakan saat ini sebenarnya wajar saja, tetapi aku yang belum siap untuk menyambutnya maka aku menanggapi semua ini secara berlebihan. Seandainya saja kita tidak berjumpa, barangkali aku yang kau kenal bukanlah aku yang sekarang. Setiap perpisahan, entah itu dilakukan perseorangan atau bersama-sama, memberikan pendewasaan diri. Jika kita tidak berjumpa, tidak akan ada perpisahan dan tidak akan ada tambahan pelajaran mendewasakan diri bagiku.

Seandainya aku menjumpai lelaki lain,
aku berharap dapat mencurahkan segala rasa yang kupunya, lebih dari yang pernah kucurahkan untukmu. Semoga saja lelaki itu mendapatkan cinta yang utuh, meskipun sebelumnya pernah kubagi denganmu. Jika lelaki itu datang, aku berharap dialah yang terakhir sebab aku tak tahu lagi apakah aku mampu melewati fase ini untuk dua, tiga, atau empat kali.

Seandainya kau menjumpai perempuan lain,
aku tidak mengharapkan apa-apa selain kebahagiaanmu. Semoga kau dapat memperlakukan perempuan itu dengan baik, lebih dari perlakuan baikmu terhadapku. Semoga perempuan itu merasa ialah perempuan paling bahagia di dunia karena memiliki dan dimilikimu. Jadi, perlakukanlah ia dengan istimewa, seolah-olah tidak ada perempuan lain yang dapat menandinginya.

Seandainya kita hidup bersama orang lain,
aku berharap aku dan kau dapat memaafkan kesalahan kita di masa lalu dan fokus pada keluarga baru yang telah kita pilih secara sadar. Semoga tidak ada penyesalan dan angan-angan untuk mengulang kenangan lama. Semoga kita dapat menarik pelajaran dari cerita kita. Semoga kau menemukan diamu dan aku menemukan diaku: yang bisa dimiliki sepanjang hayat.

"Seandainya engkau kan jadi milikku
Kan kujaga kau selamanya
takkan pernah kusakiti hatimu."
(Paul Gita - "Seandainya")

Cheers,
Nadia Amira Sagitta

Comments

Popular posts from this blog

Dialog Zainuddin Hayati

"Saya akan berterus terang kepadamu. Saya akan jujur kepadamu. Akan saya panggil kembali namamu, sebagaimana dahulu pernah saya panggilkan. Zainuddin. Saya sudi menanggung segenap cobaan yang menimpa diriku asalkan kau sudi memaafkan segenap kesalahanku." "Maaf? Kau regas segenap pucuk pengharapanku, kau patahkan, kau minta maaf?" "Mengapa kau jawab aku sekejam itu, Zainuddin? Sudah hilangkah tentang kita dari hatimu? Janganlah kau jatuhkan hukuman. Kasihanilah perempuan yang ditimpa musibah berganti-ganti ini." "Iya, demikianlah perempuan. Ia hanya ingat kekejaman orang kepada dirinya walaupun kecil dan ia lupa kekejamannya sendiri pada orang lain padahal begitu besarnya. Lupakah kau siapakah di antara kita yang kejam? Bukankah kau yang telah berjanji ketika saya diusir oleh ninik-mamakmu karena saya asalnya tidak tentu, orang hina-dina, tidak tulen Minangkabau! Ketika itu kau antarkan saya ke simpang jalan, kau berjanji akan menunggu kedatanga...

Surat Hayati

Pergantungan jiwaku, Zainuddin Sungguh besar sekali harapanku untuk bisa hidup di dekatmu. Supaya mimpi yang telah engkau rekatkan sekian lamanya bisa makbul. Supaya dapat segala kesalahan yang besar-besar yang telah kuperbuat terhadap dirimu saya tebusi. Tetapi cita-citaku itu tinggal selamanya menjadi cita-cita sebab engkau sendiri yang menutup pintu di depanku. Saya engkau larang masuk. Sebab engkau hendak mencurahkan segala dendam, kesakitan yang telah sekian lama bersarang di dalam hatimu. Lantaran membalas dendam itu, engkau ambil suatu keputusan yang maha kejam. Engkau renggutkan tali pengharapanku, padahal pada tali itu pula pengharapanmu sendiri bergantung. Sebab itu, percayalah Zainuddin bahwa hukuman ini bukan mengenai diriku seorang, bukan ia menimpa celaka kepadaku saja, tetapi kepada kita berdua. Karena saya tahu bahwa engkau masih tetap cinta kepadaku.  Zainuddin, kalau saya tak ada, hidupmu tidak juga akan beruntung. Percayalah, di dalam jiwaku ada suatu kek...

Review Salon Flaurent Jogja

Heyyyy, guys! Kali ini, saya mau review salon Flaurent Jogja yang baru saja saya kunjungi tadi. Dua tahun lalu, saya juga sempat ke sini bareng ibu, nah kali ini bareng tante. Bisa dibilang, ini salon perempuan pertama yang saya datangi dan memprakarsai hobi baru saya di Depok, yakni nyalon. Wakakaka. Tanteku memberi saran untuk mengambil paket mini yang terdiri dari body spa, hair spa, dan facial . Tiga perawatan ini bisa kalian ambil dengan merogoh kocek Rp125.000,00. Gila. Ini-murah-banget! Salon langgananku aja bisa kena biaya sekitar Rp300.000,00.

Percakapan Ponakan dan Om Tante

A: Ante, ke dokterlah. Supaya tahu sakitnya. Kasihan batuk dan menggigil terus. T: Indaklah. Ante ndak suka minum obat. A: Loh, siapa yang suruh minum obat. Ke dokter saja. R: Ha, lepas tu? Buat apa kita ke dokter, kak? A: Ya cek ajalah. Nanti kalau dikasih resep, tak usah beli kalau tak mau diminum. R: Entah apa-apa kakak ini. Haha, cengkunek. O: Ntah berkelit ke berapa hari ini. Tak mau kalah dia. A: Wah, mestilah, Om. Anak sastra mesti jago berkelit. R: Aduuuh, gimanalah suami kakak nanti itu. Ribut, lah. A: Mana pulak. Indak, lah. R: Kalau dapat yang heboh juga, wah saling berkelit nanti. Jangan sama anak sastra lagi, kak. O: Sama anak ekonomi saja, Nadia. A: Kenapa coba? O: Supaya nanti dia bisa menghitung, "Nah, sudah berkelit berapa kali istriku malam ini?" Kerjaan anak ekonomi, kan, menghitung-hitung saja, Nadia. A: Hahahahha. Alaaaah, si Om!  Medan, dalam mobil Karimun