Skip to main content

Sentra Batik Giriloyo

Kain batik menjadi buah tangan yang lazim diboyong dari Jogjakarta. Batik Jogja ini tidak hanya dijual di Malioboro atau Pasar Beringharjo, lho! Ada satu lokasi yakni di Dusun Giriloyo, Desa Wukirsari, Kec. Imogiri, Kab. Bantul, Jogjakarta yang merupakan pusat batik tulis terkenal. Pssst, Ibu Negara juga sudah berkunjung ke sini! 

Letaknya tak jauh dari Makan Raja-raja Imogiri. Nah, boleh tuh sekalian sowan ke makam, hehe. Akses menuju Dusun Giriloyo termasuk mudah jika Anda membawa kendaraan sendiri. Andalkan saja Google Map, dan teng go! Jalanan menuju daerah ini sudah bagus. Perjalanan dari pusat kota Jogja dapat ditempuh selama kurang lebih 40 menit. Ketika memasuki daerah Giriloyo, tak hanya batik yang dapat Anda temukan, tetapi juga pengobatan tradisional gurah. 


Tempat parkir Sentra Batik Giriloyo

Dusun Giriloyo menghimpun para pengrajin batik tulis dalam kelompok-kelompok kecil. Toko-toko batik tersebar di sepanjang dusun ini. Saya mengunjungi tiga toko, yaitu Batik Sungsang, Batik Sri Kuncoro, dan Paguyuban Batik Tulis Giriloyo. 

Batik Sri Kuncoro

Batik Sungsang

Paguyuban Batik Tulis Giriloyo



Dari ketiga toko tersebut, toko terbesar adalah Paguyuban Batik Tulis Giriloyo (PBTG). Hal ini wajar karena toko ini memiliki jumlah pengrajin paling banyak.

Di Giriloyo, Anda bisa memilih batik yang diwarnai dengan pewarna sintetis atau pewarna alami. Cotoh pewarna alami adalah soga untuk cokelat dan indigo untuk biru. Saya lebih suka pewarna alami karena warnanya lembut dan tidak keras seperti pewarna sintetis. Jika Anda peminat warna-warna kalem, seperti pastel, pasti akan suka dengan warna batik alami.

Jika ditilik dari warna dan jenis batiknya, batik Sri Kuncoro berfokus pada batik-batik sogan yang berwarna kecokelatan. Njogja banget, lah, pokoknya. Sementara itu, PBTG dan Batik Sungsang sedikit lebih modern walaupun koleksi batik klasiknya juga berlimpah. Favorit saya adalah batik indigo yang berwarna biru dan batik lawasan yang dijual di PBTG. Harga batik tulisnya pun beragam mulai dari Rp500.000,00 hingga jutaan tergantung pada kerumitan motif dan pewarnaan. 

Motif batik Giriloyo tetap dipertahankan sesuai yang telah diwariskan secara turun-temurun oleh para abdi dalem Keraton. Berdasarkan cerita dari salah seorang pengrajin, pembatikan di Giriloyo diprakarsai oleh para abdi dalem yang ditugaskan menjaga makam raja-raja Imogiri. Para abdi dalem tersebut kemudian diajari keahlian membatik oleh keraton. Keahlian ini lalu diwariskan kepada anak dan cucu perempuan mereka. Oleh karena itu, motif batik tulis Giriloyo cenderung bernuansa klasik alih-alih modern, seperti motif Sido Mukti, Sido Asih, Babon Angrem, dan lain-lain. 

Wajar sekali apabila batik tulis dipatok dengan harga tinggi. Pengerjaannya tidak mudah dan tidak sebentar. Sangat berbeda dengan batik printing yang dapat diproduksi berlembar-lembar dalam hitungan sekian menit saja. Batik tulis membutuhkan ketekunan dalam pengerjaannya. Jika memang Anda memiliki dana, batik tulis sangat pantas untuk dikoleksi. Mari hargai jerih payah pengrajin batik dalam mengenalkan kekayaan budaya Indonesia satu ini! ;) 

Pintu masuk Batik Sungsang

Salam,
Nadia Almira Sagitta

Comments

Popular posts from this blog

Dialog Zainuddin Hayati

"Saya akan berterus terang kepadamu. Saya akan jujur kepadamu. Akan saya panggil kembali namamu, sebagaimana dahulu pernah saya panggilkan. Zainuddin. Saya sudi menanggung segenap cobaan yang menimpa diriku asalkan kau sudi memaafkan segenap kesalahanku." "Maaf? Kau regas segenap pucuk pengharapanku, kau patahkan, kau minta maaf?" "Mengapa kau jawab aku sekejam itu, Zainuddin? Sudah hilangkah tentang kita dari hatimu? Janganlah kau jatuhkan hukuman. Kasihanilah perempuan yang ditimpa musibah berganti-ganti ini." "Iya, demikianlah perempuan. Ia hanya ingat kekejaman orang kepada dirinya walaupun kecil dan ia lupa kekejamannya sendiri pada orang lain padahal begitu besarnya. Lupakah kau siapakah di antara kita yang kejam? Bukankah kau yang telah berjanji ketika saya diusir oleh ninik-mamakmu karena saya asalnya tidak tentu, orang hina-dina, tidak tulen Minangkabau! Ketika itu kau antarkan saya ke simpang jalan, kau berjanji akan menunggu kedatanga...

Surat Hayati

Pergantungan jiwaku, Zainuddin Sungguh besar sekali harapanku untuk bisa hidup di dekatmu. Supaya mimpi yang telah engkau rekatkan sekian lamanya bisa makbul. Supaya dapat segala kesalahan yang besar-besar yang telah kuperbuat terhadap dirimu saya tebusi. Tetapi cita-citaku itu tinggal selamanya menjadi cita-cita sebab engkau sendiri yang menutup pintu di depanku. Saya engkau larang masuk. Sebab engkau hendak mencurahkan segala dendam, kesakitan yang telah sekian lama bersarang di dalam hatimu. Lantaran membalas dendam itu, engkau ambil suatu keputusan yang maha kejam. Engkau renggutkan tali pengharapanku, padahal pada tali itu pula pengharapanmu sendiri bergantung. Sebab itu, percayalah Zainuddin bahwa hukuman ini bukan mengenai diriku seorang, bukan ia menimpa celaka kepadaku saja, tetapi kepada kita berdua. Karena saya tahu bahwa engkau masih tetap cinta kepadaku.  Zainuddin, kalau saya tak ada, hidupmu tidak juga akan beruntung. Percayalah, di dalam jiwaku ada suatu kek...

Review Salon Flaurent Jogja

Heyyyy, guys! Kali ini, saya mau review salon Flaurent Jogja yang baru saja saya kunjungi tadi. Dua tahun lalu, saya juga sempat ke sini bareng ibu, nah kali ini bareng tante. Bisa dibilang, ini salon perempuan pertama yang saya datangi dan memprakarsai hobi baru saya di Depok, yakni nyalon. Wakakaka. Tanteku memberi saran untuk mengambil paket mini yang terdiri dari body spa, hair spa, dan facial . Tiga perawatan ini bisa kalian ambil dengan merogoh kocek Rp125.000,00. Gila. Ini-murah-banget! Salon langgananku aja bisa kena biaya sekitar Rp300.000,00.

Percakapan Ponakan dan Om Tante

A: Ante, ke dokterlah. Supaya tahu sakitnya. Kasihan batuk dan menggigil terus. T: Indaklah. Ante ndak suka minum obat. A: Loh, siapa yang suruh minum obat. Ke dokter saja. R: Ha, lepas tu? Buat apa kita ke dokter, kak? A: Ya cek ajalah. Nanti kalau dikasih resep, tak usah beli kalau tak mau diminum. R: Entah apa-apa kakak ini. Haha, cengkunek. O: Ntah berkelit ke berapa hari ini. Tak mau kalah dia. A: Wah, mestilah, Om. Anak sastra mesti jago berkelit. R: Aduuuh, gimanalah suami kakak nanti itu. Ribut, lah. A: Mana pulak. Indak, lah. R: Kalau dapat yang heboh juga, wah saling berkelit nanti. Jangan sama anak sastra lagi, kak. O: Sama anak ekonomi saja, Nadia. A: Kenapa coba? O: Supaya nanti dia bisa menghitung, "Nah, sudah berkelit berapa kali istriku malam ini?" Kerjaan anak ekonomi, kan, menghitung-hitung saja, Nadia. A: Hahahahha. Alaaaah, si Om!  Medan, dalam mobil Karimun