Inginku meraup dirimu dalam sekali peluk. Sekali saja abai pada batas-batas yang melingkungi. Sungguh sayang, lenganku mengunci dirinya sendiri, tak bisa melingkar pada kedua lenganmu.
Begitu banyak skenario tertahan acapkali dunia mempertemukan kita. Semua berputaran dalam kepalaku saja. Mengecup sendu hingga sirna, menggamit kebahagiaan dengan rapatnya dekapan pun eratnya tatapan, juga menahan kepergian dengan pelukan. Semua terkunci dalam sudut pikir. Menyisalah ekspresi penjagaan yang terwujud dengan doa. Biarlah Ia menjaga, biar Ia yang menemani.
Jika pergi nanti, aku takkan rugi apa-apa. Takkan banyak kenangan jumpalitan. Paham dan maklum, mungkin aku tak akan kuat bila harummu mewangi di mana-mana. Mungkin tak akan kuasa bila gamitan jemarimu tertinggal di lengan, jemari, atau pipi. Sebab tanpa itu semua dan hanya begini, tak mudah pula menghapus jejak yang telah tertoreh sepanjang jalan.
Comments
Post a Comment