Skip to main content

Pengakuan Pariyem

Judul: Pengakuan Pariyem 

Penulis: Linus Suryadi AG 

Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia

Jumlah halaman: 244 halaman


"Ya, ya, Pariyem saya
Maria Magdalena Pariyem lengkapnya
"Iyem" panggilan sehari-harinya
dari Wonosari Gunung Kidul
Sebagai babu nDoro Kanjeng Cokro Sentono
di nDalem Suryomentaraman Ngayogyakarta."

Pengakuan Pariyem menawarkan nilai-nilai Jawa pada pembaca. Kepasrahan Pariyem sebagai gadis Jawa digambarkan dengan apik. Ditinggal kekasih, lega-lila. Ditiduri anak majikan, lega-lila. Terancam terusir dari rumah karena hamil juga lega-lila. Betul-betul stereotipe perempuan Jawa yang pasrah segala-gala.

Inti cerita Pariyem ini apa? Aku juga belum menangkap. Ini semacam narasi kehidupan Pariyem saja. Datang jauh dari Wonosari demi menjadi babu di Ngayogyakarta. Berkawan dengan nDoro putri dan Den Bagus, menghormat pada nDoro Kanjeng, dan terpukau pada keluhuran budi nDoro Ayu. Penggambaran kehidupan Pariyem kecil juga perangai simbok-bapak dan kedua adiknya akan kita temukan di pertengahan halaman.

Meskipun lebih sebagai kisah kehidupan, ada satu aspek yang menonjol di novel ini: seks. Aku juga kaget mendapati banyaknya adegan seks yang dijalani Pariyem. Namun, Linus tidak menggambarkannya secara vulgar betul, alat kelamin pun masih dikatakannya "anu". Mungkin, ini menyesuaikan sudut pandang Pariyem sebagai gadis desa. Oh ya, pembaca ditempatkan sebagai Paimin, pendengar setia Pariyem. Paslah dengan judulnya, Pariyem mengaku kepada kita, pembaca, soal apa saja yang terjadi dengan dirinya di Suryomentaraman. Satu yang lekat membekas dari novel ini adalah tiadanya pembedaan priyayi dan babu. Mereka hidup berdampingan selayaknya teman, tak ada yang sok berkuasa, tak perlu ada yang merendah-rendah. Indah.

Hal yang kusuka dari novel ini adalah bentuk penceritaannya. Bukan prosa biasa dengan paragraf, tetapi prosa menjelma puisi hingga dinamakan prosa lirik. Aku kagum pada pengarang yang sanggup menuliskan 242 halaman prosa lirik. Super betul, tak heran memakan waktu tiga tahun penulisan.

Novel ini kaya dengan kosakata Jawa berikut beberapa tembang. Akan tetapi, jangan khawatir, Linus Suryadi telah melengkapi kita dengan daftar kosakata dan terjemahan tembang. Tentu lebih asyik bila penutur Jawa asli menikmati karya ini. Mau coba baca?

Comments

Popular posts from this blog

Dialog Zainuddin Hayati

"Saya akan berterus terang kepadamu. Saya akan jujur kepadamu. Akan saya panggil kembali namamu, sebagaimana dahulu pernah saya panggilkan. Zainuddin. Saya sudi menanggung segenap cobaan yang menimpa diriku asalkan kau sudi memaafkan segenap kesalahanku." "Maaf? Kau regas segenap pucuk pengharapanku, kau patahkan, kau minta maaf?" "Mengapa kau jawab aku sekejam itu, Zainuddin? Sudah hilangkah tentang kita dari hatimu? Janganlah kau jatuhkan hukuman. Kasihanilah perempuan yang ditimpa musibah berganti-ganti ini." "Iya, demikianlah perempuan. Ia hanya ingat kekejaman orang kepada dirinya walaupun kecil dan ia lupa kekejamannya sendiri pada orang lain padahal begitu besarnya. Lupakah kau siapakah di antara kita yang kejam? Bukankah kau yang telah berjanji ketika saya diusir oleh ninik-mamakmu karena saya asalnya tidak tentu, orang hina-dina, tidak tulen Minangkabau! Ketika itu kau antarkan saya ke simpang jalan, kau berjanji akan menunggu kedatanga

Percakapan Ponakan dan Om Tante

A: Ante, ke dokterlah. Supaya tahu sakitnya. Kasihan batuk dan menggigil terus. T: Indaklah. Ante ndak suka minum obat. A: Loh, siapa yang suruh minum obat. Ke dokter saja. R: Ha, lepas tu? Buat apa kita ke dokter, kak? A: Ya cek ajalah. Nanti kalau dikasih resep, tak usah beli kalau tak mau diminum. R: Entah apa-apa kakak ini. Haha, cengkunek. O: Ntah berkelit ke berapa hari ini. Tak mau kalah dia. A: Wah, mestilah, Om. Anak sastra mesti jago berkelit. R: Aduuuh, gimanalah suami kakak nanti itu. Ribut, lah. A: Mana pulak. Indak, lah. R: Kalau dapat yang heboh juga, wah saling berkelit nanti. Jangan sama anak sastra lagi, kak. O: Sama anak ekonomi saja, Nadia. A: Kenapa coba? O: Supaya nanti dia bisa menghitung, "Nah, sudah berkelit berapa kali istriku malam ini?" Kerjaan anak ekonomi, kan, menghitung-hitung saja, Nadia. A: Hahahahha. Alaaaah, si Om!  Medan, dalam mobil Karimun

Surat Hayati

Pergantungan jiwaku, Zainuddin Sungguh besar sekali harapanku untuk bisa hidup di dekatmu. Supaya mimpi yang telah engkau rekatkan sekian lamanya bisa makbul. Supaya dapat segala kesalahan yang besar-besar yang telah kuperbuat terhadap dirimu saya tebusi. Tetapi cita-citaku itu tinggal selamanya menjadi cita-cita sebab engkau sendiri yang menutup pintu di depanku. Saya engkau larang masuk. Sebab engkau hendak mencurahkan segala dendam, kesakitan yang telah sekian lama bersarang di dalam hatimu. Lantaran membalas dendam itu, engkau ambil suatu keputusan yang maha kejam. Engkau renggutkan tali pengharapanku, padahal pada tali itu pula pengharapanmu sendiri bergantung. Sebab itu, percayalah Zainuddin bahwa hukuman ini bukan mengenai diriku seorang, bukan ia menimpa celaka kepadaku saja, tetapi kepada kita berdua. Karena saya tahu bahwa engkau masih tetap cinta kepadaku.  Zainuddin, kalau saya tak ada, hidupmu tidak juga akan beruntung. Percayalah, di dalam jiwaku ada suatu kekayaa

Review Salon Flaurent Jogja

Heyyyy, guys! Kali ini, saya mau review salon Flaurent Jogja yang baru saja saya kunjungi tadi. Dua tahun lalu, saya juga sempat ke sini bareng ibu, nah kali ini bareng tante. Bisa dibilang, ini salon perempuan pertama yang saya datangi dan memprakarsai hobi baru saya di Depok, yakni nyalon. Wakakaka. Tanteku memberi saran untuk mengambil paket mini yang terdiri dari body spa, hair spa, dan facial . Tiga perawatan ini bisa kalian ambil dengan merogoh kocek Rp125.000,00. Gila. Ini-murah-banget! Salon langgananku aja bisa kena biaya sekitar Rp300.000,00.