Yogyakarta Di Atas Saklar digital printing |
Jumat malam di atas Transjogja 3A, aku bersiap-siap turun di halte Malioboro 3. Perjalanan menuju Jogja Gallery kulanjutkan dengan berjalan kaki. Malam itu ada pembukaan pameran International Art Switch yang melibatkan 208 seniman dalam dan luar negeri. Aku tidak punya gambaran apa-apa akan judul pameran. Kukira ini pameran lukisan biasa yang menghadirkan kerja kolaborasi antara seniman dari 31 negara. Yang kutemukan di galeri surngguh di luar dugaan, ternyata ini pameran lukisan di atas saklar! Pameran yang digagas oleh Hadi Soesanto menuntut seniman yang terbiasa melukis di atas kanvas untuk berkreasi di atas media berukuran 5x7 cm. Semakin kecil media tentu semakin besar tantangan karena tingginya kesulitan untuk melukis sesuatu yang detail dalam ukuran mini.
"Summer" oleh Cheng Han Wen (segar, ya... jadi ingin mantai) |
"Babies" oleh Ho Kei Mei (bagaimana caranya melukis beragam ekspresi dalam kertas berpetak?) |
"Pokhara" oleh Surya Baraili (lukisannya keren banget, favoritku!) |
Beberapa seniman luar yang berpartisipasi dalam pameran ini berasal dari
negara Rusia, Vietnam, Taiwan, Malaysia, Prancis, Myanmar, Nepal,
India, Laos, Turki, dan lain-lain. Aku mengenali beberapa karya, yakni
Bunga Jeruk dengan hewan dan pilihan warnanya
yang lembut, Joko Pekik dengan celengnya, dan Agus Putu Suyadnya dengan
gajahnya.
"Milky" oleh I Wayan Cahya (yes, it is nipple!) |
Ada
pula beberapa nama seniman yang kukenali, tetapi tidak dapat menebak
lukisannya dalam sekilas pandang, ialah Yustoni Volunteero dengan
kelincinya yang kalau tidak salah pernah aku lihat di Sangkring Art
Space, Putu Sutawijaya dengan pemandangan alamnya, dan Heri Dono dengan
bibir dan lidah merah yang menjulur keluar. Aku menemukan Pak Oei Hong
Djien, sang kolektor seni rupa terkenal, dalam pameran ini. Pers sibuk
mewawancarai beliau.
Pengunjung pameran |
Jenis-jenis saklar |
Selain cat akrilik dan minyak, ada pula yang memanfaatkan polyester resin, bulu, dan benang sebagai media berkarya. Tak hanya pelukis yang turut berpartisipasi dalam pameran ini, tetapi juga pematung. Kita dapat melihat karya pematung Dunadi yang berjudul Mother Angel dengan memanfaatkan polyester resin.
"Mother Angel" oleh Dunadi |
"Sisterhood" oleh Lenny R. Weichert (mungkin ini dua siluet bedongan bayi, hahaha) |
PT. Australindo Graha Nusa mendukung saklar-saklar yang digunakan dalam pameran ini. Katanya, saklar-saklar ini akan menjadi koleksi perusahaan dan tidak dijual. Pameran ini berhasil masuk MURI sebagai pameran lukisan pertama dengan media saklar. Pameran berlangsung mulai dari 18 hingga 27 Agustus 2017. Yuk, kawan-kawan Yogyakarta, kita apresiasi hasil karya para seniman ini di Jogja Gallery! Jangan lupa abadikan kunjunganmu, tetapi jangan sekali-kali menyentuh karya. :D
Salam,
Nadia Almira Sagitta
Comments
Post a Comment