Skip to main content

Seratus Buku Sastra yang Patut Dibaca Sebelum Dikuburkan

sumber gambar

Pagi ini aku mencari daftar buku sastra Indonesia yang harus kubaca di Google. Aku menemukan daftar buku berikut di Goodreads berdasarkan buku terbitan Indonesia Buku berjudul Seratus Buku Sastra yang Patut Dibaca Sebelum Dikuburkan. Nah, di sini aku kutip bulat-bulat daftar dari mereka dengan menambahkan penanda kuning dan biru. Warna kuning berarti buku yang tamat kubaca, sementara warna biru bermakna buku-buku yang belum kutuntaskan. Ternyata secuil sekali yang kutahu! Haduh!

1. Student Hidjo karya Mas Marco Kartodikromo (1919)
2. Azab dan Sengsara karya Merari Siregar (1920)
3. Hikayat Kadiroen karya Semaoen (1920)
4. Sitti Nurbaya (Kasih Tak Sampai) karya Marah Rusli (1922)
5. Tanah Air karya Muhammad Yamin (1922)
6. Salah Asuhan karya Abdoel Moeis (1928)
7. Melawat Ke Barat karya Adinegoro (1930)
8. Kalau Tak Untung karya Selasih (1933)
9. Kenang-Kenangan karya Dokter Soetomo (1934)
10. Lajar Terkembang karya Sutan Takdir Alisjahbana (1936)

11. Nyanyi Sunyi karya Amir Hamzah (1937)
12. Patjar Merah Indonesia karya Matu Mona (1938)
13. Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya HAMKA (1939)
14. Belenggu karya Armijn Pane (1940)
15. Dari Ave Maria ke Jalan lain ke Roma karya Idrus (1948)

16. Polemik Kebudayaan karya Achdiat K. Mihardja
17. Atheis karya Achdiat Karta Mihardja (1949)
18. Yang Terampas dan Yang Putus dan Deru Campur Debu karya Chairil Anwar (1950)
19. Tiga Menguak Takdir karya Chairil Anwar, Rivai Apin, dan Asrul Sani (1958)
20. Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis (1952)
21. Surat Kertas Hijau karya Sitor Situmorang (1953)
22. Kesusastraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Esei (I-IV) karya H.B.Jassin (1954-1967)
23. Priangan Si Jelita karya Ramadhan KH (1956)
24. Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis (1956)
25. Si Doel Anak Djakarta Karya Aman Dt. Madjoindo (1956)
26. Malam Jahanam karya Motinggo Busye (1958)
27. Pulang karya Toha Mohtar (1958)
28. Ramayana karya R.A. Kosasih (1960)
29. Empat Kumpulan Sajak karya WS Rendra (1961)
30. Matinja Seorang Petani karya Agam Wispi
31. Pagar Kawat Berduri karya Trisnojuwono (1961)
33. Angkatan 66 Prosa dan Puisi karya H.B. Jassin (1968)
34. Gairah untuk Hidup dan untuk Mati karya Nasjah Djamin (1968)
35. Duka-Mu Abadi karya Sapardi Djoko Damono (1969)
36. Ziarah karya Iwan Simatupang (1969)
37. Heboh Sastra karya H.B. Jassin (sebagai penyunting) (1970)
38. Pariksit karya Goenawan Mohamad (1971)
39. Dari Suatu Masa dari Suatu Tempat karya Asrul Sani (1972)
40. Karmila karya Marga T (1973)
41. Pada Sebuah Kapal karya N.H Dini (1973)
42. Sajak-sajak 33 karya Toeti Heraty Noerhadi (1973)
43. Godlob karya Danarto (1975)
44. Khotbah di Atas Bukit karya Kuntowijoyo (1976)
45. Meditasi karya Abdul Hadi WM (1976)
46. Ali Topan Anak Jalanan karya Teguh Esha (1977)
47. Laut Biru Langit Biru karya Ajip Rosidi (1977)
48. Raumanen karya Marianne Katoppo (1977)
49. Upacara karya Korrie Layun Rampan (1978)

50. Dan Perang Pun Usai karya Ismail Marahimin (1979)
51. Manusia Indonesia karya Mochtar Lubis (1980)
52. Tetralogi Pulau Buru (Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, Rumah Kaca) karya Pramoedya Ananta Toer (1980-1980-1985-1987)
53. Kuantar ke Gerbang karya Ramadhan KH. (1981)
54. O Amuk Kapak karya Sutardji Calzoum Bachri (1981/1973-1977-1979)

55. Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi AG (1981)
56. Burung-burung Manyar karya YB Mangunwijaya (1982)
57. Sastra dan Religiositas karya Y.B Mangunwijaya (1982)
58. Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari (1982-1985-1986)

59. Anak Bajang Menggiring Angin karya Sindhunata (1983)
60. Olenka karya Budi Darma (1983)
61. Abad yang Berlari karya Afrizal Malna (1984)
62. Hamba-hamba Kebudayaan karya Dami N. Toda (1984)
63. Dari Pojok Sejarah (Sebuah Renungan Perjalanan) karya Emha Ainun Nadjib (1985)
64. Sakerah karya Djamil Soeherman (1985)
65. Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer (1987)
66. Antologi Puisi Indonesia Modern: Tonggak karya Linus Suryadi AG (penyunting) (1987)
67. Sumur Tanpa Dasar karya Arifin C Noer (1989)
68. Wiro Sableng karya Bastian Tito (1990)
69. Catatan Pinggir karya Goenawan Mohamad (1991)
70. Para Priyayi karya Umar Kayam (1991)
71. Seri Cerpen Pilihan Kompas 1991-2007
72. Saksi Mata karya Seno Gumira Ajidarma (1994)
73. Dan Kematian Makin Akrab karya Soebagio Sastrowardojo (1995)
74. Al-Qur’anul Karim Bacaan Mulia karya H.B. Jassin (editor) (1995)
75. Asal Usul Karya Mahbub Djunaidi (1996)
76. Pendekar Super Sakti karya Asmaraman S Kho Ping Hoo (1996)
77. Senjakala Kebudayaan karya Nirwan Dewanto (1996)
78. Ketika Mas Gagah Pergi karya Helvy Tiana Rosa (1997)
79. Saman karya Ayu Utami (1998)
80. Aku Ingin Jadi Peluru karya Wiji Thukul (1999)

81. Celana karya Joko Pinurbo (1999)
82. Di Atas Umbria karya Acep Zamzam Noor (1999)
83. Kali Mati karya Joni Ariadinata (1999)
84. Madura Akulah Darahmu karya D. Zawawi Imron (1999)
85. Memorabilia karya Agus Noor (1999)
86. Sampek dan Engtay karya Nano Riantiarno (1999)
87. Angkatan 2000 karya Korrie Layun Rampan (2000)
88. Nonsens karya Sitok Srengenge (2000)
89. Kesastraan Melayu Tionghoa dan Kebangsaan Indonesia Jilid 1 karya Marcus A.S. dan Pax Benedanto (penyunting) (2001)
90. Cantik Itu Luka karya Eka Kurniawan (2002)
91. Area X Hymne Angkasa Raya karya Eliza V Handayani (2003)
92. Cala Ibi karya Nukila Amal (2003)
93. Kill The Radio karya Dorothea Rosa Herliany (2000)
94. Sastra Indonesia dalam Enam Pertanyaan karya Ignas Kleden (2003)
95. Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur karya Muhidin M Dahlan

96. Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy (2004)
97. Cintapuccino karya Icha Rahmanti (2004)
98. Puisi-puisi Mbeling karya Remy Silado (2004)
99. Sastra Cyber Polemik Sastra Cyberpunk karya Saut Situmorang (Ed.) (2004)
100.Laskar Pelangi karya Andrea Hirata (2005)

Dari seratus buku, aku baru memegang dua puluh buku saja. Dua puluh persen selama dua puluh dua tahun hidupku. Itu pun masih banyak buku yang belum selesai dibaca. Hahaha. Kamu sudah membaca yang mana saja?

Mari, anak muda, kita perkaya khazanah sastra kita!

Salam,
Nadia Almira Sagitta

Comments

  1. wow banyak sekali , tp tentunya bsai nambah wawasan ya , hanay sedikit yg sudah aku baca

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe iya, pastinya menambah wawasan, khususnya kebudayaan atau sejarah. Yuk Mbak, membaca lagi! Aku, sih, mendaftar sebagai anggota di perpustakaan kota supaya bisa pinjam buku. :D

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Dialog Zainuddin Hayati

"Saya akan berterus terang kepadamu. Saya akan jujur kepadamu. Akan saya panggil kembali namamu, sebagaimana dahulu pernah saya panggilkan. Zainuddin. Saya sudi menanggung segenap cobaan yang menimpa diriku asalkan kau sudi memaafkan segenap kesalahanku." "Maaf? Kau regas segenap pucuk pengharapanku, kau patahkan, kau minta maaf?" "Mengapa kau jawab aku sekejam itu, Zainuddin? Sudah hilangkah tentang kita dari hatimu? Janganlah kau jatuhkan hukuman. Kasihanilah perempuan yang ditimpa musibah berganti-ganti ini." "Iya, demikianlah perempuan. Ia hanya ingat kekejaman orang kepada dirinya walaupun kecil dan ia lupa kekejamannya sendiri pada orang lain padahal begitu besarnya. Lupakah kau siapakah di antara kita yang kejam? Bukankah kau yang telah berjanji ketika saya diusir oleh ninik-mamakmu karena saya asalnya tidak tentu, orang hina-dina, tidak tulen Minangkabau! Ketika itu kau antarkan saya ke simpang jalan, kau berjanji akan menunggu kedatanga

Surat Hayati

Pergantungan jiwaku, Zainuddin Sungguh besar sekali harapanku untuk bisa hidup di dekatmu. Supaya mimpi yang telah engkau rekatkan sekian lamanya bisa makbul. Supaya dapat segala kesalahan yang besar-besar yang telah kuperbuat terhadap dirimu saya tebusi. Tetapi cita-citaku itu tinggal selamanya menjadi cita-cita sebab engkau sendiri yang menutup pintu di depanku. Saya engkau larang masuk. Sebab engkau hendak mencurahkan segala dendam, kesakitan yang telah sekian lama bersarang di dalam hatimu. Lantaran membalas dendam itu, engkau ambil suatu keputusan yang maha kejam. Engkau renggutkan tali pengharapanku, padahal pada tali itu pula pengharapanmu sendiri bergantung. Sebab itu, percayalah Zainuddin bahwa hukuman ini bukan mengenai diriku seorang, bukan ia menimpa celaka kepadaku saja, tetapi kepada kita berdua. Karena saya tahu bahwa engkau masih tetap cinta kepadaku.  Zainuddin, kalau saya tak ada, hidupmu tidak juga akan beruntung. Percayalah, di dalam jiwaku ada suatu kekayaa

Percakapan Ponakan dan Om Tante

A: Ante, ke dokterlah. Supaya tahu sakitnya. Kasihan batuk dan menggigil terus. T: Indaklah. Ante ndak suka minum obat. A: Loh, siapa yang suruh minum obat. Ke dokter saja. R: Ha, lepas tu? Buat apa kita ke dokter, kak? A: Ya cek ajalah. Nanti kalau dikasih resep, tak usah beli kalau tak mau diminum. R: Entah apa-apa kakak ini. Haha, cengkunek. O: Ntah berkelit ke berapa hari ini. Tak mau kalah dia. A: Wah, mestilah, Om. Anak sastra mesti jago berkelit. R: Aduuuh, gimanalah suami kakak nanti itu. Ribut, lah. A: Mana pulak. Indak, lah. R: Kalau dapat yang heboh juga, wah saling berkelit nanti. Jangan sama anak sastra lagi, kak. O: Sama anak ekonomi saja, Nadia. A: Kenapa coba? O: Supaya nanti dia bisa menghitung, "Nah, sudah berkelit berapa kali istriku malam ini?" Kerjaan anak ekonomi, kan, menghitung-hitung saja, Nadia. A: Hahahahha. Alaaaah, si Om!  Medan, dalam mobil Karimun

Review Salon Flaurent Jogja

Heyyyy, guys! Kali ini, saya mau review salon Flaurent Jogja yang baru saja saya kunjungi tadi. Dua tahun lalu, saya juga sempat ke sini bareng ibu, nah kali ini bareng tante. Bisa dibilang, ini salon perempuan pertama yang saya datangi dan memprakarsai hobi baru saya di Depok, yakni nyalon. Wakakaka. Tanteku memberi saran untuk mengambil paket mini yang terdiri dari body spa, hair spa, dan facial . Tiga perawatan ini bisa kalian ambil dengan merogoh kocek Rp125.000,00. Gila. Ini-murah-banget! Salon langgananku aja bisa kena biaya sekitar Rp300.000,00.