Oleh: Nadia Almira Sagitta
Setiap hari aku berkeliling.
Satu tempat ke tempat lain.
Menghisap darah-darah manusia.
Meninggalkan bekas di sana.
Banyak ancaman di luar sana.
Mereka (manusia) tak menyukaiku.
Mereka memasang berbagai macam perangkap untuk membunuhku.
Mengusirku, membuatku sakit.
Mereka siap siaga dengan raket listriknya.
Mengoles harum-haruman yang kubenci.
Terlebih lagi, menyemprotkan sejenis gas yang membuat leherku tercekik!
Wahai manusia, tak kasihankah kamu dengan diriku?
Apa tega nian dirimu, melihatku mati kelaparan?
Ayolah, berderma sedikit...
Hanya beberapa tetes darah saja.
Sesulit itukah memberikannya?
Aku tahu kalian manusia-manusia yang pelit
Yang tak mau mendonorkan darahnya, setetespun!
Walau itupun untuk menolong sesamamu...
Sesama makhluk hidup!
Lantas, aku hadir.
Kenapa kau marah padaku?
Kenapa?
Apa salahku?
Aku kan hanya membantumu.
Dengan bersedekah setetes darahmu itu padaku..
Diriku, yang lebih membutuhkan
Bukankah kita sama-sama makhluk Allah?
Seharusnya saling menolong, bukan?
Kemarikanlah tanganmu itu...
Sedari tadi aku tergiur melihatnya
Perutku keroncongan luar biasa sekarang.
Tak tahan lagi, segera kuhinggapi tanganmu itu
Menggigitnya sedikit, menghisap darah lezat itu
Namun, tanganmu yg lain, sesegera mungkin kau arahkan padaku.
Pada tubuhku, badanku yg renta ini.
Hingga aku tergeletak lemas tak berdaya, mati di atas pergelangan tanganmu...
Kenapa kau marah padaku?
Kenapa?
Apa salahku?
Aku kan hanya membantumu.
Dengan bersedekah setetes darahmu itu padaku..
Diriku, yang lebih membutuhkan
Bukankah kita sama-sama makhluk Allah?
Seharusnya saling menolong, bukan?
Kemarikanlah tanganmu itu...
Sedari tadi aku tergiur melihatnya
Perutku keroncongan luar biasa sekarang.
Tak tahan lagi, segera kuhinggapi tanganmu itu
Menggigitnya sedikit, menghisap darah lezat itu
Namun, tanganmu yg lain, sesegera mungkin kau arahkan padaku.
Pada tubuhku, badanku yg renta ini.
Hingga aku tergeletak lemas tak berdaya, mati di atas pergelangan tanganmu...
Comments
Post a Comment