Skip to main content

Seminar Internasional LLL UI 2015

Betapa senangnya bisa berjumpa secara langsung dengan Pak Harimurti Kridalaksana dan Pak Djoko Kentjono. Aku mendengar sendiri penyampaian materi oleh Pak Harimurti dengan suaranya yang khas dan ditanggapi secara lucu oleh Pak Kentjono. Hahaha, asyik ya punya teman sejawat. 

Aku berjumpa pula dengan Bu Novi (dosen Sunda Dasar) yang belakangan kutahu bahwa ia berkecimpung di LLL, Bu Riri (dosen Rusia Dasar) yang kali ini menjadi panitia acara, Bu Sally (dosen Prodi Jerman UI) yang kembali mempresentasikan makalah mengenai bahasa Jerman, Pak David Manuputty yang datang bersama sang istri dari Pulau K, Pak Sugit Zulianto yang jauh-jauh datang dari Palu demi mempresentasikan makalahnya yang seperti biasa dibawakannya dengan semangat '45. Pssst, aku mendapatkan kamus Kaili Ledo<->Indonesia dari beliau, lho! Terima kasih banyak nah, Pak. Semoga sukseski' di tanah rantau. Salam sesama putra-putri Sulawesi! (Padahal aku berdarah Jawa-Minang. Hahaha, tetapi aku berjiwa Makassar, kok)

Aku juga berkenalan dengan Aussy dan Bu Nani dari Unpad. Kak Aussy berkuliah di Sastra Jepang Unpad angkatan 2011. Dia membawakan makalah berdua dengan dosen. Asyik, ya. Aku juga mau. Gegara ini, Bu Nani presentasi sebanyak dua kali. Pertama dengan Aussy dan yang kedua membawakan makalah tentang kosakata kuliner Bandung. Hiiih, keren nian presentasi dua kali berturut-turut. :')

Tak hanya Aussy, ada pula teman-teman dari UPI. Ada mahasiswa S-2, semester enam, bahkan semester empat yang menjadi pemakalah. Wuah, salut! Mereka berjiwa peneliti sedari muda. Aku makin takjub--sekaligus iri--saat kudengar UPI memiliki SBL (Sanggar Budidaya Linguistik), sebuah kelompok diskusi linguistik. Oh my, aku juga ingin ada komunitas serupa di kampus kuning.

Tak mau kalah, anak-anak S-1 UI juga tampil mempresentasikan makalahnya, lho! Sayangnya, aku tak termasuk jajaran pemakalah muda itu. Mereka adalah mahasiswi Prodi Jawa angkatan 2012. Makalah yang mereka bawakan berjudul "Kosakata Bahasa Sanskerta dan Bahasa Jawa". Makalah ini menarik karena menunjukkan banyaknya kosakata Sanskerta yang diserap ke bahasa Jawa. Menurutku, segala hal yang berkaitan dengan etimologi itu menarik. ♡

Nah, aku juga menyaksikan penyampaian makalah oleh Bu Mia. Wuih, sulit kudeskripsikan kekagumanku padanya. Beliau adalah ahli dialektologi Indonesia. Pernah bekerja sama dengan Microsoft untuk merancang spelling checker bahasa Indonesia dan sekarang berkontribusi pula pada bidang toponimi. Tampaknya, beliau pula penggagas Komunitas Toponimi Indonesia. Keren banget, masyaaAllah. Suami beliau yang merupakan pengajar di Departemen Linguistik UI juga turut hadir menemani beliau di akhir acara. So sweet, aaaaah. >v<

Sesi akhir yang diisi oleh Bu Mia dan Pak Peter Carey dimoderatori oleh Pak Lilie Suratminto. Makalah Pak Peter juga cukup menarik. Beliau membahas asal-usul nama Malioboro. Paparannya detail dan menakjubkan. Tak heran karena beliau itu sejarawan. Menurutnya, Malioboro berasal dari bahasa Sanskerta malya dan bhara yang berarti 'jalan berisikan untaian bunga'. Wuih, romantis, bukan? Mau tahu lebih lanjut mengenai ini? Silakan baca buku karangannya berjudul "Asal Usul Nama Yogyakarta Malioboro" yang diterbitkan oleh Komunitas Bambu. Mengenai Pak Lilie, perawakannya lucu terutama wajahnya tampak masih muda. Baby face! Ternyata, beliau ketua Laboratorium Leksikologi dan Leksikografi UI. Wah, jadi segan. Beliau merupakan dosen Sastra Belanda UI. Tadi, beliau meralat kata konslet menjadi korslet. Iya, masih banyak yang mengira konslet merupakan bentuk yang baku padahal yang benar adalah korslet. Katanya, korslet diserap dari bahasa Belanda kortsluiting. Hwaaa, lagi-lagi etimologi bahasa! :D

Di seminar ini, aku jadi punya idola baru. Dia pemakalah pleno pertama seminar ini. Dia menyajikan makalah mengenai leksikografi. Penyajiannya runut dan jelas. Keren! Semula kukira dia orang asing karena ia membawakan makalahnya dalam bahasa Inggris. Banyak catatan kaki yang ditampilkannya untuk referensi lebih lanjut. Tahukah kau bahwa catatan kaki itu mengacu pada makalah-makalah karangannya? Berarti, sudah banyak makalah yang ia terbitkan. Gils, keren abis. Namanya Deni Arnos Kwary. Meraih gelar doktor bidang Leksikografi di Aarhus University, Denmark. Informasi mengenai beliau bisa kalian akses di laman pribadinya yakni www.kwary.net.

Bersama dengan Pak Kwary, ada Ekaterina Kholkina dari Prodi Rusia UI. Dia orang Rusia asli dan cantik banget. *v* Ia membawakan makalah dalam bahasa Inggris dengan logat Rusianya. Aku menyadarinya saat ia melafalkan problem dengan /prablyem/. Wkwk, senang sekali bisa bertemu penutur jati bahasa Rusia! Jadi rindu mempelajari bahasa rumpun Sirilik satu itu. Omong-omong, dia membawakan makalah mengenai etimologi dan di akhir makalahnya ia menyajikan homofon bahasa Indonesia-Rusia. Cukup menarik. ♡

Alhamdulillah, alhamdulillah. Aku mendapat suntikan semangat dari atmosfer seminar LLL 2015. Para pembicaranya luar biasa! Nice job, LLL UI! Semoga tahun depan aku dapat mengikuti seminar ini lagi dan tampil sebagai pemakalah. Percayalah, kali ini bukan janji-janji belaka. Harus ada pembuktian! :)

Comments

Popular posts from this blog

Dialog Zainuddin Hayati

"Saya akan berterus terang kepadamu. Saya akan jujur kepadamu. Akan saya panggil kembali namamu, sebagaimana dahulu pernah saya panggilkan. Zainuddin. Saya sudi menanggung segenap cobaan yang menimpa diriku asalkan kau sudi memaafkan segenap kesalahanku." "Maaf? Kau regas segenap pucuk pengharapanku, kau patahkan, kau minta maaf?" "Mengapa kau jawab aku sekejam itu, Zainuddin? Sudah hilangkah tentang kita dari hatimu? Janganlah kau jatuhkan hukuman. Kasihanilah perempuan yang ditimpa musibah berganti-ganti ini." "Iya, demikianlah perempuan. Ia hanya ingat kekejaman orang kepada dirinya walaupun kecil dan ia lupa kekejamannya sendiri pada orang lain padahal begitu besarnya. Lupakah kau siapakah di antara kita yang kejam? Bukankah kau yang telah berjanji ketika saya diusir oleh ninik-mamakmu karena saya asalnya tidak tentu, orang hina-dina, tidak tulen Minangkabau! Ketika itu kau antarkan saya ke simpang jalan, kau berjanji akan menunggu kedatanga...

Surat Hayati

Pergantungan jiwaku, Zainuddin Sungguh besar sekali harapanku untuk bisa hidup di dekatmu. Supaya mimpi yang telah engkau rekatkan sekian lamanya bisa makbul. Supaya dapat segala kesalahan yang besar-besar yang telah kuperbuat terhadap dirimu saya tebusi. Tetapi cita-citaku itu tinggal selamanya menjadi cita-cita sebab engkau sendiri yang menutup pintu di depanku. Saya engkau larang masuk. Sebab engkau hendak mencurahkan segala dendam, kesakitan yang telah sekian lama bersarang di dalam hatimu. Lantaran membalas dendam itu, engkau ambil suatu keputusan yang maha kejam. Engkau renggutkan tali pengharapanku, padahal pada tali itu pula pengharapanmu sendiri bergantung. Sebab itu, percayalah Zainuddin bahwa hukuman ini bukan mengenai diriku seorang, bukan ia menimpa celaka kepadaku saja, tetapi kepada kita berdua. Karena saya tahu bahwa engkau masih tetap cinta kepadaku.  Zainuddin, kalau saya tak ada, hidupmu tidak juga akan beruntung. Percayalah, di dalam jiwaku ada suatu kek...

Review Salon Flaurent Jogja

Heyyyy, guys! Kali ini, saya mau review salon Flaurent Jogja yang baru saja saya kunjungi tadi. Dua tahun lalu, saya juga sempat ke sini bareng ibu, nah kali ini bareng tante. Bisa dibilang, ini salon perempuan pertama yang saya datangi dan memprakarsai hobi baru saya di Depok, yakni nyalon. Wakakaka. Tanteku memberi saran untuk mengambil paket mini yang terdiri dari body spa, hair spa, dan facial . Tiga perawatan ini bisa kalian ambil dengan merogoh kocek Rp125.000,00. Gila. Ini-murah-banget! Salon langgananku aja bisa kena biaya sekitar Rp300.000,00.

Percakapan Ponakan dan Om Tante

A: Ante, ke dokterlah. Supaya tahu sakitnya. Kasihan batuk dan menggigil terus. T: Indaklah. Ante ndak suka minum obat. A: Loh, siapa yang suruh minum obat. Ke dokter saja. R: Ha, lepas tu? Buat apa kita ke dokter, kak? A: Ya cek ajalah. Nanti kalau dikasih resep, tak usah beli kalau tak mau diminum. R: Entah apa-apa kakak ini. Haha, cengkunek. O: Ntah berkelit ke berapa hari ini. Tak mau kalah dia. A: Wah, mestilah, Om. Anak sastra mesti jago berkelit. R: Aduuuh, gimanalah suami kakak nanti itu. Ribut, lah. A: Mana pulak. Indak, lah. R: Kalau dapat yang heboh juga, wah saling berkelit nanti. Jangan sama anak sastra lagi, kak. O: Sama anak ekonomi saja, Nadia. A: Kenapa coba? O: Supaya nanti dia bisa menghitung, "Nah, sudah berkelit berapa kali istriku malam ini?" Kerjaan anak ekonomi, kan, menghitung-hitung saja, Nadia. A: Hahahahha. Alaaaah, si Om!  Medan, dalam mobil Karimun