Hari ini aku menulis tentangmu. Tak kukirim ke jejaring mana pun karena aku tak berani. Ya, aku takut kau penasaran melacak blogku dan menemukan tulisan-tulisan mengenaimu. Aku takut kau membaca perasaanku terhadapmu. Tak perlu kau tahu segalanya. Yang penting, aku selalu merekam jejak-jejak kita di ingatanku. Entah kutulis secara tersirat di status-status jejaring sosialku atau catatan ponselku. Setiap ada momen pasti kuabadikan. Jadi tenang saja, aku mudah me-recall semuanya jika kau ingin tahu awal mula perjumpaan kita hingga saat ini.
"Saya akan berterus terang kepadamu. Saya akan jujur kepadamu. Akan saya panggil kembali namamu, sebagaimana dahulu pernah saya panggilkan. Zainuddin. Saya sudi menanggung segenap cobaan yang menimpa diriku asalkan kau sudi memaafkan segenap kesalahanku." "Maaf? Kau regas segenap pucuk pengharapanku, kau patahkan, kau minta maaf?" "Mengapa kau jawab aku sekejam itu, Zainuddin? Sudah hilangkah tentang kita dari hatimu? Janganlah kau jatuhkan hukuman. Kasihanilah perempuan yang ditimpa musibah berganti-ganti ini." "Iya, demikianlah perempuan. Ia hanya ingat kekejaman orang kepada dirinya walaupun kecil dan ia lupa kekejamannya sendiri pada orang lain padahal begitu besarnya. Lupakah kau siapakah di antara kita yang kejam? Bukankah kau yang telah berjanji ketika saya diusir oleh ninik-mamakmu karena saya asalnya tidak tentu, orang hina-dina, tidak tulen Minangkabau! Ketika itu kau antarkan saya ke simpang jalan, kau berjanji akan menunggu kedatanga...
Comments
Post a Comment