Skip to main content

Menjadi skolioser

Aku bersyukur punya teman-teman yang perhatian denganku. Contohnya kemarin, aku membawa beban barang yang cukup berat. Aku membawa tas ransel, tas laptop, dan tas tangan. Tas ranselku penuh buku, tas tanganku juga penuh buku dan satu jaket, sementara tas laptopku ya berisi laptop yang beratnya...ampun, deh. Mereka membantuku membawakan laptop. Makasih banyak, ya. ♡

Ketika mau pulang...
"Nad, kamu pulang naik ojek, kan?"
"Ng, nggak tahu. Jalan kaki, mungkin?"
"Naik ojek, Naaad. Kamu tahu kosanmu sejauh itu. Lagi, ini bawaanmu banyak banget."
"Mahal banget ojek kalau dari kampus ke kosan, beda kalau sebaliknya."
"Ya gimana, tulang punggungmu kasihan. Naik ojek aja, ya?"

Akhirnya aku pulang naik ojek. Sampai kosan, tanpa basa-basi, langsung tidur padahal belum makan malam. Tulang punggungku berulah, nyeri sekali. 

Menjadi skolioser memang butuh rasa sabar.
Sabar dengan nyeri punggung yang dialami ketika duduk atau berdiri terlalu lama
Sabar dengan sesak napas yang terkadang menghampiri diri
Sabar dengan kesulitan tidur karena bingung menentukan posisi (telentang, miring kiri, atau miring kanan)
Sabar dengan nyeri punggung yang dialami ketika harus membawa beban berat
Sabar menjalani latihan-latihan peregangan 
Sabar menegakkan posisi duduk yang salah walaupun tak nyaman

Belum lagi pengalaman skolioser lain yang memakai brace, operasi, dan lain-lain.

Ayo, semangat skolioser! We are bent but not broken!
Kita harus bersinar di tengah ketidaksempurnaan. ♡

Cheers,
Nadia Almira Sagitta
Seorang skolioser berderajat 45


Comments

Popular posts from this blog

Dialog Zainuddin Hayati

"Saya akan berterus terang kepadamu. Saya akan jujur kepadamu. Akan saya panggil kembali namamu, sebagaimana dahulu pernah saya panggilkan. Zainuddin. Saya sudi menanggung segenap cobaan yang menimpa diriku asalkan kau sudi memaafkan segenap kesalahanku." "Maaf? Kau regas segenap pucuk pengharapanku, kau patahkan, kau minta maaf?" "Mengapa kau jawab aku sekejam itu, Zainuddin? Sudah hilangkah tentang kita dari hatimu? Janganlah kau jatuhkan hukuman. Kasihanilah perempuan yang ditimpa musibah berganti-ganti ini." "Iya, demikianlah perempuan. Ia hanya ingat kekejaman orang kepada dirinya walaupun kecil dan ia lupa kekejamannya sendiri pada orang lain padahal begitu besarnya. Lupakah kau siapakah di antara kita yang kejam? Bukankah kau yang telah berjanji ketika saya diusir oleh ninik-mamakmu karena saya asalnya tidak tentu, orang hina-dina, tidak tulen Minangkabau! Ketika itu kau antarkan saya ke simpang jalan, kau berjanji akan menunggu kedatanga

Surat Hayati

Pergantungan jiwaku, Zainuddin Sungguh besar sekali harapanku untuk bisa hidup di dekatmu. Supaya mimpi yang telah engkau rekatkan sekian lamanya bisa makbul. Supaya dapat segala kesalahan yang besar-besar yang telah kuperbuat terhadap dirimu saya tebusi. Tetapi cita-citaku itu tinggal selamanya menjadi cita-cita sebab engkau sendiri yang menutup pintu di depanku. Saya engkau larang masuk. Sebab engkau hendak mencurahkan segala dendam, kesakitan yang telah sekian lama bersarang di dalam hatimu. Lantaran membalas dendam itu, engkau ambil suatu keputusan yang maha kejam. Engkau renggutkan tali pengharapanku, padahal pada tali itu pula pengharapanmu sendiri bergantung. Sebab itu, percayalah Zainuddin bahwa hukuman ini bukan mengenai diriku seorang, bukan ia menimpa celaka kepadaku saja, tetapi kepada kita berdua. Karena saya tahu bahwa engkau masih tetap cinta kepadaku.  Zainuddin, kalau saya tak ada, hidupmu tidak juga akan beruntung. Percayalah, di dalam jiwaku ada suatu kekayaa

Percakapan Ponakan dan Om Tante

A: Ante, ke dokterlah. Supaya tahu sakitnya. Kasihan batuk dan menggigil terus. T: Indaklah. Ante ndak suka minum obat. A: Loh, siapa yang suruh minum obat. Ke dokter saja. R: Ha, lepas tu? Buat apa kita ke dokter, kak? A: Ya cek ajalah. Nanti kalau dikasih resep, tak usah beli kalau tak mau diminum. R: Entah apa-apa kakak ini. Haha, cengkunek. O: Ntah berkelit ke berapa hari ini. Tak mau kalah dia. A: Wah, mestilah, Om. Anak sastra mesti jago berkelit. R: Aduuuh, gimanalah suami kakak nanti itu. Ribut, lah. A: Mana pulak. Indak, lah. R: Kalau dapat yang heboh juga, wah saling berkelit nanti. Jangan sama anak sastra lagi, kak. O: Sama anak ekonomi saja, Nadia. A: Kenapa coba? O: Supaya nanti dia bisa menghitung, "Nah, sudah berkelit berapa kali istriku malam ini?" Kerjaan anak ekonomi, kan, menghitung-hitung saja, Nadia. A: Hahahahha. Alaaaah, si Om!  Medan, dalam mobil Karimun

Review Salon Flaurent Jogja

Heyyyy, guys! Kali ini, saya mau review salon Flaurent Jogja yang baru saja saya kunjungi tadi. Dua tahun lalu, saya juga sempat ke sini bareng ibu, nah kali ini bareng tante. Bisa dibilang, ini salon perempuan pertama yang saya datangi dan memprakarsai hobi baru saya di Depok, yakni nyalon. Wakakaka. Tanteku memberi saran untuk mengambil paket mini yang terdiri dari body spa, hair spa, dan facial . Tiga perawatan ini bisa kalian ambil dengan merogoh kocek Rp125.000,00. Gila. Ini-murah-banget! Salon langgananku aja bisa kena biaya sekitar Rp300.000,00.