Skip to main content

Apa-apa dimediasosialin: Anak

Sedang tren, ya.
Baru nikah, banjir foto di Facebook. Jangankan foto, banjir status-status romantis pun ada. Kadang malah mengirim postingan di dinding satu sama lain disertai embel-embel kata sayang, cinta, dan segala macam. 

Padahal, percakapan semacam itu bisa diobrolkan di ruang obrolan. Ada kolom chat
Baru punya anak, banjir foto di Facebook. Terkadang aku merasa kasihan dengan anaknya. Dikit-dikit terpapar kamera. Gimana kalau ada pihak yang menggunakan foto anakmu secara tak bertanggung jawab? Gimana kalau ada penculik anak di luar sana diam-diam sedang menandai anakmu? Foto yang dibagikan juga bermacam-macam bentuknya. Ada foto bayi yang lagi digendong, ada yang lagi tidur, ada foto bayi yang lagi mandi (jelas tanpa baju). Ini, nih, yang mau dikritik. Apa kamu pernah minta izin sama bayimu untuk mengunggah foto-fotonya yang tak mengenakan pakaian itu? Jelas nggak, kan. Menurut artikel yang kubaca dari situs luar negeri, always put consent first. Jangan mengunggah sembarang foto jika ia masih terlalu kecil. Ada, lho, orang tua yang benar-benar strict dengan hal ini.

Tak hanya foto, para ibu juga sering membuat percakapan khayali dengan anaknya yang belum kenal A-B-C. Atau membuat percakapan dengan jabang bayi yang masih di dalam perut. Entah ya, bukannya bermaksud jahat, tetapi aku benar-benar tertawa saat membacanya. Aku sebenarnya nggak masalah dengan percakapan tersebut kalau terjadi di rumah, bukannya di ruang publik. Wkwkkw. Jadi lucu pas ada percakapan-sok-unyu macam itu nampang di Facebook. It's like... do we really care?

Okay, somebody's being so sarcastic here! Hear, hear. Maybe someday you'll become one of those moms, Nad? So don't criticize them like that! 

Haha maaf. Aku sadar, kok, aku juga suka curhat di jejaring sosial. Berbagi ketertarikan pada bidang-bidang tertentu, tempat tertentu, dan lain-lain. Aku biasanya nggak rewel, kok, dengan orang-orang yang curhat di jejaring sosialnya. Akan tetapi, entah mengapa untuk hal satu ini aku menaruh perhatian. Miris aja segala-galanya sudah dimediasosialin. Where's privacy right now? Okelah itu anakmu, you can do anything you want to him/her. Cuma... ya itu tadi. Pertimbangkanlah hal-hal mana yang dianggap perlu dan mana yang tidak. Jangan lupa untuk menjaga perasaan teman-temanmu yang belum menikah dan yang belum dikaruniai anak. Begah nggak, sih, baca postingan yang bernada sama tiap hari? Ya kalau aku, sih, begah. 

Salam,
Nadia Almira Sagitta

Comments

Popular posts from this blog

Dialog Zainuddin Hayati

"Saya akan berterus terang kepadamu. Saya akan jujur kepadamu. Akan saya panggil kembali namamu, sebagaimana dahulu pernah saya panggilkan. Zainuddin. Saya sudi menanggung segenap cobaan yang menimpa diriku asalkan kau sudi memaafkan segenap kesalahanku." "Maaf? Kau regas segenap pucuk pengharapanku, kau patahkan, kau minta maaf?" "Mengapa kau jawab aku sekejam itu, Zainuddin? Sudah hilangkah tentang kita dari hatimu? Janganlah kau jatuhkan hukuman. Kasihanilah perempuan yang ditimpa musibah berganti-ganti ini." "Iya, demikianlah perempuan. Ia hanya ingat kekejaman orang kepada dirinya walaupun kecil dan ia lupa kekejamannya sendiri pada orang lain padahal begitu besarnya. Lupakah kau siapakah di antara kita yang kejam? Bukankah kau yang telah berjanji ketika saya diusir oleh ninik-mamakmu karena saya asalnya tidak tentu, orang hina-dina, tidak tulen Minangkabau! Ketika itu kau antarkan saya ke simpang jalan, kau berjanji akan menunggu kedatanga...

Surat Hayati

Pergantungan jiwaku, Zainuddin Sungguh besar sekali harapanku untuk bisa hidup di dekatmu. Supaya mimpi yang telah engkau rekatkan sekian lamanya bisa makbul. Supaya dapat segala kesalahan yang besar-besar yang telah kuperbuat terhadap dirimu saya tebusi. Tetapi cita-citaku itu tinggal selamanya menjadi cita-cita sebab engkau sendiri yang menutup pintu di depanku. Saya engkau larang masuk. Sebab engkau hendak mencurahkan segala dendam, kesakitan yang telah sekian lama bersarang di dalam hatimu. Lantaran membalas dendam itu, engkau ambil suatu keputusan yang maha kejam. Engkau renggutkan tali pengharapanku, padahal pada tali itu pula pengharapanmu sendiri bergantung. Sebab itu, percayalah Zainuddin bahwa hukuman ini bukan mengenai diriku seorang, bukan ia menimpa celaka kepadaku saja, tetapi kepada kita berdua. Karena saya tahu bahwa engkau masih tetap cinta kepadaku.  Zainuddin, kalau saya tak ada, hidupmu tidak juga akan beruntung. Percayalah, di dalam jiwaku ada suatu kek...

Review Salon Flaurent Jogja

Heyyyy, guys! Kali ini, saya mau review salon Flaurent Jogja yang baru saja saya kunjungi tadi. Dua tahun lalu, saya juga sempat ke sini bareng ibu, nah kali ini bareng tante. Bisa dibilang, ini salon perempuan pertama yang saya datangi dan memprakarsai hobi baru saya di Depok, yakni nyalon. Wakakaka. Tanteku memberi saran untuk mengambil paket mini yang terdiri dari body spa, hair spa, dan facial . Tiga perawatan ini bisa kalian ambil dengan merogoh kocek Rp125.000,00. Gila. Ini-murah-banget! Salon langgananku aja bisa kena biaya sekitar Rp300.000,00.

Percakapan Ponakan dan Om Tante

A: Ante, ke dokterlah. Supaya tahu sakitnya. Kasihan batuk dan menggigil terus. T: Indaklah. Ante ndak suka minum obat. A: Loh, siapa yang suruh minum obat. Ke dokter saja. R: Ha, lepas tu? Buat apa kita ke dokter, kak? A: Ya cek ajalah. Nanti kalau dikasih resep, tak usah beli kalau tak mau diminum. R: Entah apa-apa kakak ini. Haha, cengkunek. O: Ntah berkelit ke berapa hari ini. Tak mau kalah dia. A: Wah, mestilah, Om. Anak sastra mesti jago berkelit. R: Aduuuh, gimanalah suami kakak nanti itu. Ribut, lah. A: Mana pulak. Indak, lah. R: Kalau dapat yang heboh juga, wah saling berkelit nanti. Jangan sama anak sastra lagi, kak. O: Sama anak ekonomi saja, Nadia. A: Kenapa coba? O: Supaya nanti dia bisa menghitung, "Nah, sudah berkelit berapa kali istriku malam ini?" Kerjaan anak ekonomi, kan, menghitung-hitung saja, Nadia. A: Hahahahha. Alaaaah, si Om!  Medan, dalam mobil Karimun