Skip to main content

Tuan X dan Nona Y

Aku memimpikan sepasang sahabat malam ini. Si lelaki bertubuh tegap, tinggi, dan kurus, sementara wanitanya semampai, langsing, dan anggun.
 
Keduanya sudah bersahabat selama lima tahun. Mereka cukup mengenal satu sama lain. Ada banyak hal yang sudah menjadi pengetahuan bersama bagi mereka berdua. Contohnya, Tuan X penganut jam karet serta pelupa. Sikapnya itu terkadang membuatnya ingkar janji dan membuat Nona Y yang perfeksionis dan tepat waktu gemas sekali. Akan tetapi, kekurangan Tuan X tertutupi oleh sikapnya yang selalu dapat membuat Nona Y tertawa. Diam-diam, Nona Y jatuh cinta. 
 
"Tidak. Kau tidak dapat menyukai sahabatmu sendiri!"
"Apa boleh buat, dia pria idaman setiap wanita. Well, di luar sikapnya yang tukang telat itu, ya. Dia pantas dikoleksi sebagai kawan sepanjang masa."

Suara hati Nona Y ricuh sekali. Ia sibuk menepis kenyataan bahwa ia jatuh hati.
 
Suatu ketika, Tuan X berjanji pada Nona Y untuk mentraktirnya makan siang sebagai perayaan atas sesuatu. Nona Y senang. Ia berdandan sejak pukul 09.00, sementara janji mereka pukul 12.00. Padahal, ini bukanlah makan siang bersama pertama antara mereka. Tuan X sering mengajak Nona Y berjalan-jalan dan makan bersama. Dan hampir selalu ia yang membayar walaupun Nona Y, yang mandiri, dapat membayar pesanannya sendiri.
 
Pukul 12.45
"Kau di mana? Aku sudah duduk di dalam restoran sejak pukul 12.00."
"Astaga, Y. Maafkan aku. Aku baru saja terbangun beberapa saat lalu. Ini aku sedang berpakaian. Tak lama, tunggu sebentar."
"Benar, ya, jangan lama. Waitress-nya sejak tadi memandangiku terus karena aku belum memesan apa-apa."
"Hahaha, hati-hati kau diterkam!"
"Ayo buruan! Lima belas menit, ya."
*click*

Pukul 13.15
Finally, he showed up! Rambutnya sedikit berantakan, napasnya terengah-engah karena tadi kulihat ia setengah berlari, sementara bahu jas dan celana panjangnya berkerut di sana-sini. Ah, pasti belum disetrikanya.
"Maaf, maaf, aku terlambat. Wah, rupanya kau sudah memesankan aku teh leci. Terima kasih. Tadi di jalan..."

Hhh, here we go again. X selalu saja begini, batin Nona Y.

"Mengapa cemberut saja, Y? Makanannya kurang enak, ya? Maaf, aku belum pernah ke sini jadi aku tak tahu..."
"Bukan. Aku kesal saja kau masih terlambat. Ini hari peringatan lima tahun persahabatan kita, X. Masakan kau lupa."

Aku bahkan berdandan tiga jam hari ini, sementara kau muncul dengan acakadul, batin Nona Y.

"Tidak, tentu aku tidak lupa. Semalam aku hanya begadang nonton pertandingan."

Jadi, bola lebih penting daripada aku? keluh Nona Y dalam hati.

"Maaf, Y. Maaf sekali. I'll make it up to you." ucap Tuan X sembari menggenggam jemari Nona Y. Kemudian, Tuan X menampakkan puppy eyes andalannya hingga Nona Y tak kuasa menolak. "Baiklah, baiklah. Another time please be punctual, okay?" "I will, Madame!" Lalu mereka tergelak bersama dan menyelesaikan makan siang yang sempat tertunda.

Empat hari kemudian.
"Hari ini kita makan malam bareng, ya. Ada restoran yang baru buka di daerah T. Rekomendasi di internet bagus jadi kupastikan kita tak akan kecewa."

Tadi adalah chat Line dari Tuan X. Nona Y menggeliat sekali lagi sebelum turun dari tempat tidur. Hari ini hari Sabtu, perkantoran libur. Sementara itu, malam nanti malam Minggu, pusat perbelanjaan dan restoran pasti penuh sesak. "Kuharap X tidak lupa membuat reservasi," bisik Nona Y.

Nona Y naik taksi ke restoran yang dituju. Malam ini ia tampil elegan dengan LBD-nya. You know, little black dress. Gaun wajib yang harus ada di lemari setiap wanita. Seturunnya ia dari taksi, Nona Y terpukau. Wow, restoran ini menakjubkan. Jalan masuk menuju restoran ini dihiasi oleh cahaya temaram lilin dan bebungaan. Sayup-sayup terdengar alunan suara penyanyi jazz dan suara saksofon dari dalam restoran. Romantis, belum pernah ia membawaku kemari, pikir Nona Y. Di tikungan jalan, muncullah Tuan X. Berdiri tegap membawa sepuluh balon merah, dua di antaranya berbentuk hati. Ia tampak serasi dengan tuksedo dan sepatu hitamnya.

Dalam pandangan Nona Y, hari itu Tuan X memiliki nilai sembilan. Ia tak menyangka Tuan X akan membalas kekurangannya di pertemuan lalu dengan cara seperti ini. Tuan X membawanya ke suatu restoran dengan ambience favorit Nona Y, berpakaian rapi sesuai bayangan Nona Y. Ia juga bersikap manis dengan membawakan balon berwarna kesukaan Nona Y. Merah hati. Kau bisa bayangkan betapa berbunga-bunganya hati Nona Y.

Saat itu Nona Y sangat berharap Tuan X berlutut di hadapan Nona Y lalu memintanya untuk menikahinya. Alih-alih mengucapkan, "Will you marry me?" Tuan X menatap Nona Y dan berujar, "Shall we?"

"Kau dapat ide dari mana, X? Tumben sekali..."
"Hahaha, kan sudah kubilang I'll make it up to you. Kesempatan kedua tak boleh disia-siakan, bukan? Besides, hari ini spesial bagi kita dan juga bagiku."
"Apa itu?"
"Nanti kuceritakan. Yuk, masuk."

Nona Y memiliki sejuta tanya atas maksud percakapan Tuan X barusan. Akan tetapi, ia memilih bungkam dan membiarkan Tuan X bercerita dengan sendirinya. Makan malam hari itu berjalan baik-baik saja. Percakapan mengalir lancar dan candaan-candaan Tuan X selalu terlontar. Tuan X tak menyadari ada rona merah samar pada pipi Nona Y acapkali ia membuat kontak mata dengan Nona Y atau menyentuh jemari Nona Y. Setelah candaan-candaan itu berakhir, Tuan X memberitahukan kabar bahagianya. Ia merunduk dan mengambil sesuatu dari tasnya. Jangan-jangan itu cincin! Oh my, aku tidak siap! jerit Nona Y dalam hati. Ah, ternyata, alih-alih sekotak cincin, Tuan X mengangsurkan sepucuk undangan. Tuan X memberikan undangan tersebut dengan wajah berseri-seri diliputi kekhawatiran karena baru memberitahu Nona Y perihal wanita idamannya. Tiba-tiba bulan depan adalah hari pernikahannya saja. Maka dari itu, Tuan X memohon maaf sebesar-besarnya pada Nona Y.

"Semoga kau tidak marah padaku, Y. Setelah aku nikah nanti, kita masih bisa asyik bersahabat seperti ini, bukan?"

Nona Y mendadak tuli. Telinganya menutup suara-suara semenjak Tuan X mengangsurkan undangan pernikahan padanya.

Kau tahu hati Nona Y hancur, bukan?

Comments

Popular posts from this blog

Dialog Zainuddin Hayati

"Saya akan berterus terang kepadamu. Saya akan jujur kepadamu. Akan saya panggil kembali namamu, sebagaimana dahulu pernah saya panggilkan. Zainuddin. Saya sudi menanggung segenap cobaan yang menimpa diriku asalkan kau sudi memaafkan segenap kesalahanku." "Maaf? Kau regas segenap pucuk pengharapanku, kau patahkan, kau minta maaf?" "Mengapa kau jawab aku sekejam itu, Zainuddin? Sudah hilangkah tentang kita dari hatimu? Janganlah kau jatuhkan hukuman. Kasihanilah perempuan yang ditimpa musibah berganti-ganti ini." "Iya, demikianlah perempuan. Ia hanya ingat kekejaman orang kepada dirinya walaupun kecil dan ia lupa kekejamannya sendiri pada orang lain padahal begitu besarnya. Lupakah kau siapakah di antara kita yang kejam? Bukankah kau yang telah berjanji ketika saya diusir oleh ninik-mamakmu karena saya asalnya tidak tentu, orang hina-dina, tidak tulen Minangkabau! Ketika itu kau antarkan saya ke simpang jalan, kau berjanji akan menunggu kedatanga

Surat Hayati

Pergantungan jiwaku, Zainuddin Sungguh besar sekali harapanku untuk bisa hidup di dekatmu. Supaya mimpi yang telah engkau rekatkan sekian lamanya bisa makbul. Supaya dapat segala kesalahan yang besar-besar yang telah kuperbuat terhadap dirimu saya tebusi. Tetapi cita-citaku itu tinggal selamanya menjadi cita-cita sebab engkau sendiri yang menutup pintu di depanku. Saya engkau larang masuk. Sebab engkau hendak mencurahkan segala dendam, kesakitan yang telah sekian lama bersarang di dalam hatimu. Lantaran membalas dendam itu, engkau ambil suatu keputusan yang maha kejam. Engkau renggutkan tali pengharapanku, padahal pada tali itu pula pengharapanmu sendiri bergantung. Sebab itu, percayalah Zainuddin bahwa hukuman ini bukan mengenai diriku seorang, bukan ia menimpa celaka kepadaku saja, tetapi kepada kita berdua. Karena saya tahu bahwa engkau masih tetap cinta kepadaku.  Zainuddin, kalau saya tak ada, hidupmu tidak juga akan beruntung. Percayalah, di dalam jiwaku ada suatu kekayaa

Percakapan Ponakan dan Om Tante

A: Ante, ke dokterlah. Supaya tahu sakitnya. Kasihan batuk dan menggigil terus. T: Indaklah. Ante ndak suka minum obat. A: Loh, siapa yang suruh minum obat. Ke dokter saja. R: Ha, lepas tu? Buat apa kita ke dokter, kak? A: Ya cek ajalah. Nanti kalau dikasih resep, tak usah beli kalau tak mau diminum. R: Entah apa-apa kakak ini. Haha, cengkunek. O: Ntah berkelit ke berapa hari ini. Tak mau kalah dia. A: Wah, mestilah, Om. Anak sastra mesti jago berkelit. R: Aduuuh, gimanalah suami kakak nanti itu. Ribut, lah. A: Mana pulak. Indak, lah. R: Kalau dapat yang heboh juga, wah saling berkelit nanti. Jangan sama anak sastra lagi, kak. O: Sama anak ekonomi saja, Nadia. A: Kenapa coba? O: Supaya nanti dia bisa menghitung, "Nah, sudah berkelit berapa kali istriku malam ini?" Kerjaan anak ekonomi, kan, menghitung-hitung saja, Nadia. A: Hahahahha. Alaaaah, si Om!  Medan, dalam mobil Karimun

Review Salon Flaurent Jogja

Heyyyy, guys! Kali ini, saya mau review salon Flaurent Jogja yang baru saja saya kunjungi tadi. Dua tahun lalu, saya juga sempat ke sini bareng ibu, nah kali ini bareng tante. Bisa dibilang, ini salon perempuan pertama yang saya datangi dan memprakarsai hobi baru saya di Depok, yakni nyalon. Wakakaka. Tanteku memberi saran untuk mengambil paket mini yang terdiri dari body spa, hair spa, dan facial . Tiga perawatan ini bisa kalian ambil dengan merogoh kocek Rp125.000,00. Gila. Ini-murah-banget! Salon langgananku aja bisa kena biaya sekitar Rp300.000,00.