Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2016

Review Lipstik Pensil Just Miss J-39

Lipstik Just Miss ini sebenarnya sudah lama kulihat bertengger di stan pernak-pernik sekitaran Detos. Ia berjejer dengan lipstik Kissproof dan beberapa merk lain. Sayangnya, aku tidak mudah percaya dengan produk yang dijual di stan pinggiran. Penyebabnya adalah aku pernah melihat kosmetik NARS, NYX, Urban Decay, dan MAC yang notabene palsu dijual di situ. Ya jelas palsulah, masa NAKED Urban Decay dijual cuma puluhan ribu? Harga aslinya Rp700.000,00 mamen. Entah apa kandungan kimia yang digunakan dalam produk abal itu. Semenjak itu, aku melabeli semua kosmetik stan pernak-pernik sebagai produk abal, termasuk si Just Miss. Huhuhu, maafkan aku. :( Perkenalanku dengan si Just Miss bermula dari vlog Suhayla Salim . Beberapa waktu ini aku mengikuti kanal video si Suhay Salim. Aku suka gaya dia mengulas produk-produk kecantikan. Santai ala di pantai gitu, deh. Nah, dari video tersebut, aku baru tahu Just Miss merupakan produk asli Indonesia dan mengeluarkan berbagai jenis kosmetik, seper...

Padanan swatch: ulas, oles, pulas, atau poles?

Pagi tadi iseng memosting koleksi makeup yang rata-rata didominasi lipstik di Instagram. Ahaha, iya, aku penggemar makeup. Aku suka membaca dan menulis ulasan produk makeup . Nah, sejauh aku memantengi berbagai ulasan makeup, khususnya lipstik, di berbagai blog, ternyata banyak sekali istilah asing yang digunakan. Malam ini aku akan membahas satu saja kata asing, yakni swatch. Contoh kalimat: "Gue, sih, mesti dua sampai tiga kali swatches supaya warnanya keluar." "Ini swatches lengkap lipstik Purbasari di tanganku, ya!" Swatch. Aku galau menentukan kata yang pas. Sejauh ini, aku menemukan empat kata yang digunakan beberapa beauty blogger, untuk memadankan swatch, yakni ulas, pulas, oles, dan poles. Nah lho! Hehehe. Mau tak mau, aku kembali ke KBBI. ulas v mengusap v memberikan penjelasan dan komentar n sarung FIXED ulas dicoret! oles v melumur, melumas Hmm, mari kita cek komponen makna lumur! lumur v bergelimang dng (lumpur...

Menolak Move On

Melihatmu di mana-mana. Mendengarmu di riuh-rendah keramaian. Merasakanmu di bawah lampu jalan, malam hari. Terkadang memang ada hati yang menolak move on. Ada lakrimal yang menolak kering. Ada amigdala yang hobi memutar kenangan. Ada kaki yang enggan beranjak dari gelembung masa lalu. Barangkali terlampau indahnya sampai menolak keindahan lain-lain di depan mata. Atau mungkin sudah tumpah habis perasaannya tercurah sampai khawatir tak akan ada lagi lain-lain yang menyamai.

Diingat selalu

T: Ada perkembangan? S: Tidak ada. T: Ih, seharusnya apa kek! S: Lagipula, saat itu obrolanku tak penting. T: Loh, tetapi tetap saja. Kalau nggak menanggapi yang itu, nggak apa. Tapi ini...dia tahu nggak, sih, kamu harus melakukan hal itu? S: Iya, dia tahu. T: Dia sungguhan minus. S: Bisa jadi lupa. T: Ahaha, ya. Suka gitu, ya, emang. Gimana, ya? Kita juga tak bisa memaksa agar diingat selalu, kan. S: Kau benar. Kita tak bisa memaksa agar diingat selalu.

Yang baru, tanpa kamu

Menyentuh ratusan yang baru. Tanpa kamu di sana. Tidak ada kamu meskipun sudah berulangkali aku menanti dan mengecek kolom notifikasi. Nihil. Akan tetapi, apakah aku berhenti memosting tulisan? Tentu tidak. Kamu bukanlah alasan utamaku menulis, meskipun hadirnya dirimu turut memberi secercah semangat untukku agar buru-buru menulis lagi. Postinganku tetap beredar di media sosial, dengan atau tanpa kamu. Postinganku tetap memberikan pengaruh bagi yang lain, ada atau tiada kamu. Postinganku tidak berhenti lantaran kamu menghilang dari muka bumi. Atau setidaknya, pura-pura mati dan bersembunyi. Sudah berapa kali aku kalah-menyerah. Kali ini aku tak sudi lagi. Harus kutunjukkan bahwa aku juga bisa mengatasi kekalutan yang kamu timbulkan. Harus kutunjukkan bahwa perempuan tidak selamanya kalah oleh perasaan lantaran mereka makhluk perasa. Cukup, cukuplah sudah hari-hari kemarin. PS: Aku rindu, selalu. Sayang, aku tak bisa mengutarakannya langsung padamu. Lewat sini saja, ya? Mudah-mudaha...

Menculikmu

Aku ingin sekali membawamu pulang. Menculikmu satu kali saja, seharian. Apabila sampai kesempatan itu, tak akan kusia-siakan. Akan kuceritakan semua-mua cerita mengenai engkau yang kurangkai sendiri setiap berjalan kaki, mengenai bunga-bunga tidur yang menyangkutkan wajahmu, mengenai semua yang terpendam, tetapi tak terkubur. Setelah itu, pergi tidaknya aku, tergantung engkau saja. "I'll take you home, just wanna take you home." (Kita Sama-sama Suka Hujan)

Lekas sembuh, Tuan!

Kata mereka, kamu sakit. Sependengaranku, sakitmu bertambah parah. Kamu kenapa tidak pernah bercerita? Apa mungkin kamu tidak sepertiku, ya, yang sedikit-sedikit cerita bin curhat di media sosial? Hm, bisa jadi. Lekaslah sembuh, kamu. Maaf, aku belum bisa menjenguk. Aku...walaupun sudah beberapa tahun ini lepas kontak darimu, sungguhnya juga menaruh khawatir tatkala kuketahui dirimu terbaring sakit. Bagaimanapun, kamu sempat menjadi poros hidupku di kampus dulu. Haha, poros. Aku masih ingat betapa dulu harap-harap cemas menanti balasan atau komentarmu. Masih ingat hangatnya pipiku tatkala mendengar suaramu atau menangkap refleksimu di kaca. Masih ingat bagaimana jantungku berdegup kencang tatkala mataku mendapati matamu. Tak banyak orang yang dapat membuatku jatuh cinta sedemikian sederhana. Tanpa banyak ucap apalagi janji. Tanpa banyak kata apalagi tindakan.

Jadi pacar?

Pagi ini aku tertidur. Tepat setelah sarapan dan menonton video. Kurasakan kepalaku berat dan badanku lelah maka aku langsung memalingkan wajah dari gadget lalu meraih bantal guling. Selama terpejam, aku bermimpi. Mimpinya menegangkan sekali, sungguh! Aku dan kelima temanku sedang dalam misi memecahkan suatu rahasia. Dikejar-kejar musuh. Di akhir mimpiku, tiba-tiba ada kamu. Kamu tiba-tiba mengirimiku pesan, "Nadiaaaa, aku bahagia banget jadi pacar kamu!" Kamu mengirimiku pesan sampai tiga kali yang isinya serupa. Kamu bahagia karena jadi pacarku. Err, really? Kita pacaran? Di tengah kebingunganku karena tahu-tahu ada orang yang menyergap masuk dan membuat kami berenam menahan napas, kamu membuatku kehilangan kata-kata. Pacar? Sejak kapan? Belum sempat pesanmu kubalas, aku terbangun. Dadaku naik-turun karena syok. Napasku memburu, tak teratur. Ah, kamu. Mengapa kerap kali main ke mimpiku?

Dilema: Minang atau Jawa?

Menjadi anak campuran dua suku yang berbeda itu sulit. Ditambah lagi apabila anak itu besar di kota yang bukan kampung halamannya. Semisalnya aku, keturunan Padang dan Jawa yang dibesarkan di Makassar. Bingung juga menyebut diri sebagai orang Padang atau Jawa, soalnya aku tidak tahu apa-apa. Berkunjung ke Tanah Padang saja belum pernah sebab semua keluarga ayah bermukim di Medan. Mengetahui bahasa Minang saja aku tidak, boro-boro budayanya. Sama saja dengan Jawa. Mungkin untuk yang satu ini aku sedikit lebih tahu sebab sering pulang ke Jogja. Tapi, apakah fasih berbahasa Jawa? Tidak juga. Namun, untuk urusan wisata Jogja, aku sedikit lebih tahu daripada diminta merekomendasikan wisata sekitar Medan atau Padang. Sesungguhnya, aku lebih merasa Jawa daripada Minang. Entah kenapa lebih tertarik saja kepada kebudayaan Jawa. Padahal, baik ayah maupun ibu, tak ada yang mengenalkan kebudayaan mereka padaku. Ya, aku cari tahu sendiri melalui karya sastra, berita, atau cerita keluarga. ...

Separate Lives

After contemplate myself tonight, I come to one conclusion... You'll be happier without me, I guess, and I will too. I looked at someone profile, by the way. She's changing to a better person. What about me? I cannot deny that I'm happier than before since I know you, but in the other hand, I feel myself decreasing in some way. I don't blame you, I blame myself. Honestly, I want to think and focus on another stuffs other than love. I want to do something different. I want to involve in communities. For now, I just can't. It'll be much easier for me and you to live our separate lives, don't you think? Maybe we can do and reach much more than today. Ah. I don't know. I don't know to handle my feeling. I don't know anything.

Seminggu dengan Erha

H+7 menggunakan produk Erha. Well, what can I say? Yang sudah terjadi selama minggu pertama ini adalaaaah tanganku yang gatal memencet jerawat. Oh, Tuhan! Padahal, dokter jelas melarang pasien memegang dan memencet jerawat. Maaf, dok, tanganku usil sekali. Takkan kuulangi. Hal lain yang terjadi adalah tercicipnya krim itu oleh lidahku. Jangan bayangkan aku sengaja menjilat krim itu, ya. Ceritanya, sehabis aku mengoleskan krim Erha, aku makan roti. Eh, ternyata jariku mengenai lidah. Luar biasa pahit, Saudara! Padahal, aku sudah mengelapnya dengan tisu. Aku jadi penasaran sebanyak apakah bahan kimia dalam satu krim. ( ._.) Hm, di samping kekonyolan itu, aku menemukan perubahan pada wajahku. Satu, jerawatku yang besar sedikit mengempes. Dua, tahu-tahu ada bruntusan baru di rahang kiriku. Tiga, krim belum memberikan efek pada bruntusanku--sebut itu jerawat kecil--yang lama. Empat, kulit wajahku menjadi sedikit kenyal which I love!  Menurutku, ini perubahan yang cukup baik ya,...

Biru

Kau tahu, aku menyukai biru. Betapapun banyaknya koleksi baju merah jambuku, aku tetap tak dapat beralih dari biru. Biru tua, muda, navy, aqua, turquoise, toska, semua kusuka. Aku tak menafikan kesukaanku pada senja, tetapi aku pun suka langit yang membiru di pagi hari juga malam hari. Aku memilih laut ketimbang gunung karena laut menawarkan biru yang indah. Aku suka melihat warna laut dan langit yang seolah menyatu karena memantulkan warna yang serupa. Aku suka laut, sepaket dengan ombak dan pasirnya, walaupun aku tak pandai berenang. Aku menyukai kamu yang telah membuat hatiku lebam-lebam membiru. Memang tidak selalu biru, terkadang ada warna kuning juga warna merah yang bersemu, tetapi masih dominan biru. Sebab, setelah semua warna-warna itu, kau meninggalkanku bermonolog sendirian. Sibuk menerka-nerka perasaan, menimbang-nimbang hal yang mesti dilakukan kemudian, dan mempersiapkan raga bila harus terjerembap jatuh untuk kali ke sekian. Dan, perasaan itu kuterjemahkan den...

Friendzone and DTR

Read this first. Wow, just...wow. The responses are really something! Like, I wish I read it sooner. I always love to talk about relationship, either my friends told me about their love stories or I'm in that relationship myself. From what I've just read (and my experiences also), do not ever think your crush is giving you mixed signals 'cause maybe they don't mean to give you signals at all. Expectations crash you. Also, if you have told your crush that you have feelings for him/her beyond friendship and they reject you, maybe you'll need to go away from them for a while. Don't give him/her a chance to string you! Heartbroken needs time to heal. Ofc, you can't move on if he/she still in your closest circles. Yes, yes, it's hard and painful, I know. All rejection is painful even if it's being told in a very kind way. And if you are the one who is being told by somebody that they love you, please do not string their feeling. If you do not love the...

Hujan dan pikiran tentang kau

Malam ini, aku bergelung di bawah selimut. Di luar hujan deras dan aku kedinginan. Juga belum makan, maka dari itu aku lemas. Aku ingat, kau tidak pernah suka aku mengulur waktu makan. Sebelum kau menceramahiku, perlu kuberi tahu bahwa di luar hujan deras dan payungku hilang. Aku tak bisa ke mana-mana selain berbaring diam-diam di kamar menikmati sesuara air beradu dengan batu. Kubiarkan penyanyi favoritku melantunkan lagu, menyelinap masuk di tengah-tengah kecipak air. Aku bersama hujan, lagu, dan ponsel genggam yang tak penuh-penuh. Charger- ku rusak lagi. Entah ini salahku atau salah charger yang palsu. Akan tetapi, aku belum ingin mengganti dengan yang baru. Biarkan lebih lama dalam genggaman, sebagaimana engkau yang masih berada dalam relung hati dan pikiran. Malam ini dingin dan sepi sekali. Andai kau di sini, mungkin malam takkan sehening ini. Mungkin aku takkan menggigil kedinginan sebab hatiku menghangat. Jika pun hujan tak hendak menghentikan rinainya tatkala kau di si...

Andai-andai indah

Katakan aku bodoh karena telah berani mengandai-andaikan kau benar suka padaku. Benar atau tidaknya, aku pun tak peduli. Yang kumasalahkan hanya perasaanku seorang. Jikalau gayung bersambut, tentunya kisah ini 'kan berakhir suka cita, bukan duka lara seperti yang dulu-dulu. Jika pun tak berakhir dengan kejelasan, paling-paling hanya tergantung seperti gagang telepon yang jatuh terayun-ayun tatkala sang penerima telepon mendapat kiriman kabar buruk.

Kepribadian

Bagaimana kepribadianku? Am I extrovert? Am I introvert? Am I too sensitive? Aku sendiri masih menebak-nebak label yang pas denganku. Kadang, kepribadianku sulit diterka dan dipahami orang lain. Ya, ini sedikit kacau karena aku sendiri sulit menjelaskan apa yang kurasakan. Aku selalu mau orang lain mengerti dan memaklumi pribadiku dengan sendirinya. Aku hobi merajuk Aku cepat tersinggung Aku mudah menangis Aku tidak suka konflik Aku bisa dengan mudah menebak pribadi seseorang. Aku bisa menjadi teman cerita yang menyenangkan. Juga pendengar yang cukup baik. Aku punya tingkat kepekaan yang berlebih. Aku senang berbagi cerita apa saja pada orang lain. Aku dan aku. Selalu menyenangkan mengenali diri sendiri. Coba daftarkan semua sifat baik dan burukmu yang kau tahu. Get to know yourself is a relief, in my opinion. Melegakan, apalagi ketika banyak pikiran yang berkecamuk. :) So, what is your personality? Cheers, Nadia Almira Sagitta

Konsultasi Pertama di Erha Clinic Jogja

Jumat, 9 September 2016, Bunda mencari tahu soal klinik kecantikan. Aku merekomendasikan Erha walaupun belum pernah ke sana. Aku sudah "terjual" oleh jejeran dokter Sp.KK yang bekerja di sana dan ulasan-ulasan mengenai Erha dari para beauty blogger . Sudah lama aku penasaran mencoba Erha, tetapi budget belum memadai. Dengar-dengar, uang yang kamu keluarkan dalam konsul pertama bisa melebihi Rp500.000,00 karena banyaknya produk yang mesti kamu gunakan. Wowowow, benarkah itu? Yuhu, yuk bahas di sini! Berhubung kami sedang di Jogja, kami menuju Erha Derma Center di Jln. Supadi, Kotabaru. Klinik Erha yang ini merupakan relokasi dari klinik di Jln. Monjali. Catat ya, lokasinya sudah pindah. Kami disambut satpam dan ditanya apakah sudah pernah berkonsultasi di sini. Karena belum pernah, kami mengisi formulir pasien baru. Setelah itu, kami menunggu nomor antrean registrasi. Ternyata, satu nomor bisa untuk dua orang (aku sama Bunda).

Terjangkit

Hari ini melihat beberapa fotomu lagi dan aku dilanda cemburu yang teramat sangat. Betapa foto lama sangat mempengaruhi kondisi hati yang terjangkit rindu. Ah, bagaimana? Serindu itu aku padamu, tetapi tak bisa disalurkan dalam kata-kata. Aku tak siap bila kau tak menyambut sapaan "Aku kangen," dariku. Aku tak siap bila nyatanya kau merindukan orang lain. Aku tak siap bila kau menganggapku biasa saja, sementara aku menganggapmu lebih dari sekadar biasa. Aku rindu. Akan tetapi, aku tak tahu bagaimana engkau padaku. -- "Peluklah diriku dan jangan kau lepas," terputar berulang-ulang.