Sudah lama kehilangan pegangan
Kehilangan manisnya ibadah
Kehilangan semuanya
Sejak bertemu kau saat itu, aku melupakan semua yang aku punya. Kukesampingkan izzah dan iffahku sendiri demi berlama-lama denganmu. Sampai hari ini kutahu, setelah disadarkan untuk kesekian kalinya, semua sia-sia. Kau tak pernah peduli sudah seberapa jatuh aku di hadapan Allah. Kau tak pernah peduli sudah seberapa tergores citraku sebagai seorang perempuan, yang katanya taat. Yang kau tahu, kau senang menghabiskan waktu denganku dan aku pun senang menghabiskan waktu denganmu. Sampai tiba masa kita kehilangan bahan cerita, kau pergi tanpa mau tahu perih dan lukaku.
Maka hilanglah cahaya dari dalam diriku. Kau cahaya semu yang penuh tipu. Aku terbingung-bengong sendiri menghadapi hari-hari. Kadang melamun, kadang menangis. Seolah kehilangan sandaran jiwa, padahal Tuhan sangatlah dekat di urat nadi.
Hal ini tidak bisa dibiarkan lama-lama. Jika ingin bangkit, haruslah dimulai dari diri sendiri. Hari ini aku kembali ke majelis ilmu. Bertemu kakak yang lama dirindukan. Kembali membaca huruf unik meliuk yang lama kutinggalkan. Katanya, jika kau mendekat satu langkah kepada Tuhanmu, maka Ia mendekat sepuluh langkah menujumu. Aku cuma mau aku yang dulu, walaupun aku tak yakin diriku yang dulu sudi mendekat dan melekat ke diriku yang kini. Akan tetapi, aku berharap, sejatinya kita tak boleh kehilangan harapan.
Aku boleh kehilangan semuanya, asal jangan kehilangan harapan. Harapan menjadi sosok yang jauh lebih baik lagi.
Bismillah.
Dan untuk kau, kalau kita memang jodoh, rindu yang bersarang dalam jiwa pasti akan menemukan titik temunya. Kerinduan ini dapat dilampiaskan pada sebuah pertemuan yang membahagiakan, yakni ketika pertama kali kau berdiri di sampingku sebagai kawan perjalanan kisah cinta. Sampai tua, sampai jadi debu, kalau kata Banda Neira.
Comments
Post a Comment