C: N, aku pengin nikah pada umur 23, lho.
N: Demi apa kamu?
C: Hahaha ya, tahun depan dong? Hwaaa.
N: Kok cepat banget, sih?
C: Emang impian sejak SMA, sih. Sehabis S-1 dilamar juga nggak masalah. Asal yang ngelamar benar-benar bisa menghidupi, ya.
N: If only I had courage like you.
C: Hahaha, kenapa?
N: Ya itu. Memutuskan nikah pada umur segitu. Aku kayaknya belum siap.
C: Soal nikah, sampai kapan juga nggak akan matang persiapannya, N.
N: I know, but still, you obviously need a preparation.
C: Aku tahu. Menurutku, kesiapan mental itu cukup. Tidak ada salahnya juga menikah cepat. Aku punya mimpi, banyak banget. Selama proses itu, aku butuh teman, penyemangat, guardian angel, dan hero.
N: Aku...sebenarnya juga mau sekali. Tetapi aku takut jadi banyak perbedaan yang mengusik hidup, seperti dilarang-larang, misalnya.
C: Itu sih bisa dibicarakan. Apa yang mau diatur, apa yang tidak. Kita memang belum tahu akan menikah dengan siapa. Direncanakan saja dulu. Lagipula, menikah itu kan sunnah.
N: Iya, aku tahu. Kamu dewasa banget.
C: Hahaha, N!
--
N percaya, jika suatu saat nanti ada pemuda yang benar serius, kekhawatiran N akan dibuat luntur begitu saja dengan kuasa Allah. Apalagi jika dia yang mengetuk pintu. Ya, apalagi dia.
Comments
Post a Comment