Skip to main content

Once sco, forever sco

Assalamualaikum! 

Lama ya nggak curhat di sini, hehe. Beberapa hari ini memang aku kebanyakan istirahat, skripsian, dan istirahat lagi. Mager, haha. 

Akhir-akhir ini aku rutin membaca info skoliosis seperti saat pertama kali didiagnosis dulu. Bedanya, kali ini fokus ke info operasi. Derajat kemiringanku memang masuk kategori layak operasi. Hari ini aku akan konsultasi dengan dokter di RSCM, insyaAllah. Beberapa hari lalu Bunda chat, “Kalau memang keputusannya harus operasi, tunggu wisuda aja biar skripsinya tidak terganggu.” Aku spontan jawab, “Iya, semoga tidak operasi. InsyaAllah tidak.” Sebenarnya saat mengatakan ini aku ragu, apa betul tidak butuh operasi? Lantas koreksi tulang belakangmu bagaimana? Tiba-tiba bayangan akan operasi sehabis wisuda berdiri di depan mata. Takut. Ketakutanku bukan tak beralasan, kemungkinan lumpuh dan meninggal itu ada walaupun hanya sekian persen. Andaikata berhasil, pemulihan pascaoperasi betul-betul penuh perjuangan. Tidak boleh angkat berat, tidak boleh olahraga untuk sementara waktu, tidak boleh membungkuk, tidak boleh tersandung, tidak boleh lari, dan beberapa larangan lain yang sifatnya sementara. Pemulihan pascaoperasi rata-rata berlangsung selama enam bulan sampai satu tahun. Mesti sabar, ya, hehehe. 


Kalimat dr. Luthfi yang kubaca di beberapa blog masih terngiang-ngiang di kepala, “Once scoliosis, forever scoliosis”. Operasi pun tidak semata-mata menjadikan derajat kemiringan menjadi nol--ini tidak seperti laser mata. Operasi hanya mengurangi derajat skoliosis agar meningkatkan kualitas hidup para skolioser. Setelah operasi, beberapa orang masih harus mengenakan brace, rutin kontrol minimal setahun sekali, dan menaati larangan dokter seumur hidupnya. Intinya, amanah untuk menjaga tulang belakang melekat erat di pundak. Nggak bisa berhenti, nggak bisa lepas. 

Berat, tetapi nggak boleh dibawa stres. Jujur saja, aku sempat terpuruk dan stres setelah membaca-baca pengalaman skolioser lain. Kenapa aku yang kena skoliosis, padahal Allah tahu aku paling bebal menaati aturan, paling mager, dan mudah menyerah? Akan tetapi, ya sudahlah, Allah telah mempercayakan skoliosis ini padaku. Tantangan ini pasti bisa kulalui, barangkali setelah ini aku jadi pribadi yang pantang menyerah dan disiplin. Aamiin. 

Bismillah, ya. Semoga dokter nanti asyik diajak konsultasi. :) 

Comments

Popular posts from this blog

Dialog Zainuddin Hayati

"Saya akan berterus terang kepadamu. Saya akan jujur kepadamu. Akan saya panggil kembali namamu, sebagaimana dahulu pernah saya panggilkan. Zainuddin. Saya sudi menanggung segenap cobaan yang menimpa diriku asalkan kau sudi memaafkan segenap kesalahanku." "Maaf? Kau regas segenap pucuk pengharapanku, kau patahkan, kau minta maaf?" "Mengapa kau jawab aku sekejam itu, Zainuddin? Sudah hilangkah tentang kita dari hatimu? Janganlah kau jatuhkan hukuman. Kasihanilah perempuan yang ditimpa musibah berganti-ganti ini." "Iya, demikianlah perempuan. Ia hanya ingat kekejaman orang kepada dirinya walaupun kecil dan ia lupa kekejamannya sendiri pada orang lain padahal begitu besarnya. Lupakah kau siapakah di antara kita yang kejam? Bukankah kau yang telah berjanji ketika saya diusir oleh ninik-mamakmu karena saya asalnya tidak tentu, orang hina-dina, tidak tulen Minangkabau! Ketika itu kau antarkan saya ke simpang jalan, kau berjanji akan menunggu kedatanga...

Surat Hayati

Pergantungan jiwaku, Zainuddin Sungguh besar sekali harapanku untuk bisa hidup di dekatmu. Supaya mimpi yang telah engkau rekatkan sekian lamanya bisa makbul. Supaya dapat segala kesalahan yang besar-besar yang telah kuperbuat terhadap dirimu saya tebusi. Tetapi cita-citaku itu tinggal selamanya menjadi cita-cita sebab engkau sendiri yang menutup pintu di depanku. Saya engkau larang masuk. Sebab engkau hendak mencurahkan segala dendam, kesakitan yang telah sekian lama bersarang di dalam hatimu. Lantaran membalas dendam itu, engkau ambil suatu keputusan yang maha kejam. Engkau renggutkan tali pengharapanku, padahal pada tali itu pula pengharapanmu sendiri bergantung. Sebab itu, percayalah Zainuddin bahwa hukuman ini bukan mengenai diriku seorang, bukan ia menimpa celaka kepadaku saja, tetapi kepada kita berdua. Karena saya tahu bahwa engkau masih tetap cinta kepadaku.  Zainuddin, kalau saya tak ada, hidupmu tidak juga akan beruntung. Percayalah, di dalam jiwaku ada suatu kek...

Review Salon Flaurent Jogja

Heyyyy, guys! Kali ini, saya mau review salon Flaurent Jogja yang baru saja saya kunjungi tadi. Dua tahun lalu, saya juga sempat ke sini bareng ibu, nah kali ini bareng tante. Bisa dibilang, ini salon perempuan pertama yang saya datangi dan memprakarsai hobi baru saya di Depok, yakni nyalon. Wakakaka. Tanteku memberi saran untuk mengambil paket mini yang terdiri dari body spa, hair spa, dan facial . Tiga perawatan ini bisa kalian ambil dengan merogoh kocek Rp125.000,00. Gila. Ini-murah-banget! Salon langgananku aja bisa kena biaya sekitar Rp300.000,00.

Percakapan Ponakan dan Om Tante

A: Ante, ke dokterlah. Supaya tahu sakitnya. Kasihan batuk dan menggigil terus. T: Indaklah. Ante ndak suka minum obat. A: Loh, siapa yang suruh minum obat. Ke dokter saja. R: Ha, lepas tu? Buat apa kita ke dokter, kak? A: Ya cek ajalah. Nanti kalau dikasih resep, tak usah beli kalau tak mau diminum. R: Entah apa-apa kakak ini. Haha, cengkunek. O: Ntah berkelit ke berapa hari ini. Tak mau kalah dia. A: Wah, mestilah, Om. Anak sastra mesti jago berkelit. R: Aduuuh, gimanalah suami kakak nanti itu. Ribut, lah. A: Mana pulak. Indak, lah. R: Kalau dapat yang heboh juga, wah saling berkelit nanti. Jangan sama anak sastra lagi, kak. O: Sama anak ekonomi saja, Nadia. A: Kenapa coba? O: Supaya nanti dia bisa menghitung, "Nah, sudah berkelit berapa kali istriku malam ini?" Kerjaan anak ekonomi, kan, menghitung-hitung saja, Nadia. A: Hahahahha. Alaaaah, si Om!  Medan, dalam mobil Karimun