Skip to main content

Dear, Rindu, ini Perdu

Dear, Rindu.
Kamu tidak bosan-bosan menghampiriku, ya. Aku jadi susah segala-gala karena memikirkanmu. Kok bisa ya, aku sibuk memikirkan orang yang nggak menghidupiku sama sekali. Hahaha, kocak ya, Ndu? Cinta yang bisa bikin begini.

Ndu, kata teman-temanku, aku harus melupakanmu. Ah, kamu sih, kok datang lekas-lekas. Aku yang sebenarnya masih terguncang jadi punya keberanian untuk menetapkan hati. Padamu. Akan tetapi, sepertinya keputusanku salah, Ndu. Aku terlalu terburu-buru.

Kata mereka, aku harus hati-hati memilih pijakan. Untuk urusan hati, semua memang harus matang-matang dipikirkan. Aku nggak tahu bagaimana aku di matamu, tetapi kamu di mataku...mirip dengan kenalanku yang dulu-dulu, yang sayangnya sama-sama menoreh luka hati. Apa kamu juga berniat begitu padaku, Ndu? Jika iya, bilang, daripada menunggu nanti. Nanti akan tambah sakit...aku tidak mau.


Dear, Rindu.
Aku rindu! Eh, Rindu itu kamu, bukan aku. Hm, justru karena Rindu itu kamu, aku jadi rindu sama kamu. Hehehe. Maafin ya, Ndu, aku berlebihan sekali. Jangan ketawa kamu, aku benar-benar rindu, tahu. Kamu sampai terbawa mimpiku hingga tiga kali. Ah, Rindu, kamu kenapa jauh? Aku jadi tidak bisa bertemu.

Rindu, kamu kenapa baik sama aku? Ah, tetapi kamu memang selalu baik sama semua orang, aku tidak boleh tersanjung. Walaupun begitu, aku selalu mengharapkan jodoh yang baik dan aku berharap, orangnya itu kamu.

Jika jodohku memang kamu, bolehkah aku meminta satu hal darimu? Aku mau kamu jadi orang yang baik dan terfokus, tidak mencar ke sana-sini. Aku atau bukan aku, Ndu, pilih satu. Jangan berdalih dengan alasan masa pencarian karena ini hati, bukan pegadaian. Jangan menggadaikan hati perempuan kalau kamu belum tentu bisa menebusnya di kemudian hari. Jangan jadi orang yang tega ya, Ndu, aku tahu kamu bisa lebih baik dari ini.

Jadi, Rindu, aku di sini cuma bisa mendoakan yang terbaik untuk kamu. Kita bisa apa selain berdoa? Semoga kamu selamat, sehat, dan berbahagia. Ah ya, kabarku baik, jika kamu ingin tahu. Aku hanya sibuk merindukanmu dan menuntaskan beberapa urusan. Haha, sebenarnya aku takut rinduku bertumpuk lantas mengacaukan urusan-urusanku, jadi aku titip rinduku lewat doa saja, ya? Semoga sampai padamu.

Allah, aku titip Rindu. Engkaulah sebaik-baik penjaga. Maka jaga Rindu, untukku.

Salam,
Perdu

Comments

Popular posts from this blog

Dialog Zainuddin Hayati

"Saya akan berterus terang kepadamu. Saya akan jujur kepadamu. Akan saya panggil kembali namamu, sebagaimana dahulu pernah saya panggilkan. Zainuddin. Saya sudi menanggung segenap cobaan yang menimpa diriku asalkan kau sudi memaafkan segenap kesalahanku." "Maaf? Kau regas segenap pucuk pengharapanku, kau patahkan, kau minta maaf?" "Mengapa kau jawab aku sekejam itu, Zainuddin? Sudah hilangkah tentang kita dari hatimu? Janganlah kau jatuhkan hukuman. Kasihanilah perempuan yang ditimpa musibah berganti-ganti ini." "Iya, demikianlah perempuan. Ia hanya ingat kekejaman orang kepada dirinya walaupun kecil dan ia lupa kekejamannya sendiri pada orang lain padahal begitu besarnya. Lupakah kau siapakah di antara kita yang kejam? Bukankah kau yang telah berjanji ketika saya diusir oleh ninik-mamakmu karena saya asalnya tidak tentu, orang hina-dina, tidak tulen Minangkabau! Ketika itu kau antarkan saya ke simpang jalan, kau berjanji akan menunggu kedatanga...

Surat Hayati

Pergantungan jiwaku, Zainuddin Sungguh besar sekali harapanku untuk bisa hidup di dekatmu. Supaya mimpi yang telah engkau rekatkan sekian lamanya bisa makbul. Supaya dapat segala kesalahan yang besar-besar yang telah kuperbuat terhadap dirimu saya tebusi. Tetapi cita-citaku itu tinggal selamanya menjadi cita-cita sebab engkau sendiri yang menutup pintu di depanku. Saya engkau larang masuk. Sebab engkau hendak mencurahkan segala dendam, kesakitan yang telah sekian lama bersarang di dalam hatimu. Lantaran membalas dendam itu, engkau ambil suatu keputusan yang maha kejam. Engkau renggutkan tali pengharapanku, padahal pada tali itu pula pengharapanmu sendiri bergantung. Sebab itu, percayalah Zainuddin bahwa hukuman ini bukan mengenai diriku seorang, bukan ia menimpa celaka kepadaku saja, tetapi kepada kita berdua. Karena saya tahu bahwa engkau masih tetap cinta kepadaku.  Zainuddin, kalau saya tak ada, hidupmu tidak juga akan beruntung. Percayalah, di dalam jiwaku ada suatu kek...

Review Salon Flaurent Jogja

Heyyyy, guys! Kali ini, saya mau review salon Flaurent Jogja yang baru saja saya kunjungi tadi. Dua tahun lalu, saya juga sempat ke sini bareng ibu, nah kali ini bareng tante. Bisa dibilang, ini salon perempuan pertama yang saya datangi dan memprakarsai hobi baru saya di Depok, yakni nyalon. Wakakaka. Tanteku memberi saran untuk mengambil paket mini yang terdiri dari body spa, hair spa, dan facial . Tiga perawatan ini bisa kalian ambil dengan merogoh kocek Rp125.000,00. Gila. Ini-murah-banget! Salon langgananku aja bisa kena biaya sekitar Rp300.000,00.

Autobiografi masuk di Universitas Indonesia

Di tengah asyiknya membicarakan jurusan saat kuliah nanti, ā€œNad, mau masuk apa pas kuliah?ā€ ā€œInsyaAllah, Sastra Indonesia UI.ā€ ā€œKok sastra Indonesia, sih?ā€ * * * Pertanyaan itu kerap kali terngiang di telinga tatkala aku menyebutkan jurusan idamanku. Mengapa? Apa ada yang salah? Tak pantaskah aku mengecap ilmu di jurusan yang bertitel sastra Indonesia? Pertanyaan yang begitu merasuk hati, mengganggu. Dalam hati, aku hanya bisa berharap semoga orang tuaku merestui jurusan ini. Namun alangkah sayangnya, ternyata keinginanku ditolak mentah-mentah, apalagi oleh ibuku. Beliau tidak meridai keinginanku berkuliah di jurusan sastra. ā€œKalau tetap bersikeras kuliah di situ, saya tidak mau membiayai,ā€ MasyaAllah! Apa yang ada di pikiran beliau saat itu? Bagaimana pula aku bisa membiayai kuliah sendiri? Ayah mencoba memberi saran, ā€œCoba Nadia cari jurusan lain. Kamu sudah berbalik arah ke IPS, kan? Jurusan banyak, kok, bukan cuma sastra Indonesia. Apa kamu takut tidak lulus ...