Skip to main content

Nanti, setiap hari

Malam ini tidak bisa tidur. Padahal, hal yang menjadi buah pikiran sangatlah sederhana, hanya sebuah kejadian yang masih di angan. Jika tiap pagi sarapanmu kusiapkan, kau mau? Tidak hanya sesederhana ini, nanti. Tidak hanya sesekali, nanti. Setiap hari, di dapur yang sama, di meja yang sama ada kita berdua. Mungkin sesekali kita makan di luar, candle light dinner restoran atau menikmati angin sepoi-sepoi di bangku taman bersama dua kotak takeaway makanan. Mungkin juga nanti tak hanya berdua, tetapi bertiga atau bahkan berempat. Katanya, makan bersama itu elemen penting dalam sebuah keluarga. Kita tidak pernah lupa meluangkan waktu untuk itu. Kau dan aku paling anti lembur di kantor agar bisa makan bersama dan bertukar cerita atau berbagi keheningan. Tak jarang kita menikmati makanan di piring masing-masing sedang sunyi menyelimuti. Kau dan aku hanya perlu memastikan ada di sisi satu sama lain. Ada duduk di sana, dapat diperhatikan dengan kedua bola mata, dapat dirasakan hadirnya dengan telinga, dan dapat disentuh dengan kulit tangan.
--

Jengjengjeng, baper baca tulisan sendiri. Semakin tidak bisa tidur. Mari berdoa. Doa agar dapat segera istirahat di malam buta dan doa agar segera dipersandingkan. Eh, mesti ketemu dulu, ya, sebelum bersatu? Benar juga kamu! Oke, doa agar segera dipertemukan. Kalau sudah ketemu, mari berdoa agar diberi keyakinan untuk bersama. Ya, selamat tidur, kamu.

Luv,
Nadia Almira Sagitta

Comments

Popular posts from this blog

Dialog Zainuddin Hayati

"Saya akan berterus terang kepadamu. Saya akan jujur kepadamu. Akan saya panggil kembali namamu, sebagaimana dahulu pernah saya panggilkan. Zainuddin. Saya sudi menanggung segenap cobaan yang menimpa diriku asalkan kau sudi memaafkan segenap kesalahanku." "Maaf? Kau regas segenap pucuk pengharapanku, kau patahkan, kau minta maaf?" "Mengapa kau jawab aku sekejam itu, Zainuddin? Sudah hilangkah tentang kita dari hatimu? Janganlah kau jatuhkan hukuman. Kasihanilah perempuan yang ditimpa musibah berganti-ganti ini." "Iya, demikianlah perempuan. Ia hanya ingat kekejaman orang kepada dirinya walaupun kecil dan ia lupa kekejamannya sendiri pada orang lain padahal begitu besarnya. Lupakah kau siapakah di antara kita yang kejam? Bukankah kau yang telah berjanji ketika saya diusir oleh ninik-mamakmu karena saya asalnya tidak tentu, orang hina-dina, tidak tulen Minangkabau! Ketika itu kau antarkan saya ke simpang jalan, kau berjanji akan menunggu kedatanga...

Surat Hayati

Pergantungan jiwaku, Zainuddin Sungguh besar sekali harapanku untuk bisa hidup di dekatmu. Supaya mimpi yang telah engkau rekatkan sekian lamanya bisa makbul. Supaya dapat segala kesalahan yang besar-besar yang telah kuperbuat terhadap dirimu saya tebusi. Tetapi cita-citaku itu tinggal selamanya menjadi cita-cita sebab engkau sendiri yang menutup pintu di depanku. Saya engkau larang masuk. Sebab engkau hendak mencurahkan segala dendam, kesakitan yang telah sekian lama bersarang di dalam hatimu. Lantaran membalas dendam itu, engkau ambil suatu keputusan yang maha kejam. Engkau renggutkan tali pengharapanku, padahal pada tali itu pula pengharapanmu sendiri bergantung. Sebab itu, percayalah Zainuddin bahwa hukuman ini bukan mengenai diriku seorang, bukan ia menimpa celaka kepadaku saja, tetapi kepada kita berdua. Karena saya tahu bahwa engkau masih tetap cinta kepadaku.  Zainuddin, kalau saya tak ada, hidupmu tidak juga akan beruntung. Percayalah, di dalam jiwaku ada suatu kek...

Percakapan Ponakan dan Om Tante

A: Ante, ke dokterlah. Supaya tahu sakitnya. Kasihan batuk dan menggigil terus. T: Indaklah. Ante ndak suka minum obat. A: Loh, siapa yang suruh minum obat. Ke dokter saja. R: Ha, lepas tu? Buat apa kita ke dokter, kak? A: Ya cek ajalah. Nanti kalau dikasih resep, tak usah beli kalau tak mau diminum. R: Entah apa-apa kakak ini. Haha, cengkunek. O: Ntah berkelit ke berapa hari ini. Tak mau kalah dia. A: Wah, mestilah, Om. Anak sastra mesti jago berkelit. R: Aduuuh, gimanalah suami kakak nanti itu. Ribut, lah. A: Mana pulak. Indak, lah. R: Kalau dapat yang heboh juga, wah saling berkelit nanti. Jangan sama anak sastra lagi, kak. O: Sama anak ekonomi saja, Nadia. A: Kenapa coba? O: Supaya nanti dia bisa menghitung, "Nah, sudah berkelit berapa kali istriku malam ini?" Kerjaan anak ekonomi, kan, menghitung-hitung saja, Nadia. A: Hahahahha. Alaaaah, si Om!  Medan, dalam mobil Karimun

Review Bedak Tabur La Tulipe vs Revlon

Kamis, 16 Juli 2015, kuputuskan untuk mengganti bedak tabur La Tulipe-ku. Bukannya kenapa, aku curiga jerawatku yang makin menjadi ini disebabkan oleh ketidakcocokan wajahku dengan bedak tersebut. Kulit wajahku adalah kulit berminyak— lets say, very oily ! Gegara ini, aku gampang jerawatan dan sekilas wajahku terlihat kusam tanpa bedak. Oleh karena itu, bedak merupakan barang wajib yang harus ada di tas. Sejak SMP hingga SMA, aku selalu menggunakan bedak padat Pigeon rekomendasi ibuku. Semenjak kuliah aku iseng mencoba-coba bedak baru, salah satunya bedak tabur. Berdasarkan informasi yang kudapat dari berbagai beauty blogger , jenis bedak yang cocok untuk kulit berminyak adalah bedak tabur atau loose powder. Alasannya, tekstur bedak tabur tidak menghambat pori-pori seperti bedak padat. Nah, aku baru beralih ke bedak tabur setahunan lebih ini. Aku pernah mencoba produk Pigeon, Wardah, Viva, La Tulipe, dan sekarang Revlon. Postingan kali ini membahas dua merk bedak tabur, yakni ...