Setelah kemarin saya mendapatkan wejangan dari dosen untuk menuntaskan studi setinggi-tingginya sebelum memikirkan urusan jodoh, sekarang saya mendapat kesempatan berdialog dengan seorang dosen favorit saya. Beliau menawarkan pandangan yang berbeda.
N: Bu, penerus bidang ini jika nanti profesor itu tidak ada, Ibu, kan?
D: Nah, itu dia, Nak. Saya belum S-3. Sudah banyak juga yang mendorong saya lanjut kuliah, termasuk suami saya.
N: Iya, lanjut aja, Bu.
D: Akan tetapi, nanti siapa yang mengurus anak-anak? Dulu ketika saya mengerjakan penelitian dan begadang saja, si kecil tidak bisa tidur kalau saya belum tidur. Itu baru penelitian kecil, bagaimana disertasi?
N: Iya juga sih, ya...
D: Ketika suami saya lanjut S-3 dan anak-anak mau merecoki ayahnya, mereka bisa main sama saya, tetapi kalau nanti saya S-3, bagaimana mungkin ayahnya yang ngurus sementara dia juga sibuk?
N: (diam seribu bahasa)
N: Jadi, Ibu ada kemungkinan lanjut S-3 kalau anak-anak sudah besar ya, Bu?
D: Belum tentu juga, Nak. Ya nanti kalau saya berani daftar SIMAK, berarti saya sudah siap. Tidak harus menunggu mereka besar juga. Tidak apa-apa, pekerjaan utama saya itu ibu.
D: Setiap pagi saya antar anak-anak sekolah, ikut rapat orang tua ini itu, sampai-sampai ada sekumpulan ibu yang menanyakan saya masih bekerja sebagai dosen atau tidak saking seringnya terlihat di sekolah. Hahaha.
N: Iya, Ibu sepertinya aktif banget di sekolah anak.
D: Iya, Nak. Apa ya...masa tumbuh kembang anak itu tidak bisa diulang. Pendidikan bisa ditunda, tetapi anak? Anak itu butuh kehadiran orang tuanya. Jangan sampai mereka merasa tidak diperhatikan.
N: (diam seribu bahasa lagi) (seketika merefleksi masa kecil) Betul, Bu. Ibu saya wanita karir dan jarang berada di rumah. Ya terkadang saya merasa kesepian, tetapi positifnya saya memang jadi anak yang mandiri. Semua ada positif negatifnya.
D: Iya, semua ada pilihannya. Saya memilih ibu rumah tangga sebagai pekerjaan utama saya.
--
Barakallahu fiik, Bu! Sungguh pahala tiada putus-putusnya untuk engkau yang begitu totalitas mengabdi untuk keluarga. Hidup ini memang penuh pilihan, bukan? Jika sudah memilih maka pastikan engkau berbahagia dengan pilihanmu itu. :)
Cheers,
Nadia Almira Sagitta
N: Bu, penerus bidang ini jika nanti profesor itu tidak ada, Ibu, kan?
D: Nah, itu dia, Nak. Saya belum S-3. Sudah banyak juga yang mendorong saya lanjut kuliah, termasuk suami saya.
N: Iya, lanjut aja, Bu.
D: Akan tetapi, nanti siapa yang mengurus anak-anak? Dulu ketika saya mengerjakan penelitian dan begadang saja, si kecil tidak bisa tidur kalau saya belum tidur. Itu baru penelitian kecil, bagaimana disertasi?
N: Iya juga sih, ya...
D: Ketika suami saya lanjut S-3 dan anak-anak mau merecoki ayahnya, mereka bisa main sama saya, tetapi kalau nanti saya S-3, bagaimana mungkin ayahnya yang ngurus sementara dia juga sibuk?
N: (diam seribu bahasa)
N: Jadi, Ibu ada kemungkinan lanjut S-3 kalau anak-anak sudah besar ya, Bu?
D: Belum tentu juga, Nak. Ya nanti kalau saya berani daftar SIMAK, berarti saya sudah siap. Tidak harus menunggu mereka besar juga. Tidak apa-apa, pekerjaan utama saya itu ibu.
D: Setiap pagi saya antar anak-anak sekolah, ikut rapat orang tua ini itu, sampai-sampai ada sekumpulan ibu yang menanyakan saya masih bekerja sebagai dosen atau tidak saking seringnya terlihat di sekolah. Hahaha.
N: Iya, Ibu sepertinya aktif banget di sekolah anak.
D: Iya, Nak. Apa ya...masa tumbuh kembang anak itu tidak bisa diulang. Pendidikan bisa ditunda, tetapi anak? Anak itu butuh kehadiran orang tuanya. Jangan sampai mereka merasa tidak diperhatikan.
N: (diam seribu bahasa lagi) (seketika merefleksi masa kecil) Betul, Bu. Ibu saya wanita karir dan jarang berada di rumah. Ya terkadang saya merasa kesepian, tetapi positifnya saya memang jadi anak yang mandiri. Semua ada positif negatifnya.
D: Iya, semua ada pilihannya. Saya memilih ibu rumah tangga sebagai pekerjaan utama saya.
--
Barakallahu fiik, Bu! Sungguh pahala tiada putus-putusnya untuk engkau yang begitu totalitas mengabdi untuk keluarga. Hidup ini memang penuh pilihan, bukan? Jika sudah memilih maka pastikan engkau berbahagia dengan pilihanmu itu. :)
Cheers,
Nadia Almira Sagitta
Comments
Post a Comment