Sianida. Mahasiswa-mahasiswi semester akhir pasti tak asing lagi dengan akronim ini. Sianida stands for siap nikah setelah wisuda. Hahaha, lucu ya? Beberapa kawanku memprotes tulisan-tulisanku di blog dan Facebook akhir-akhir ini. Kata mereka, "Kok selepas sidang, postingan Nanad berputar di masalah jodoh melulu?" Aku juga tidak tahu pasti mengapa aku menulis soal itu. Barangkali karena atmosfer dunia di luar kampus mulai merasukiku. Aku harus memikirkan rencana selepas kuliah berikut cara menggapainya. Menikah tentu masuk dalam daftar walaupun waktunya masih nanti-nanti. Setidaknya, itu topik yang wajar bagi anak muda sepantaranku. Beberapa teman mulai menyebar undangan, yang punya pacar tinggal ngumpulin duit sambil mematangkan persiapan, yang memilih taarufan santai menunggu CV berdatangan, yang sudah nikah tentu sibuk menikmati hidup baru bersama pasangan. Yuhu, aku nggak galau! Tapi... tapi apa? Yaaaa, jadi tersentak saja, persiapan apa yang sudah kulakukan? Ngngng... (bingung)
Persiapan perasaan kali, ya?
Hahahaha. Itu mah ceklis.
Persiapan kalau tahu-tahu ditinggal nikah?
Itu juga ceklis. Air mata selalu siap sedia. Hahaha, merana betul.
Persiapan...
Tahu, ah. Ribet!
Ini kocak betul, ih! Target sungguh masih lama, tetapi ternyata hati punya suara sendiri. Ah, single fighter, semoga selalu dikuatkan. Semoga dikuatkan untuk mencapai target-target tertentu dan tidak dikacaukan oleh pikiran nyeleneh macam ini. Apa, sih, remeh banget mikirin remah-remah perasaan. Berserakan.
Jangan hilang fokus!
Jika cinta, ia pasti sudi menunggu.
Jika ditakdirkan untukmu, ia pasti tak akan ke mana-mana.
Jika satu visi, ia pasti memaklumi cita-cita pribadi.
...aih, tetapi bolehkah perasaanmu dikunci untukku saja?
sembari kita merapatkan jarak
untuk bersua dan bergenggaman tangan...
Luv,
Nadia Almira Sagitta
Comments
Post a Comment