Skip to main content

Genap

sumber gambar

Judul: Genap

Penulis: Nazrul Anwar

Penerbit: Adnara Self Publishing

Jumlah halaman: 166


Genap membuat hari ini menjadi hari terbaper se-Indonesia! Eh, setidaknya bagiku. Ada wajahmu di setiap bab yang kubaca. Jangan tanyakan aku kenapa, kamu hadir begitu saja...di alam khayalku.
Genap mengajariku untuk mengikhlaskan, yang pada akhirnya kujadikan trik untuk merelakan kamu. Namun, pada kenyataannya, kamu selalu saja ada di pikiranku. Ah, sepertinya aku tak bisa memaksa diri untuk melupakan kamu. Nanti juga lupa kalau sudah terbiasa.

Kemarin, aku ingin melupakan kamu dengan alasan ketidakcocokan. Ternyata, pendapatku dibantai habis oleh buku ini. Sia-sia mencari pasangan yang benar-benar cocok karena dia tak akan pernah ada. Kecocokan itu diusahakan, lagipula kecocokan sebelum menikah akan berbeda setelahnya. Manusia ada lebih kurangnya, kita haruslah melapangkan hati untuk ruang penerimaan. Ih, Genap, gemas sekali rasanya! Apabila kamu ditakdirkan Allah untuk menggenapiku, aku akan belajar melapangkan hati seperti kata Genap ini. Jika bukan kamu, tips ini tetap kuaplikasikan pada dia, siapa pun orangnya. Fleksibel saja. Iya, hati harus fleksibel.


Pernikahan membutuhkan pengorbanan dari kedua belah pihak. Pengorbanan sukarela yang mengalirkan bahagia pada keduanya. Seperti kata tokoh aku dalam Genap, "Kita cinta sama seseorang saat kita begitu bahagianya melakukan sesuatu--apa pun itu--untuknya. Saat kepadanya, kita selalu ingin memberikan yang terbaik yang kita bisa. Saat terhadapnya, kita tak perlu menyembunyikan apa pun tentang kita. Saat di sisinya, kita merasakan hidup kita jauh lebih berharga. Saat bersamanya, beban hidup terasa lebih ringan."

Semoga suatu saat hatiku bisa menerima dia yang ditakdirkan Allah untukku. Siapa pun, bahkan jika ia bukan kamu. Hahaha, kenapa memaksa ingin bersama dengan orang yang belum tentu jodoh? Kata Genap, "Kalau ia meninggalkan kamu dan memilih orang lain, berarti ia memang bukan jodoh kamu. Jangan sedih." Semoga suatu saat aku menemukan seseorang yang membuat hidup ini menjadi lebih indah, lebih ringan, dan lebih bermakna.

Mari melapangkan hati! :)

Luv,
Nadia Almira Sagitta

Comments

  1. Kak Hana juga udah baca genap tapi lama-lama merasa bosan
    hehhe
    penghayatan kamu bagus banget :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bosan, kak? Uwaaa, kenapa? Monoton, ya?

      Hehehe makasih, kaaak! Ini mah disambung-sambungkan dengan suara hati. :p

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Dialog Zainuddin Hayati

"Saya akan berterus terang kepadamu. Saya akan jujur kepadamu. Akan saya panggil kembali namamu, sebagaimana dahulu pernah saya panggilkan. Zainuddin. Saya sudi menanggung segenap cobaan yang menimpa diriku asalkan kau sudi memaafkan segenap kesalahanku." "Maaf? Kau regas segenap pucuk pengharapanku, kau patahkan, kau minta maaf?" "Mengapa kau jawab aku sekejam itu, Zainuddin? Sudah hilangkah tentang kita dari hatimu? Janganlah kau jatuhkan hukuman. Kasihanilah perempuan yang ditimpa musibah berganti-ganti ini." "Iya, demikianlah perempuan. Ia hanya ingat kekejaman orang kepada dirinya walaupun kecil dan ia lupa kekejamannya sendiri pada orang lain padahal begitu besarnya. Lupakah kau siapakah di antara kita yang kejam? Bukankah kau yang telah berjanji ketika saya diusir oleh ninik-mamakmu karena saya asalnya tidak tentu, orang hina-dina, tidak tulen Minangkabau! Ketika itu kau antarkan saya ke simpang jalan, kau berjanji akan menunggu kedatanga...

Surat Hayati

Pergantungan jiwaku, Zainuddin Sungguh besar sekali harapanku untuk bisa hidup di dekatmu. Supaya mimpi yang telah engkau rekatkan sekian lamanya bisa makbul. Supaya dapat segala kesalahan yang besar-besar yang telah kuperbuat terhadap dirimu saya tebusi. Tetapi cita-citaku itu tinggal selamanya menjadi cita-cita sebab engkau sendiri yang menutup pintu di depanku. Saya engkau larang masuk. Sebab engkau hendak mencurahkan segala dendam, kesakitan yang telah sekian lama bersarang di dalam hatimu. Lantaran membalas dendam itu, engkau ambil suatu keputusan yang maha kejam. Engkau renggutkan tali pengharapanku, padahal pada tali itu pula pengharapanmu sendiri bergantung. Sebab itu, percayalah Zainuddin bahwa hukuman ini bukan mengenai diriku seorang, bukan ia menimpa celaka kepadaku saja, tetapi kepada kita berdua. Karena saya tahu bahwa engkau masih tetap cinta kepadaku.  Zainuddin, kalau saya tak ada, hidupmu tidak juga akan beruntung. Percayalah, di dalam jiwaku ada suatu kek...

Review Salon Flaurent Jogja

Heyyyy, guys! Kali ini, saya mau review salon Flaurent Jogja yang baru saja saya kunjungi tadi. Dua tahun lalu, saya juga sempat ke sini bareng ibu, nah kali ini bareng tante. Bisa dibilang, ini salon perempuan pertama yang saya datangi dan memprakarsai hobi baru saya di Depok, yakni nyalon. Wakakaka. Tanteku memberi saran untuk mengambil paket mini yang terdiri dari body spa, hair spa, dan facial . Tiga perawatan ini bisa kalian ambil dengan merogoh kocek Rp125.000,00. Gila. Ini-murah-banget! Salon langgananku aja bisa kena biaya sekitar Rp300.000,00.

Percakapan Ponakan dan Om Tante

A: Ante, ke dokterlah. Supaya tahu sakitnya. Kasihan batuk dan menggigil terus. T: Indaklah. Ante ndak suka minum obat. A: Loh, siapa yang suruh minum obat. Ke dokter saja. R: Ha, lepas tu? Buat apa kita ke dokter, kak? A: Ya cek ajalah. Nanti kalau dikasih resep, tak usah beli kalau tak mau diminum. R: Entah apa-apa kakak ini. Haha, cengkunek. O: Ntah berkelit ke berapa hari ini. Tak mau kalah dia. A: Wah, mestilah, Om. Anak sastra mesti jago berkelit. R: Aduuuh, gimanalah suami kakak nanti itu. Ribut, lah. A: Mana pulak. Indak, lah. R: Kalau dapat yang heboh juga, wah saling berkelit nanti. Jangan sama anak sastra lagi, kak. O: Sama anak ekonomi saja, Nadia. A: Kenapa coba? O: Supaya nanti dia bisa menghitung, "Nah, sudah berkelit berapa kali istriku malam ini?" Kerjaan anak ekonomi, kan, menghitung-hitung saja, Nadia. A: Hahahahha. Alaaaah, si Om!  Medan, dalam mobil Karimun