Skip to main content

SKS dan Belajar Mandiri

Bom dia!(*)

Kembali lagi dengan Nadia di sini, yeah semoga tidak bosan, ya. Kali ini, aku mau membahas SKS (Satuan Kredit Semester). Hm, aku tidak akan membahas SKS secara mendalam, tetapi hanya mengingatkan kembali pengertian dari SKS.

Ketika kita mengambil suatu mata kuliah, akan ada keterangan mengenai SKS matkul tersebut. Bisa 1 SKS, 3 SKS, atau bahkan 6 SKS. SKS ini berhubungan erat dengan lama perkuliahan dalam seminggu dan bobot nilai dalam IP/IPK-mu nantinya. Sudah jelas kalau kamu mesti memberikan upaya terbaikmu pada matkul dengan SKS berjumlah besar. Kalau nilai matkul itu jeblok maka tamatlah riwayatmu. :p
1 SKS biasanya berkisar 50 menit dalam seminggu. 50 menit belajar di kelas, 50 menit mengerjakan tugas, 50 menit belajar mandiri di rumah.
Sip, masuk ke contoh kasus saja, ya. Aku mengambil contoh dari matkul Pengantar Linguistik Umum.
PLU - 3 SKS
3 x 50 menit (2,5 jam) belajar di kelas
3 x 50 menit (2,5 jam) mengerjakan tugas
3 x 50 menit (2,5 jam) belajar mandiri dengan membaca buku referensi, mengulang materi, dan lain-lain.

Secara keseluruhan, dalam seminggu, aku harus belajar 5 jam di luar kelas untuk satu mata kuliah! Kalau aku mengambil 8 mata kuliah (bobot 3 SKS) dalam seminggu, itu setara dengan belajar 40 jam secara mandiri. Kalau dibagi tujuh, itu berarti aku harus belajar mandiri 5 jam sehari. Apa iya aku dan kamu sudah belajar segigih itu? Mari merefleksi diri!
Tapi, kak, apa asyiknya belajar terus menerus? Kuliah jangan akademik doang, kak. Kita mesti bersosialisasi dan berorganisasi juga.
 
Jawabanku?
Oh, tentu saja boleh! Misal, kamu berkuliah hingga pukul 15.30, setelahnya kamu berorganisasi di kampus hingga pukul 18.00. Ya manfaatkanlah waktu istirahatmu dengan bersosialisasi secukupnya. Manfaatkan waktumu ketika menunggu bus, kereta, angkot dengan membaca-baca catatanmu. Daripada kamu bengong di kereta yang cukup lengang, mending kamu baca lagi bukumu. Sesampaimu di rumah, bebersih dirilah, makan malam, belajar sekitar sejam dua jam, lalu tidurlah. Sebelum subuh kamu baca materi lagi. Ribet? Memang begitu. Kuliah nggak gampang, Bung! Persaingannya ketat. Only those who survives will win. Kamu boleh menganggap remeh kuliahmu di jenjang strata satu, tetapi jangan coba-coba di jenjang strata dua. Berencana sekolah S-2? Singkirkan kebiasaan menunda pekerjan hingga titik terakhir kalau nggak mau meringis menangis. Seniorku yang S-2 saja mengeluhkan betapa banyak buku referensi yang harus ia baca untuk satu mata kuliah. 

Itu dia, guys. Aku cuma ingin mengingatkan kalian betapa kuliah itu menuntut kesadaran pribadi untuk belajar mandiri. Belajar itu nggak bisa cuma di kampus doang. Kamu mau tips belajar efektif? Sila cek video Simon berikut ini. Dia alumni Oxford jurusan Fisika. OXFORD, lho! The struggle is real, man. Hahahaha tipsnya dapat dipercaya, kok. 

Segini dulu untuk hari ini. Semangat untuk kalian yang akan memasuki dunia kuliah, semangat untuk kalian yang tengah berjuang menyelami perkuliahan, dan semangat untuk kita semua yang menjadi pejuang skripsi!

Cheers,
Nadia Almira Sagitta

(*) Bahasa Portugis untuk selamat pagi

Comments

Popular posts from this blog

Dialog Zainuddin Hayati

"Saya akan berterus terang kepadamu. Saya akan jujur kepadamu. Akan saya panggil kembali namamu, sebagaimana dahulu pernah saya panggilkan. Zainuddin. Saya sudi menanggung segenap cobaan yang menimpa diriku asalkan kau sudi memaafkan segenap kesalahanku." "Maaf? Kau regas segenap pucuk pengharapanku, kau patahkan, kau minta maaf?" "Mengapa kau jawab aku sekejam itu, Zainuddin? Sudah hilangkah tentang kita dari hatimu? Janganlah kau jatuhkan hukuman. Kasihanilah perempuan yang ditimpa musibah berganti-ganti ini." "Iya, demikianlah perempuan. Ia hanya ingat kekejaman orang kepada dirinya walaupun kecil dan ia lupa kekejamannya sendiri pada orang lain padahal begitu besarnya. Lupakah kau siapakah di antara kita yang kejam? Bukankah kau yang telah berjanji ketika saya diusir oleh ninik-mamakmu karena saya asalnya tidak tentu, orang hina-dina, tidak tulen Minangkabau! Ketika itu kau antarkan saya ke simpang jalan, kau berjanji akan menunggu kedatanga...

Surat Hayati

Pergantungan jiwaku, Zainuddin Sungguh besar sekali harapanku untuk bisa hidup di dekatmu. Supaya mimpi yang telah engkau rekatkan sekian lamanya bisa makbul. Supaya dapat segala kesalahan yang besar-besar yang telah kuperbuat terhadap dirimu saya tebusi. Tetapi cita-citaku itu tinggal selamanya menjadi cita-cita sebab engkau sendiri yang menutup pintu di depanku. Saya engkau larang masuk. Sebab engkau hendak mencurahkan segala dendam, kesakitan yang telah sekian lama bersarang di dalam hatimu. Lantaran membalas dendam itu, engkau ambil suatu keputusan yang maha kejam. Engkau renggutkan tali pengharapanku, padahal pada tali itu pula pengharapanmu sendiri bergantung. Sebab itu, percayalah Zainuddin bahwa hukuman ini bukan mengenai diriku seorang, bukan ia menimpa celaka kepadaku saja, tetapi kepada kita berdua. Karena saya tahu bahwa engkau masih tetap cinta kepadaku.  Zainuddin, kalau saya tak ada, hidupmu tidak juga akan beruntung. Percayalah, di dalam jiwaku ada suatu kek...

Review Salon Flaurent Jogja

Heyyyy, guys! Kali ini, saya mau review salon Flaurent Jogja yang baru saja saya kunjungi tadi. Dua tahun lalu, saya juga sempat ke sini bareng ibu, nah kali ini bareng tante. Bisa dibilang, ini salon perempuan pertama yang saya datangi dan memprakarsai hobi baru saya di Depok, yakni nyalon. Wakakaka. Tanteku memberi saran untuk mengambil paket mini yang terdiri dari body spa, hair spa, dan facial . Tiga perawatan ini bisa kalian ambil dengan merogoh kocek Rp125.000,00. Gila. Ini-murah-banget! Salon langgananku aja bisa kena biaya sekitar Rp300.000,00.

Percakapan Ponakan dan Om Tante

A: Ante, ke dokterlah. Supaya tahu sakitnya. Kasihan batuk dan menggigil terus. T: Indaklah. Ante ndak suka minum obat. A: Loh, siapa yang suruh minum obat. Ke dokter saja. R: Ha, lepas tu? Buat apa kita ke dokter, kak? A: Ya cek ajalah. Nanti kalau dikasih resep, tak usah beli kalau tak mau diminum. R: Entah apa-apa kakak ini. Haha, cengkunek. O: Ntah berkelit ke berapa hari ini. Tak mau kalah dia. A: Wah, mestilah, Om. Anak sastra mesti jago berkelit. R: Aduuuh, gimanalah suami kakak nanti itu. Ribut, lah. A: Mana pulak. Indak, lah. R: Kalau dapat yang heboh juga, wah saling berkelit nanti. Jangan sama anak sastra lagi, kak. O: Sama anak ekonomi saja, Nadia. A: Kenapa coba? O: Supaya nanti dia bisa menghitung, "Nah, sudah berkelit berapa kali istriku malam ini?" Kerjaan anak ekonomi, kan, menghitung-hitung saja, Nadia. A: Hahahahha. Alaaaah, si Om!  Medan, dalam mobil Karimun