Aku tak percaya. Dulu aku mengatakan ini, "Jika pada akhirnya bukan kamu, mau tak mau kenangan kita kujadikan serpih dan kusingkirkan ke titik terpojok hatiku."
Dulu aku bilang begitu. Sekarang mana serpihannya? Nyatanya bukan kenangannya yang kujadikan serpih, melainkan hatiku sendiri. Kegamangan telah meruak sejak Mei, kegelisahan telah memuncak sejak dulu. Akan tetapi, kenangan tersebut masih mengkristal, belum benar hancur menjadi serpihan.
Wahai logika, kapan kau bekerja seperti seharusnya?
Wahai hati, kapan kau memutuskan 'tuk turun gunung? Sudah mencapai puncaknya, bukan? Sudah lelah mendaki, bukan? Istirahatlah. Di bawah. Pergilah dari keindahan tak abadi di atas sana.
Luv,
Nadia Almira Sagitta
diksinya keren Nad :)
ReplyDeleteSemangat ya :)
Makasih kakak penulis! Aku juga suka tulisan kakak. :3
Deleteaku selalu sukaaa tulisan kaknadd:)))))
ReplyDeleteHalo, Rohmah! Wah, pasti kamu tahu blogku ini dari tulisan-tulisan di Line. Terima kasih, ya, sudah datang berkunjung. Punya blog juga? :)
Delete