Semalam aku bermimpi. Seorang teman yang mengenal kita berdua tiba-tiba mengomentari status Line-mu mengenaiku. Entah apa yang kau tulis itu, ia berkomentar tentang kita. Ia menyinggung aku dan kau. Kalimatnya begitu menohok. Sayangnya, di mimpiku, kau begitu pandai mengelak. Padahal, kau bisa saja diam dan mencerna dengan baik kata-katanya.
Akhir-akhir ini aku memimpikanmu, Tuan. Temanya berganti-ganti disesuaikan dengan keadaan hatiku malam sebelumnya. Kali ini, kurasa Allah memberikan jawaban (atau peringatan) padaku, entah padamu. Apa kau juga sempat memimpikanku?
Salam,
Nadia Almira Sagitta
"Saya akan berterus terang kepadamu. Saya akan jujur kepadamu. Akan saya panggil kembali namamu, sebagaimana dahulu pernah saya panggilkan. Zainuddin. Saya sudi menanggung segenap cobaan yang menimpa diriku asalkan kau sudi memaafkan segenap kesalahanku." "Maaf? Kau regas segenap pucuk pengharapanku, kau patahkan, kau minta maaf?" "Mengapa kau jawab aku sekejam itu, Zainuddin? Sudah hilangkah tentang kita dari hatimu? Janganlah kau jatuhkan hukuman. Kasihanilah perempuan yang ditimpa musibah berganti-ganti ini." "Iya, demikianlah perempuan. Ia hanya ingat kekejaman orang kepada dirinya walaupun kecil dan ia lupa kekejamannya sendiri pada orang lain padahal begitu besarnya. Lupakah kau siapakah di antara kita yang kejam? Bukankah kau yang telah berjanji ketika saya diusir oleh ninik-mamakmu karena saya asalnya tidak tentu, orang hina-dina, tidak tulen Minangkabau! Ketika itu kau antarkan saya ke simpang jalan, kau berjanji akan menunggu kedatanga...
Comments
Post a Comment