Malam hari di kediaman Eyang bulan Januari lalu. Aku memutar tiga lagu yang kumainkan berulang, yakni Untitled - Maliq D'essentials, Dekat Di Hati - Ran, dan Menjadi Lebih Indah - Adera.
Saat kutenggelam dalam sendu
Waktu pun enggan untuk berlalu
Kuberjanji untuk menutup pintu hatiku
Entah untuk siapa pun itu
Iya, itu dulu sebelum kau hadir. Dasar, jiwaku tak pernah kapok bila menyinggung cinta. Mulai detik itu kuizinkan kau membuka pintu hatiku walaupun kau tak pernah memintanya.
Bila cinta kita tak kan tercipta
Ku hanya sekedar ingin tuk mengerti
Adakah diriku singgah di hatimu
Dan bilakah kau tau
Kaulah yang ada di hatiku
Waktu itu aku sibuk menebak-nebak siapa yang kau suka. Lirik adakah ku sedikit di hatimu benar-benar mengusik jiwa sampai terbawa mimpi. Hari ini aku memutar lagu ini lagi dengan kondisi yang sama. Masih menebak-nebak, tetapi tidaklah sepenasaran dulu. Mungkin sudah berganti pasrah. Bila aku bukan yang ingin kau miliki juga tak mengapa. Yo masa maksa? Aku mah siapa atuh da. Jauhan, kok, ngarep. Eh, tetapi kata Ran mah jauh-jauhan tak apa karena masih memandang langit yang sama.
Meski kau kini jauh di sana
Kita memandang langit yang sama
Jauh di mata namun dekat di hati
Hahaha. Yo wislah. Kalau jodoh pasti bakal mendekat suatu hari nanti. Kalau bukan jodoh, mau seerat apa pun pasti bakalan pisah. Analoginya, amplop-prangko yang erat pun akan lepas bila memang lemnya kurang kuat. Pilih lem yang bagus, lah. Cari lem yang komitmennya kuat, jangan yang asal nempel. Analogi apa ini? Hahaha, random amat.
Aku rindu!
Luv,
Nadia Almira Sagitta
Comments
Post a Comment